Page 1 of 117
Analisis Makna Implisit Pada Novel Harry Potter And The Prisoner
Of Azkaban Karya J. K. Rowling
Dan Terjemahannya
SKRIPSI
diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Ujian Sarjana Jurusan Sastra Inggris Fakultas
Sastra Universitas Padjadjaran
Aldo Elam M
H1D96210
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INGGRIS
BANDUNG
2001
Page 2 of 117
Lembar Pengesahan
Judul : Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and
the Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan
Terjemahannya
Penulis : Aldo Elam M.
NPM : H1D96210
Bandung, Mei 2002
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama
H.A. Prijo Utomo, Drs., M. Hum.
NIP 130256875
Pembimbing Pendamping, Penguji,
Erlina, Dra., M. Hum Dudih A. Zuhud, Drs., M.A.
NIP 131997847 NIP 130120015
Disahkan oleh: Disetujui oleh:
Dekan Fakultas Sastra Ketua Jurusan Sastra Inggris
Universitas Padjajaran
Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma Djuhaeri, Drs., M.A.
NIP 130256872 NIP 130235394
Page 3 of 117
I asked God once,
“Hey, why don’t you send me an angel
So I can see my way down here...”
....
He answered,
“But I already have,
Who do you think your mom is...”
Page 4 of 117
KATA PENGANTAR
Terima kasih penyusun ucapkan kepada Tuhan yang telah banyak menopang dan
membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusun dapat menyelesaikannya.
Skripsi yang berjudul Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the Prisoner of
Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya ini diajukan untuk menempuh Sidang
Ujian Sarjana Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran.
2. Bapak Djuhaeri, Drs., M.A, selaku Ketua Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Padjajaran.
3. Bapak H.A. Prijo Utomo, Drs., M. Hum, selaku pembimbing utama.
4. Ibu Erlina, Dra., M. Hum, selaku pembimbing pendamping.
5. Bapak Dudih A. Zuhud, Drs., M.A., selaku dosen penguji.
6. Seluruh Dosen Fakultas Sastra Inggris Universitas Padjajaran yang telah
membimbing dan memberikan petunjuk selama penyusun menjadi mahasiswa.
7. Keluarga, yang memberikan visi dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman, yang dapat memperbaharui semangat yang terkadang hilang pada saat
proses pembuatan skripsi.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Page 5 of 117
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini banyak memiliki kekurangan, untuk itu kritik
membangun sangat penyusun harapkan. Penyusun juga berharap agar skripsi ini dapat
berguna bagi semua pihak yang tertarik untuk membacanya. Apabila ada kesalahan dalam
penyusunan skripsi ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Bandung. Mei 2002
Penyusun
Page 6 of 117
ABSTRACT
This thesis is entitled Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the
Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. The objects of the analyses
are sentences containing implicit meanings in the novel previously mentioned. The
sentences with implicit meanings are taken as data, and analyzed using descriptive and
comparative methods. The novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban is written by J.
K. Rowling and translated into Indonesian by Listiana Srisanti entitled Harry Potter Dan
Tawanan Azkaban.
The purpose of this research is to study the translation of implicit meanings from
the source language into the target language. The results of this research show that (1) an
implicit meaning should be explicitly translated if the system of the target language
requires it, on the other hand (2) an implicit meaning can be explicitly translated if the
system of the target language allows it and the last is (3) an implicit meaning should be
explicitly translated if the meaning causes ambiguity or vagueness in the target language.
Page 7 of 117
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the
Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. Objek penelitian ini adalah
kalimat-kalimat yang mengandung makna implisit pada novel tersebut. Kalimat yang
mengandung makna implisit diambil sebagai data dan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif komparatif. Novel yang berjudul Harry Potter and the Prisoner of
Azkaban ini ditulis oleh J. K. Rowling dan dialihbahasakan oleh Listiana Srisanti ke bahasa
Indonesia dengan judul Harry Potter Dan Tawanan Azkaban.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penerjemahan makna implisit
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dalam bahasa sasaran
mengharuskannya, namun (2) makna implisit dapat juga diterjemahkan secara eksplisit
apabila sistem bahasa sasaran memungkinkannya, yang terakhir adalah (3) makna implisit
harus diterjemahkan eksplisit jika menyebabkan ketaksaan atau ketidakjelasan makna
dalam hasil terjemahannya.
Page 8 of 117
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Kegunaan Penelitian 4
1.5 Kerangka Pemikiran 4
1.6 Metode Penelitian 6
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makna 8
2.1.1 Perubahan Makna 9
2.1.2 Jenis Makna 11
2.2 Makna Implisit 13
2.2.1 Makna Referensial Implisit 14
2.2.1.1 Referen Persona 15
2.2.1.2 Referen Demonstratif 16
Page 9 of 117
2.2.1.3 Referen Komparatif 18
2.2.2 Makna Organisasional Implisit 20
2.2.2.1 Kata Substitusi 21
2.2.2.2 Kalimat Elipsis 22
2.2.2.3 Kalimat Pasif 23
2.2.3 Makna Situasional Implisit 24
2.2.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya 25
2.2.3.2 Makna Situasional Implisit karena Gerakan
Isyarat saat Ujaran 26
2.2.3.3 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan
Waktu dan Tempat Terjadinya Komunikasi 27
2.2.3.4 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan
Penutur dan Penanggap 27
2.3 Penerjemahan 28
2.3.1 Metode Penerjemahan 30
2.3.2 Penerjemahan Makna Implisit 33
BAB III OBJEK PENELITIAN 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Makna Referensial Implisit
4.1.1 Referen Persona Implisit Diterjemahkan
Secara Eksplisit 37
Page 10 of 117
4.1.2 Referen Persona Implisit Diterjemahkan
Menjadi Referen Persona 40
4.1.3 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan
Secara Eksplisit 44
4.1.4 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan
Menjadi Referen Demonstratif 45
4.1.5 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan
Secara Eksplisit 48
4.1.6 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan
Menjadi Referen Komparatif 48
4.2 Makna Organisasional Implisit
4.2.1 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit 52
4.2.2 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis 56
4.2.3 Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit 57
4.2.4 Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif 58
4.2.5 Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit 60
4.2.6 Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi 62
4.3 Makna Situasional Implisit
4.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya
Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat
Faktor Budaya 64
Page 11 of 117
4.3.2 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya
Diterjemahkan Secara Eksplisit 65
4.3.3 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat
saat Ujaran Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional
karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 67
4.3.4 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu
dan Tempat Komunikasi Diterjemahkan Menjadi
Makna Situasional yang Disebabkan Waktu dan
Tempat Komunikasi 69
4.3.5 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu
dan Tempat Komunikasi Diterjemahkan Secara Ekplisit 70
4.3.6 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur
dan Penanggap Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional
Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap 71
BAB V SIMPULAN 73
SYNOPSIS 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
Page 12 of 117
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Penerjemahan sangat mutlak diperlukan dalam era informasi dan komunikasi yang
bergerak cepat seperti saat ini. Proses penerjemahan dan hasil-hasilnya dapat dilihat
tersebar dalam segala bidang, mulai dari bidang pendidikan sampai hiburan. Buku, film
dan berbagai media pembawa informasi lainnya yang dibuat tidak dalam bahasa asli
memerlukan suatu proses penerjemahan. Penerjemahan sendiri merupakan suatu proses
penyampaian informasi dari bahasa sumber ke dalam padanan yang sesuai pada bahasa
sasaran.
Suatu hasil penerjemahan dapat dianggap berhasil apabila pesan, pikiran, gagasan,
dan konsep yang ada dalam bahasa sumber dapat disampaikan ke dalam bahasa sasaran
secara utuh. Hal ini akan sulit dilakukan karena adanya perbedaan pada sistem bahasa dan
budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seorang penerjemah yang baik tidak
hanya harus dapat mengatasi perbedaan sistem bahasa dan budaya, tetapi ia juga harus
dapat menangkap pesan implisit atau amanat yang ada di bahasa sumber dan
menyampaikannya kembali ke dalam bahasa sasaran. Hal ini menjadi penting karena
keutuhan suatu teks sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya pesan atau makna implisit
yang terdapat didalamnya.
Untuk dapat menangkap pesan implisit dengan baik, diperlukan kemampuan untuk
mengenali berbagai macam makna dan cara-cara menerjemahkannya. Di dalam teks, ada
Page 13 of 117
kalanya makna tidak disampaikan secara eksplisit. Makna-makna yang seperti ini disebut
dengan makna implisit atau tersirat. Berikut adalah contoh makna implisit:
“So when you told her, you were actually face to face with her?”
“Yes”
“In a position to see her reaction to the news?”
“Yes”
Jawaban dari kedua kalimat pertanyaan di atas adalah “Yes”. Kedua kata tersebut
persis sama, tetapi apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut lagi ternyata makna implisit
yang terkandung dalam kedua “Yes” tadi berbeda satu dengan lainnya.
Penerjemah yang baik harus terampil dalam menangkap berbagai makna implisit
yang terdapat pada sebuah teks. Kemampuan ini mutlak diperlukan agar tidak terjadi
ketaksaan sehingga pembaca yang membaca hasil terjemahan berupa novel ini tidak
mengalami kebingungan dalam memahami pesan novel tersebut. Penyampaian makna
implisit tadi ke dalam bahasa sasaran juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.
Hal-hal inilah yang telah memotivasi penulis untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai
masalah makna implisit dalam terjemahan.
I.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah baik tidaknya penerjemahan
makna implisit pada novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban karya J.K. Rowling.
Dalam analisis akan dibahas penerjemahan makna implisit dari bahasa sumber (bahasa
Inggris) ke terjemahannya dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Juga yang akan dilihat
adalah upaya-upaya yang dilakukan penerjemah dalam mengalihbahasakan berbagai
Page 14 of 117
bentuk makna implisit sehingga keutuhan teks dan makna yang ingin disampaikan tetap
terjaga. Sebagai landasan penelitian, penulis mengambil teori mengenai makna implisit
milik Larson yang dikutip dari buku Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-
Language Equivalence. Dalam buku ini Larson membagi makna implisit menjadi makna
implisit referensial, makna implisit organisasional dan makna implisit situasional.
Dalam menerjemahkan ketiga jenis makna implisit tadi dibutuhkan keterampilan
untuk mencari padanannya dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan apakah makna tadi akan diekplisitkan atau tidak. Sehubungan dengan hal
tersebut ada tiga masalah yang dikaji dalam skripsi ini:
1. Menerjemahkan makna implisit referensial. Dalam menerjemahkan makna implisit
referensial penerjemah harus mengetahui referen yang dimaksud terlebih dahulu
sebelum memutuskan apakah penerjemahan ini harus dieksplisitkan atau tidak.
2. Menerjemahkan makna implisit organisasional. Dalam menerjemahkan makna
implisit organisasional struktur bahasa yang dipakai harus diperhatikan. Apabila
struktur bahasa tersebut mengimplisitkan sesuatu maka harus dipertimbangkan
mengenai perlu tidaknya untuk mengeksplisitkan hal tersebut ke dalam bahasa
sasaran.
3. Menerjemahkan makna implisit situasional. Situasi yang terjadi pada saat ujaran
merupakan kunci dalam menerjemahkan makna implisit situasional. Apabila
dirasakan situasi yang dimaksud sudah cukup jelas maka makna implisit tersebut
tidak perlu dieksplisitkan.
Page 15 of 117
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna implisit referensial, makna
implisit organisasional dan makna implisit situasional yang ada di novel Harry Potter and
the Prisoner of Azkaban dan terjemahannya, juga untuk mengetahui bagaimana ketiga
makna tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta untuk mengetahui
penyesuaian yang diperlukan oleh penerjemah dalam menyampaikan makna-makna
implisit tadi ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya sehingga dapat ditarik
simpulan secara umum mengenai penerjemahan makna implisit dalam novel tersebut.
I.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memahami mengenai penerjemahan makna implisit
sehingga seorang penerjemah dapat belajar lebih banyak mengenai makna implisit dan
berbagai teknik untuk menerjemahkan makna implisit dengan baik tanpa menimbulkan
ambiguitas atau kerancuan.
Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu terbentuknya penerjemahan yang
lebih baik, khususnya untuk penerjemahan yang berhubungan dengan makna implisit.
I.5 Kerangka Pemikiran
Seorang penerjemah harus dapat menjaga keutuhan teks yang diterjemahkannya.
Salah satu cara untuk tetap menjaga keutuhan teks adalah dengan memperhatikan benarbenar
berbagai penggunaan makna implisit pada teks yang dibuat oleh pengarang.
Penerjemah juga harus dapat memindahkan makna-makna implisit yang ada pada suatu
Page 16 of 117
teks dengan piawai sehingga apa yang dimaksudkan oleh pengarang dapat disampaikan
tanpa distorsi kepada pembaca dalam bahasa sasaran.
Larson membagi makna implisit menjadi tiga macam yaitu: makna referensial
implisit, makna organisasional implisit dan makna implisit situasional (1984: 34-37).
Analisis akan dibagi berdasarkan ketiga macam makna implisit ini.
Makna referensial implisit dapat ditemukan dalam kalimat yang memiliki
pronomina persona, pronomina posesif, dan pronomina refleksif terutama yang dalam
kata-kata seperti it, he, she, they,. Juga ditemukan dalam kata demonstratif seperti this atau
that. Artikel the juga merupakan salah satu kata yang memiliki makna implisit, demikian
pula halnya dengan kata-kata komparatif seperti some, most, different, dan more.
Kalimat yang mengandung makna implisit organisasional dapat ditemukan dalam
susunan kalimat elipsis dan kalimat pasif sistem bahasa sumber. Selain itu dapat juga
ditemukan dalam kalimat yang memiliki kata substitusi seperti one, did, so, do, dan not.
Sedangkan makna situasional implisit ditemukan dalam situasi percakapan. Situasi
yang dimaksud adalah hubungan antara penutur dan penanggap, latar belakang budaya,
tempat berlakunya proses komunikasi, waktu terjadinya ujaran, usia dan jenis kelamin,
situasi sosial penutur dan penanggap, praduga yang muncul dalam situasi berkomunikasi
dan gerakan isyarat yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Dalam skripsi ini
faktor-faktor yang cukup banyak tadi akan dibatasi sehingga analisis makna situasional
implisit terdiri dari empat bagian, yaitu makna implisit yang timbul akibat faktor budaya,
gerakan isyarat, waktu dan tempat komunikasi, serta hubungan penutur dan penanggap.
Page 17 of 117
Untuk menganalisis penerjemahan makna implisit, penulis mengumpulkan
berbagai data dan membahasnya sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran
sehingga dapat diketahui apakah penerjemahan tersebut telah sesuai dengan aturan yang
berlaku pada bahasa sasaran, timbul tidaknya kerancuan dan terjaga tidaknya keutuhan teks
asli.
I.6 Metode Penelitian
Metode yang diambil dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dan komparatif.
Masalah yang terkumpul pada data akan diklasifikasikan untuk kemudian dibahas secara
objektif. Lalu dibandingkan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada Bab
II. Analisis akan menjelaskan apakah cara penerjemahan makna implisit pada data tidak
menimbulkan kerancuan makna, cukup jelas untuk dipahami, telah sesuai dengan aturan
pada bahasa sasaran dan juga tidak menyimpang dari teori-teori yang berlaku.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian studi
pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang erat kaitannya dengan
pembahasan masalah sehingga diperoleh berbagai teori dan referensi yang mendukung
penganalisisan data. Penelitian ini banyak dilakukan di perpustakaan yang ada di kota
Bandung. Perpustakaan-perpustakaan tersebut antara lain perpustakaan Jurusan Sastra
Inggris Fakultas Sastra UNPAD, perpustakaan Ekstensi Fakultas Sastra UNPAD dan
Page 18 of 117
koleksi umum UPT perpustakaan ITB. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam membuat
penelitian ini kurang lebih empat bulan.
Page 19 of 117
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makna
Menurut Kridalaksana yang dimaksud dengan makna adalah:
“...maksud pembicara, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia, hubungan dalam arti kesepadanan atau
ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan
semua hal yang ditunjuknya, atau cara menggunakan lambang-lambang bahasa.”
(1993: 132)
Lyons (1981: 136) berpendapat “Meanings are ideas or concepts which can be
transferred from the mind of the hearer by embodying them as they were, in the form of one
language or another.” Jadi makna adalah ide atau gagasan yang dapat dialihkan dari
pikiran pendengar dengan mewujudkan makna tersebut sebagaimana mestinya dalam satu
bentuk bahasa atau lainnya.
Di lain pihak Hurford (1983: 3) lebih cenderung mengartikan makna sebagai
maksud penutur yang dituangkan ke dalam kata-kata atau kalimat yang berbeda. Untuk
itulah Hurford mendefinisikan makna ke dalam dua bagian:
1) Makna penutur (speaker meaning), yaitu makna yang diinginkan penutur (atau yang
ingin disampaikan oleh penutur).
2) Makna kalimat atau makna kata (sentence meaning / word meaning) adalah makna
yang terkandung dalam kalimat (atau kata).
Keraf (1990: 25) menyatakan bahwa makna sebagai satuan dari perbendaharaan
kata suatu bahasa mengandung dua aspek, yaitu isi atau makna dan aspek bentuk atau
Page 20 of 117
ekspresi. Aspek bentuk adalah segi yang dapat diserap panca indra, yaitu dengan
mendengar atau melihat. Sedangkan segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan
reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi.
Dalam pemakaian sehari-hari kata “makna” digunakan dalam berbagai bidang
maupun konteks pemakaian. Makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti,
gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, firasat, isi dan pikiran (1985: 50).
Aminuddin juga menjelaskan bahwa makna yang terdapat pada kata ternyata memiliki
hubungan erat dengan:
1. Sistem sosial budaya maupun realitas luar yang diacu.
2. Pemakai dan penutur.
3. Konteks sosial situasional dalam pemakaian.
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa makna merupakan gagasan atau
ide yang berasal dari pikiran penutur yang bisa diwujudkan dalam ucapan atau tulisan dan
arti dari makna itu sendiri sangat erat hubungannya dengan unsur lingkungan di luar
bahasa.
2.1.1 Perubahan Makna
Djajasudarma (1977 : 31) menyatakan bahwa ketetapan suatu kata untuk mewakili
suatu hal, barang atau orang tergantung dari maknanya. Tetapi dari waktu ke waktu katakata
dapat mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
Page 21 of 117
1. faktor kebahasaan (linguistic causes). Berhubungan dengan morfologi, fonologi dan
sintaksis.
2. faktor sejarah (historical causes).
3. faktor sosial (social causes).
4. faktor psikologis (psychological causes) yang berwujud faktor emotif dan hal-hal tabu
yang muncul karena takut, kesopanan dan kehalusan.
5. pengaruh bahasa asing.
6. karena kebutuhan akan kata-kata baru.
Menurut Ullmann (1972: 193-195) perubahan makna kata dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti:
a. bahasa diturunkan dari satu generasi satu ke generasi lainnya. Oleh karena itu, sangat
mungkin terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan arti dari kata-kata.
b. kekaburan (vagueness) arti sebuah kata juga merupakan salah satu penyebab
berubahnya makna kata tersebut.
c. kata yang keberadaannya terlalu terkekang pada lingkungannya juga bisa berubah
menjauh dari arti sebenarnya.
d. keberadaan polisemi menambah faktor fleksibilitas dalam bahasa.
e. ketaksaan (ambiguity) makna dari sebuah kata juga dapat menimbulkan perubahan
semantik kata tersebut.
f. struktur perbendaharaan kata yang lebih mudah berubah dibandingkan dengan sistem
fonologis dan gramatikal dari bahasa.
Page 22 of 117
Oleh karena itu, dapat ditarik simpulan bahwa makna dapat berubah-ubah, dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada makna bergantung kepada berbagai faktor.
2.1.2 Jenis Makna
Para ahli bahasa mempunyai pendapat yang beragam mengenai penggolongan
makna ke dalam jenis-jenisnya. Berikut akan dijabarkan makna menurut Soedjito (1990:
52-59):
1. makna leksikal dan makna gramatikal (berdasarkan hubungan unsur bahasa yang satu
dengan yang lain). Makna leksikal, menurut Djajasudarma, adalah “makna unsur-unsur
bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain. Makna leksikal ini dimiliki
unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks” (1993 : 13). Misalnya kata
mata dalam kalimat mata saya sakit berarti alat / organ tubuh manusia yang berfungsi
untuk melihat. Sedangkan makna gramatikal, masih menurut Djajasudarma, adalah
makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai
akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat (1993 : 13). Misalnya kata mata pada
kalimat adik ingin telur mata sapi berarti goreng telur yang rupanya mirip dengan mata
sapi.
2. makna denotatif dan makna konotatif (berdasarkan penunjukannya). Alwasilah (1995 :
147) berpendapat bahwa makna denotatif mengacu kepada makna leksikal yang umum
dipakai atau singkatnya makna yang biasa, objektif, belum dibayangi perasaan, nilai,
dan rasa tertentu. Misalnya terlihat pada kata gadis di dalam kalimat seorang gadis
berdiri di depan rumah sakit. Kata gadis di sini adalah kata umum dan netral.
Page 23 of 117
Sebaliknya, mengutip pendapat Alwasilah (1995 : 147), makna konotatif bersifat
subjektif dalam pengertian ada pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah
ada penambahan rasa dan nilai tertentu. Sebagai contoh terlihat pada kalimat seorang
perawan berdiri di depan rumah sakit. Kata perawan di sini walaupun artinya sama,
yaitu gadis muda, bagi beberapa orang mungkin diasosiasikan dengan ketaatan
beragama, moral, atau modernisasi.
3. makna lugas/sebenarnya dan makna kiasan/figuratif (berdasarkan penerapannya
terhadap acuan).
a) makna lugas ialah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang
bersangkutan. Misalnya kata mahkota pada kalimat mahkota raja dicuri orang tadi
malam.
b) makna kiasan ialah makna yang referennya tidak sesuai dengan kata yang
bersangkutan. Misalnya kata mahkota pada kalimat rambut adalah mahkota wanita.
4. makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Makna
ini akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat. Makna kontekstual sebagai akibat
hubungan antara ujaran dan situasi. Sebagai contoh seorang ibu berkata Jangan! Kepada
anaknya yang sedang bermain api. Di sini kata jangan! Dapat berarti jangan masukkan
tanganmu ke dalam api, berbahaya!.
Sedangkan Larson mengungkapkan adanya makna implisit. Dia juga membagi
makna implisit menjadi tiga golongan (1984: 34-37), sebagai berikut:
1. makna referensial implisit (implicit referential meaning).
2. makna organisasional/kontekstual implisit (implicit organizational meaning).
Page 24 of 117
3. makna situasional implisit (implicit situational meaning).
2.2 Makna Implisit
Larson (1984: 34) menyatakan bahwa makna implisit merupakan makna yang
tidak ditampilkan tetapi merupakan bagian dari pembicaraan atau maksud yang ingin
disampaikan penutur. Di dalam proses memahami makna implisit ini, penanggap tutur
terkadang harus berusaha keras untuk tiba pada tafsiran yang tepat antara lain dengan
melalui pembayangan atau penafsiran. Penanggap harus mengetahui hal tertentu yang
menjadi acuan, situasi dan konteks. Pengetahuan konteks akan sangat membantu
penanggap untuk mendapat tafsiran yang tepat.
Aminuddin, mengutip pendapat Samuel dan Kiefer, mengemukakan adanya
ungkapan reading the lines, yakni membaca untuk memahami makna yang tersurat dan
ungkapan reading between the lines, yaitu membaca untuk memahami makna yang
implisit. Jadi, makna dapat dibedakan antara makna yang tersurat dan makna yang
tersirat (1985: 92).
Masih menurut Aminuddin (1985: 50) agar seorang penanggap dapat mencapai
tafsiran yang tepat, dalam proses penafsirannya makna harus diperhatikan keterkaitannya
dengan hal-hal sebagai berikut.
1. ciri-ciri atau unsur internal kebahasaan.
2. sistem sosial budaya yang melatari.
3. pemakai, baik sebagai penutur atau penanggap tutur.
4. ciri informasi dan ragam tuturan yang disampaikan.
Page 25 of 117
2.2.1 Makna Referensial Implisit
Keberadaan referen dalam menginterpretasikan makna sangatlah penting. Makna
akan sulit untuk dimengerti apabila referennya tidak diketahui. Gambaran makna yang
dihasilkan oleh elemen kebahasaan yang berupa kata, kalimat maupun elemen lainnya
sehubungan dengan unsur luar bahasa baik itu berupa realitas maupun pengalaman
disebut referen, demikian Aminuddin (1985: 88).
Kridalaksana (1993: 186) mengatakan bahwa referen adalah unsur luar bahasa
yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Yang dimaksud dengan unsur bahasa di sini diantaranya
kata atau kalimat.
Makna referensial, menurut Kridalaksana, adalah makna unsur bahasa yang
sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan yang
dapat dijelaskan oleh analisis komponen (1993 : 199). Dengan kata lain makna ini
mengacu langsung pada benda, kejadian, atribut, atau relasi tertentu yang dapat dilihat atau
dibayangkan yang merupakan isi informasi atau sesuatu yang dikomunikasikan.
Halliday dan Hasan (1976: 37) mengemukakan bahwa referen dalam suatu teks
bisa bersifat eksoforik, yaitu yang mengacu pada hal-hal di luar konteks, ataupun
endoforik yaitu yang referennya terdapat dalam konteks itu sendiri. Referen endoforik
terbagi dalam anaforik, yang mengacu pada referen yang telah disebutkan dan kataforik
yaitu yang mengacu pada konteks yang mengikutinya. Kemudian Halliday dan Hasan
mengelompokkan referen ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. referen personal, yaitu referen yang terdapat pada kategori persona.
2. referen demonstratif, yaitu referen yang terdapat pada penunjukan lokasi atau tempat.
Page 26 of 117
3. referen komparatif adalah referen tidak langsung yang terdapat pada pemakaian ciri-ciri
atau kesamaan sesuatu.
2.2.1.1 Referen Persona
Yang termasuk di dalam kategori persona pada referen persona adalah pronomina
persona (I, you, he, she,…), determiner posesif (my, your,…), dan pronomina posesif
(mine, yours,…). Ketiga hal ini merepresentasikan sistem yang sama, yaitu
merepresentasikan orang (Halliday dan Hasan, 1976:43). Untuk selengkapnya dapat dilihat
pada struktur berikut.
Struktur Referen Persona (Halliday & Hasan 1976 : 44)
hanya pembicara I
peran dalam penutur
pembicaraan
penanggap you pembicara (jamak) we
persona laki-laki he
manusia
tunggal perempuan she
spesifik non-manusia it
peran jamak they
lain
manusia one
secara umum
Sebagai contoh dapat dilihat pada kalimat berikut: There was a brief note from
Susan. She just said, “I am not coming home this weekend.” Pada kalimat tersebut kata I,
demikian pula halnya dengan she, merujuk pada Susan yang terdapat pada kalimat pertama.
Page 27 of 117
Menurut Halliday dan Hasan (1976 : 45) istilah persona agak sedikit kabur karena
yang termasuk dalam referen persona tidak hanya manusia saja tetapi juga referensi yang
non-persona, yaitu referensi pada objek. Misalnya terlihat pada contoh kalimat yang
mengandung referen persona it berikut ini:
I would never have believed it. They’ve accepted the whole scheme.
Dari contoh kalimat di atas dapat diketahui bahwa kata it yang terletak pada bagian akhir
kalimat pertama merujuk pada kalimat kedua, yaitu they’ve accepted the whole scheme.
2.2.1.2 Referen Demonstratif
Halliday dan Hasan (1976 : 57) mengungkapkan bahwa pada dasarnya referen
demonstratif adalah semacam penunjukkan secara lisan di mana penutur atau pembicara
mengidentifikasi referen dengan cara menempatkannya dalam skala jarak. Selanjutnya
mereka (Haliday dan Hasan, 1976 : 57-58) juga membagi referen demonstratif ke dalam
referen demonstratif adverbial (keadaan), yang mencakup here, there, now dan then, dan
referen demonstratif nominal (this, these, that, those dan the). Referen demontratif
adverbial merujuk pada tempat berlangsungnya sebuah proses dalam tempat atau waktu,
sedangkan referen demonstratif nominal merujuk pada tempat sesuatu berada, orang atau
objek, yang ikut serta dalam proses tadi.
Sebagai contoh penggunaan referen demonstratif dalam kalimat, berikut adalah
sebuah kalimat beserta dua buah tanggapannya:
They broke a Chinese vase.
a. That was valuable.
Page 28 of 117
b. That was careless.
Pada kalimat tanggapan (a), kata that merujuk pada sebuah objek yaitu vase. Sedangkan
pada tanggapan yang kedua (b), kata that merujuk pada keseluruhan kejadian yaitu the
breaking of the vase.
Contoh berikut adalah penggunaan artikel the sebagai referen demonstratif.
Menurut Halliday dan Hasan (1976 : 71) artikel the hanya menyatakan bahwa barang atau
hal yang dipersoalkan adalah spesifik dan telah diketahui sebelumnya. Kalimat Don’t go,
the train is coming menyatakan bahwa kereta dalam kalimat ini (the train) telah diketahui
sebelumnya. Bisa saja kereta yang dimaksud adalah kereta yang telah mereka tunggu
sebelumnya. Secara lengkap referen demonstratif dapat dilihat pada struktur berikut ini.
Referen Demonstratif (Halliday & Hasan, 1976 : 57)
netral the
dekat
dekat : jauh :
jauh (tidak dekat)
selektif tunggal : this that
peserta
jamak : these those
tempat : here there
keadaan
waktu : now then
Page 29 of 117
2.2.1.3 Refere n Komparatif
Kemiripan bersifat referen. Sebuah benda tidak dapat dikatakan “mirip” saja,
tetapi harus dikatakan “mirip dengan sesuatu”. Jadi perbandingan antara dua hal yang mirip
adalah salah satu bentuk referen. Referen yang seperti ini disebut referen komparatif.
Selanjutnya dalam pembahasan mengenai referen komparatif, Halliday dan Hasan (1976 :
76-80) membagi referen kompatif menjadi dua, yaitu:
1. komparatif umum, yaitu referen yang mengekpresikan kemiripan antara benda. Dua
buah benda dapat sama, serupa atau berbeda.
2. komparatif khusus, yaitu perbandingan antara benda dengan memperhatikan perbedaan
kualitas atau kuantitas.
Baik referen komparatif umum maupun referen komparatif khusus diekspresikan
dalam konteks dengan menggunakan adjektif (same, equal, identical) atau adverbia
(identically, differently). Untuk selengkapnya dapat dilihat pada struktur referen komparatif
berikut ini.
Referen Komparatif (Halliday & Hasan, 1976 : 76)
identitas same, equal, identical, identically
umum kesamaan such, similar, so, similarly, likewise
(deiksis)
perbedaan other, different, else, differently, otherwise
komparatif
numerative more, fewer, less, further, tambahan; so-,
as-, equally-, + quantifier; mis.: so many
khusus
(non-deiksis)
ephitet adjektif komparatif dan adverbia, contoh: better, so-, as-,
more-, less-, equally- + adjektif komparatif dan adverbia,
mis. : equally good
Page 30 of 117
Melalui tiga buah contoh kalimat di bawah ini dapat diketahui penggunaan referen
komparatif dalam kalimat dan hal apa saja yang dibandingkan oleh referen-referen
komparatif tersebut.
a. We have received exactly the same report as was submitted two months ago.
b. There are other qualities than conviviality needed for this job.
c. Find a number equal to the square of the sum of its digits.
Pada kalimat pertama (a), referen komparatifnya as dan referennya adalah [the one that]
was submitted two months ago. Than pada kalimat kedua (b) membandingkan other
qualities dengan referen conviviality, sedangkan equal pada (c) membandingkan number
dengan referen the square of the sum of its digits.
Penentuan referen baru dapat ditentukan apabila konteks tuturan sudah diketahui
dengan pasti. Makna referensial implisit akan dibiarkan tetap implisit maupun dijadikan
eksplisit dalam terjemahan bergantung pada masing-masing sistem bahasa sasaran.
Pemahaman makna referan implisit ini berperan penting dalam penerjemahan terutama
untuk mencegah terjadinya ambiguitas.
Sebagai contoh, apabila kita mendengar istilah kota hujan maka pikiran kita akan
langsung mengacu pada kota Bogor yang memang terkenal sering hujan. Dalam konteks
kalimat banjir melanda kota hujan informasi Bogor sebagai acuan dari kata kota hujan
dibuat implisit. Hal ini dapat dilakukan karena informasi ini sudah banyak dikenal orang.
Untuk kasus tertentu, misalnya untuk memberikan informasi ini kepada pembaca yang
bukan orang Indonesia, kalimat tadi dapat saja dibuat eksplisit menjadi banjir melanda
Bogor yang terkenal sebagai kota hujan.
Page 31 of 117
2.2.2 Makna Organisasional Implisit
Aminuddin menyatakan bahwa makna organisasional adalah Makna yang timbul
akibat adanya peristiwa gramatikal, baik antara imbuhan dengan kata dasar maupun
antara kata dengan kata atau frase dengan frase disebut organisasional (1985: 88).
Sebuah kalimat dibentuk dari kata-kata tadi dalam sebuah kesatuan kalimat itulah yang
dimaksud dengan makna organisasional. Terkadang makna organisasional dibiarkan
implisit, sehingga kita mengenal adanya makna organisasional (kontekstual) implisit.
Untuk memperjelas definisi di atas, ada baiknya kita memperhatikan kalimatkalimat
berikut. Kalimat kota Bogor didirikan pada tahun 1620 dipakai untuk
menempatkan kota Bogor sebagai pokok pembicaraan. Untuk melakukan hal ini, informasi
mengenai siapa yang mendirikannya dibuat implisit. Apabila pokok pembicaraannya
adalah pendiri kota Bogor maka kalimat tadi dapat dieksplisitkan menjadi Prabu Siliwangi
mendirikan kota Bogor pada tahun 1620.
Pengimplisitan makna-makna organisasional dapat diwujudkan ke dalam tiga
bentukan kalimat, yaitu: kalimat elipsis, kalimat pasif dan penggunaan kata substitusi
dalam kalimat (Larson, 1984: 40-41). Elipsis adalah penghilangan unsur kalimat, walaupun
demikian struktur kalimat elipsis tetap memenuhi aturan pola kalimat yang berlaku. Dalam
kalimat pasif seringkali pelaku dari kalimat tersebut diimplisitkan, hal ini disebabkan
pelaku dalam kalimat pasif bukanlah pokok pembicaraan. Penggunaan kata substitusi
dalam kalimat biasanya disebabkan untuk menghindari pengulangan atau redundan. Ketiga
bentukan ini menyebabkan timbulnya makna implisit organisasional. Walaupun secara
struktur kalimatnya tidak utuh namun pengertian yang dibawa tetap utuh.
Page 32 of 117
2.2.2.1 Kata Substitusi
Substitusi, menurut Halliday dan Hasan (1976 : 88-89) adalah penggantian sebuah
hal yang berkaitan dengan linguistik, seperti kata atau frasa, dengan hal lainnya.
Selanjutnya Halliday dan Hasan juga menjelaskan bahwa substitusi juga memiliki
hubungan yang lebih terkait dengan faktor gramatikal, untuk itulah pengkriteriaan kata
substitusi dijabarkan secara gramatikal (1976 : 90). Dalam bahasa Inggris, sebuah kata
substitusi dapat berfungsi sebagai nomina, verba, atau klausa. Sehingga masih menurut
Halliday dan Hasan (1976 : 91), ada tiga tipe kata substitusi, yaitu :
1. Nominal : one, ones; same
2. Verbal : do
3. Klausal : so, not
Tiga contoh kalimat berikut ini masing-masing memiliki kata substitusi untuk
substitusi nomina dan verba.
a. My axe is too blunt. I must get a sharper one.
b. You think Joan already knows? –I think everybody does
c. Is there going to be an earthquake? –It says so.
Pada kalimat (a) kata substitusi one menggantikan nomina axe pada kalimat sebelumnya,
sedangkan pada kalimat (b) kata substitusi does menggantikan verba knows yang terletak
pada kalimat tanya sebelumnya. Berikutnya pada kalimat (c), kata substitusi so
menggantikan klausa there’s going to be an earthquake. Dalam contoh-contoh ini semua
makna yang digantikan oleh kata substitusi terletak pada kalimat sebelumnya. Hal ini
Page 33 of 117
sejalan dengan pendapat Halliday dan Hasan yang mengatakan bahwa substitusi adalah
hubungan yang terjadi di dalam teks (1976 : 89).
2.2.2.2 Kalimat Elipsis
Chalker (984 : 264) mendefinisikan elipsis sebagai alat yang secara tata bahasa
formal digunakan untuk membantu menghindari pengulangan, ia juga menggambarkan
elipsis sebagai substitusi dengan unsur kosong. Sejalan dengan Chalker, Halliday dan
Hasan (1976 : 142) juga menyatakan bahwa elipsis adalah sesuatu yang dihilangkan dan
tidak dikatakan, namun tidaklah berarti bahwa sesuatu yang dihilangkan dan tidak
dikatakan itu menyebabkan teks sukar dipahami. Elipsis dapat dipahami dan pemahaman
tersebut didapat dengan cara yang tidak dikatakan. Dari penjelasan-penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa, selain digunakan untuk menghindari pengulangan, elipsis juga tidak
menyebabkan sebuah teks menjadi sukar dipahami. Dengan kata lain keutuhan teks tetap
terjaga.
Halliday dan Hasan (1976 : 146) membagi elipsis dalam tiga jenis, yaitu:
1. Elipsis nominal
2. Elipsis verbal
3. Elipsis klausal
Untuk memperjelas ketiga pembagian tersebut, ada baiknya kita memperhatikan contohcontoh
kalimat dalam tabel berikut. Pada kolom pertama dapat diketahui jenis dari elipsis,
kolom kedua berisi contoh kalimatnya, dan kolom yang terakhir berisi hal apa yang
dielipsiskan oleh contoh kalimat pada kolom kedua tadi.
Page 34 of 117
Tabel contoh kalimat elipsis (Halliday dan Hasan, 1976 : 148-198)
Jenis Elipsis Contoh Kalimat Yang Dielipsiskan
Nomina Four other Oysters followed them, and yet
another four.
another four oysters
Verba Have you been swimming? –Yes, I have. have been swimming
Verba What have you been doing? –Swimming have been swimming
Klausa What was the Duke going to do? –Plant a row
of poplars in the park.
the Duke
Klausa Who was going to plant a row of poplars in
the park? –The Duke was.
plant a row of poplars in
the park
2.2.2.3 Kalimat Pasif
Allen (1987 : 270) menyatakan bahwa prinsip umum dalam penggunaan kalimat
pasif adalah ketika fokus dari penutur terletak pada aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan
bukan pada subjek yang melakukan pekerjaan tersebut. Kalimat people speak English all
over the world memberikan lebih banyak bobot pada subjek people. Ketika fokus utama
kita adalah speaking English, maka kalimat tersebut sebaiknya diubah menjadi kalimat
pasif dan menjadi English is spoken all over the world. Informasi mengenai subjek dalam
kalimat pasif sering kali tidak terlalu diperlukan sehingga seringkali keberadaaannya
dihilangkan.
Page 35 of 117
Kridalaksana (1993 : 156) menyatakan ada dua macam kalimat pasif, yaitu pasif
berpelaku dan pasif tak berpelaku. Kalimat pasif berpelaku memiliki pelaku yang
melakukan pekerjaan, seperti yang terlihat dalam pelaku guru pada kalimat Suratku dibaca
oleh guru. Hal yang sebaliknya terjadi pada kalimat pasif tak berpelaku, tidak ada pelaku
dalam kalimat pasif jenis ini. Kalimat Uang baru itu telah diedarkan secara luas tidak
menampilkan siapa pelakunya karena pelakunya bukan fokus pembicaraan.
Nida dan Taber (1969 : 114) mengatakan bahwa penyampaian makna kalimat
pasif menjadi sulit khususnya apabila bahasa sasaran tidak mengenal konstruksi pasif.
Namun bahasa Indonesia, seperti halnya bahasa Inggris, memiliki konstruksi kalimat pasif
sehingga penyampaian makna dari kalimat pasif bahasa Inggris ke bahasa Indonesia tidak
menemui kesulitan yang berarti.
2.2.3 Makna Situasional Implisit
Menurut Larson (1984: 37) makna situasional implisit adalah makna yang timbul
karena adanya hubungan antara ujaran dan situasi pada saat ujaran tersebut diucapkan.
Yang dimaksud dengan situasi ujaran menurut Kridalakaksana (1993 : 200) adalah unsur
luar bahasa yang berhubungan dengan ujaran atau wacana sehingga ujaran atau wacana
tersebut bermakna.
Menurut Larson (1984: 133-138) makna dapat dipengaruhi oleh hal-hal seperti:
hubungan antara penutur dan penanggap, latar belakang budaya, tempat berlakunya
proses komunikasi, waktu terjadinya ujaran, usia dan jenis kelamin, situasi sosial penutur
dan penanggap, praduga yang muncul dalam situasi berkomunikasi dan gerakan isyarat
Page 36 of 117
yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Unsur-unsur seperti yang telah
disebutkan tadi sangat berpengaruh dalam penentuan makna, karena itulah hal-hal di luar
bahasa juga berperan penting dalam menentukan makna situasional implisit.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya makna implisit
situasional, dalam skripsi ini pembahasan mengenai hal itu hanya akan dibatasi menjadi
empat kategori, yaitu : makna situasional implisit yang timbul akibat perbedaan faktor
budaya, makna situasional implisit yang timbul akibat gerakan isyarat yang terjadi pada
saat ujaran, makna situasional implisit yang terjadi karena waktu dan tempat terjadinya
ujaran, dan yang terakhir adalah makna situasional implisit yang timbul akibat adanya
hubungan tertentu antara penutur dan penanggap.
2.2.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya
Suatu teks mungkin sama sekali tidak dimengerti oleh orang yang tidak
mengetahui latar belakang budaya penutur karena di dalamnya terdapat begitu banyak
makna situasional yang diimplisitkan. Apabila penutur dan penanggap memiliki latar
belakang budaya yang sama maka akan banyak terdapat istilah yang berhubungan dengan
budaya yang dibiarkan implisit. Hal ini disebabkan oleh adanya pengetahuan yang telah
dimiliki bersama.
Makna situasional implisit yang disebabkan oleh faktor budaya akan menjadi batu
sandungan yang cukup besar jika penanggap memiliki latar belakang budaya yang sangat
berbeda dari penutur. Oleh karena itu, dalam penerjemahannya makna implisit ini harus
dieksplisitkan agar pesan penutur dapat tersampaikan dengan baik, kecuali jika istilah yang
Page 37 of 117
dipakai sudah tidak asing lagi bagi penanggap. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
kalimat berikut ini:
“I really really love Jodie Foster in The Silence of The Lambs.”
The Silence of The Lambs adalah film Amerika yang cukup terkenal dan Jodie Foster
adalah artis wanita pemeran utama film tersebut. Untuk orang yang tidak mengenal Jodie
Foster atau The Silence of The Lambs, kalimat di atas tidak memiliki arti apa-apa bahkan
cenderung membingungkan. Namun bagi sebagian orang Indonesia yang akrab dengan
film-film Amerika kalimat di atas telah cukup jelas, karena mereka tahu bahwa Jodie
Foster adalah seorang artis wanita terkemuka dan The Silence of The Lambs adalah salah
satu filmnya.
2.2.3.2 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran
Kadang-kadang suatu kata atau kalimat baru bisa dipahami dengan baik apabila
didukung oleh gerakan isyarat yang dilakukan penutur pada saat ujaran terjadi. Hal inilah
yang melatarbelakangi terjadinya makna implisit yang disebabkan oleh gerakan isyarat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh kalimat berikut ini:
James pointed to his car and said, “Get in. I’ll drive you home.”
Dari contoh kalimat di atas terlihat pada kalimat pertama ada gerakan yang dilakukan oleh
penutur, yaitu gerakan menunjuk ke arah mobilnya. Melalui gerakan ini, lebih jelas bahwa
yang dimaksud oleh kata get in pada kalimat berikutnya adalah get in my car.
Page 38 of 117
2.2.3.3 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Terjadinya
Komunikasi
Kadang-kadang suatu kalimat baru dapat dimengerti maknanya apabila
dihubungkan dengan pengertian lain yang dibawa oleh tempat atau waktu pada saat
terjadinya ujaran. Misalnya saja kata masuk! dapat memiliki arti bermacam-macam
tergantung tempat pengucapannya. Di dalam kelas kata masuk dapat berarti hadir,
sedangkan kata yang sama dapat berarti di dalam garis pada saat bermain bulutangkis di
lapangan bulutangkis.
Waktu terjadinya komunikasi juga dapat menyebabkan timbulnya makna implisit.
Misalnya apabila seorang anak pulang ke rumah menjelang tengah malam kemungkinan
orang tuanya akan berkata kenapa tidak pulang pagi saja? Padahal tentu saja maksud
orang tuanya tidak seperti itu. Ada makna implisit yang terkandung di dalam pernyataan
tersebut yang bisa saja berupa imbauan agar anaknya bisa pulang lebih cepat atau bahkan
sindiran mengenai kepulangan si anak yang terlalu malam.
2.2.3.4 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap
Hubungan antara penutur dan penanggap sangat mempengaruhi makna yang
terkandung di dalam kalimat. Adanya hubungan tertentu antara penutur dan penanggap
dapat menyebabkan adanya makna yang diimplisitkan misalnya Budi akan berkata kepada
teman sekelasnya Pak Iwan tidak masuk hari ini karena si penanggap telah mengetahui
bahwa yang dimaksud dengan Pak Iwan adalah guru IPA mereka. Ketika Budi ingin
membicarakan mengenai orang yang sama kepada ibunya, mungkin ia akan berkata Pak
Iwan, guru IPA kami, tidak masuk hari ini.
Page 39 of 117
Sebagai contoh lain kita akan melihat kalimat yang diucapkan oleh seorang
wanita. Kepada suaminya ia berkata Peter sakit flu. Namun ketika ia ingin menyampaikan
informasi yang sama kepada dokter, wanita ini akan berkata anak saya, Peter, sakit flu
informasi anak saya tidak diperlukan untuk menandakan Peter ketika berbicara kepada
suaminya yang tahu benar siapa Peter itu.
Makna yang terdapat dalam sebuah teks bisa digolongkan ke dalam berbagai jenis,
salah satunya adalah makna implisit. Sifat dari makna implisit yang tidak ditampilkan
menjadikan keberadaannya terkadang sulit untuk dilihat dan dimengerti secara sambil lalu.
Namun makna implisit merupakan bagian dari teks tersebut sehingga peranannya dalam
menjaga kesatuan dan keutuhan teks tidak kalah penting dari komponen makna yang lain.
2.3 Penerjemahan
Para ahli mempunyai pendapat sendiri-sendiri tentang penerjemahan. Newmark,
mengungkapkan bahwa penerjemahan adalah suatu proses pengalihan pesan yang terdapat
dalam teks bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa sasaran. Translation is a
craft consisting in the attempt to replace a written message and / or statement in one
language by the same message and / or statement in another language. (1982: 7)
Kemudian Nida dan Taber (1969: 1) mengemukakan bahwa penerjemahan adalah
pengalihan makna yang sedekat-dekatnya dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa
sasaran, pertama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya. Translation
consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the
source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.
Page 40 of 117
Catford (1965: 20) mendefinisikan penerjemahan sebagai penggantian teks dalam
satu bahasa (bahasa sumber) dengan teks yang ekivalen dalam bahasa lain (bahasa sasaran).
Translation is the replacement of textual material in one language (Source Language) by
equivalent textual material in another language (Target Language).
Sejalan dengan itu, Kridalaksana mengemukakan bahwa penerjemahan adalah
pengalihan amanat antar budaya dan / atau antar bahasa dalam tataran gramatikal dan
leksikal dengan maksud, efek atau ujud yang sedapat mungkin tetap dipertahankan. Selain
itu, Kridalaksana juga, menyebutkan bahwa penerjemahan adalah bidang linguistik
terapan yang mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa
lain (1993: 162).
Sedangkan menurut Larson (1984: 3) menerjemahkan itu berarti:
a. mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari
teks bahasa sumber.
b. menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya.
c. mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budaya.
Jelas terlihat dari definisi di atas bahwa penerjemahan tidak sekedar mencari
padanan kata, tetapi pesan atau amanat yang ada di dalam teks asli harus sedapat mungkin
dipertahankan. Keutuhan teks, gaya penulis dan maksud dari teks itu harus tetap terlihat.
Page 41 of 117
2.3.1 Metode Penerjemahan
Newmark membagi penerjemahan ke dalam delapan metode penerjemahan (1988:
45), sebagai berikut.
1. Penerjemahan kata demi kata (word for word translation). Susunan kata pada teks
sumber dipertahankan dan kata demi kata diterjemahkan satu persatu ke makna yang
paling umum di luar konteks.
2. Penerjemahan harfiah (literal translation). Susunan gramatikal bahasa sumber
digantikan oleh padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran tetapi unsur
leksikalnya diterjemahkan satu persatu di luar konteks.
3. Penerjemahan yang persis (faithful translation). Metode penerjemahan ini
menghasilkan makna kontekstual yang persis dengan aslinya dalam struktur gramatikal
bahasa sasaran.
4. Penerjemahan semantik (semantic translation). Hampir serupa dengan metode ketiga,
cuma dalam penerjemahan ini nilai keindahan dan kewajaran serta makna yang
terkandung di dalam bahasa sumber lebih diperhatikan. Melalui metode ini penerjemah
dapat mengekspresikan ketrampilannya dengan leluasa.
5. Saduran (adaptation). Ini merupakan cara penerjemahan drama dan puisi. Dalam
penerjemahan ini tema, pelaku dan cerita dipertahankan. Namun istilah kebudayaan
dalam bahasa sumber digantikan dengan padanannya dalam bahasa sasaran.
6. Penerjemahan bebas (free translation). Di sini isi dan bentuk lebih diutamakan. Hasil
dari metode ini biasanya lebih panjang dari teks asli.
Page 42 of 117
7. Penerjemahan idiomatis (idiomatic translation). Pesan dalam teks asli diusahakan
untuk bisa disampaikan, tetapi ada kecendrungan untuk mengubahnya ke dalam bahasa
dan ungkapan yang dipakai sehari-hari dalam bahasa sasaran.
8. Penerjemahan komunikatif (communicative translation). Makna kontekstual dalam teks
sumber diterjemahkan sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya dapat
diterima dan dipahami oleh pembaca.
Lebih jauh dijelaskan oleh Newmark (1988: 47) dari ke delapan metode
penerjemahan tadi, hanya ada dua metode penerjemahan yang dapat dianggap dapat
memenuhi tujuan utama penerjemahan. Kedua metode tersebut: penerjemahan semantik
dan penerjemahan komunikatif.
Penerjemahan semantik adalah metode penerjemahan yang sangat menekankan
pada peranan penulis asli. Dengan demikian penerjemahan dilakukan sedapat mungkin
sesuai dengam bentuk naskah yang asli. Ungkapan-ungkapan dan idiom yang ada di teks
asli tetap dipertahankan sesuai dengan aslinya dan diberi keterangan. Bentuk kalimat juga
dipertahankan, misalnya kalimat majemuk tetap dipertahankan sebagai kalimat majemuk
dalam penerjemahannya. Metode penerjemahan seperti ini baik jika dilihat dari segi bentuk
dan struktur kalimat karena sesuai dengan naskah asli. Biasanya metode ini digunakan
untuk menerjemahkan karya sastra atau naskah keagamaan.
Penerjemahan komunikatif memiliki sifat yang lebih menekankan kepada
kenyamanan pembaca teks bahasa sasaran. Upaya penerjemahan dilakukan untuk
memberikan penjelasan yang sangat baik kepada pembaca dengan tujuan amanat dari
pengarang/penulis asli dapat tersampaikan. Ungkapan-ungkapan yang ada di bahasa
Page 43 of 117
sumber diganti ke dalam ungkapan-ungkapan yang ada di bahasa sasaran. Bentuk
kalimatpun tidak dipertahankan apabila dianggap dapat menimbulkan ketaksaan atau
kekaburan informasi. Makna sangat ditekankan dalam metode ini, sehingga pembaca hasil
terjemahan dalam bahasa sasaran dapat lebih mudah memahami maksud dan pesan penulis
asli. Metode ini biasanya dipakai untuk penerjemahan yang bersifat informatif atau
hiburan.
Tabel Perbedaan Antara Penerjemahan Semantik dan Komunikatif (Newmark, 1988:47)
Penerjemahan Semantik Penerjemahan Komunikatif
Lebih akurat Lebih Ekonomis
Mengutamakan pihak penulis asli Mengutamakan pembaca
Digunakan untuk menerjemahkan teks yang
berhubungan dengan emosi atau perasaan
Digunakan untuk menerjemahkan teks yang
berisi informasi atau ajakan
Melibatkan daya cipta penerjemah sehingga
cenderung berlebihan
Mengutamakan pesan sehingga sederhana, jelas,
singkat dan ditulis secara wajar
Penerjemah bereaksi sesuai dengan keinginan
penulis asli
Penerjemah tidak bebas bereaksi karena
pambaca bervariasi
Larson (1984: 16) membagi penerjemahan menjadi dua jenis yaitu:
1. Penerjemahan harfiah. Penerjemahan jenis ini merupakan penerjemahan yang berusaha
mengikuti bentuk bahasa sumber. Bentuk penerjemahan ini sangat berguna untuk studi
bahasa sumber, namun sayangnya tidak banyak membantu pembaca bahasa sasaran
yang ingin mengetahui makna teks bahasa sumber
2. Penerjemahan idiomatis. Penerjemahan secara idiomatis berusaha menyampaikan
makna teks bahasa sumber dengan bentuk bahasa sasaran yang wajar, baik konstruksi
Page 44 of 117
gramatikalnya maupun pemilikan unsur leksikalnya. Penerjemahan ini mutlak tidak
akan terdengar sebagai terjemahan, tetapi seperti ditulis asli dalam bahasa sasaran.
Bentuk penerjemahan seperti penerjemahan idomatis dan komunikatif
memberikan kesempatan pada penerjemah untuk memilih bentuk gramatikal dan unsur
leksikal yang wajar dalam bahasa sasaran. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan
terjemahan yang wajar dan dapat diterima tanpa meninggalkan pesan teks dari bahasa
sumber. Penerjemahan seperti ini biasanya banyak dipakai untuk menerjemahkan novel.
Para ahli bahasa memiliki beragam pendapat mengenai metode penerjemahan.
Namun dari berbagai teori mengenai metode dalam menerjemahkan setidaknya ada dua
metode umum yang dapat dipakai dalam praktek, yaitu menerjemahkan secara harfiah (atau
semantis) dan idiomatis (atau komunikatif). Penerjemahan secara harfiah biasanya banyak
dijumpai dalam naskah sastra atau keagamaan. Sedangkan dalam menerjemahkan novel
biasanya diambil metode yang kedua karena berbagai alasan baik yang bersifat bahasa
maupun non-bahasa, misalnya kewajaran bentuk bahasa, mengutamakan pembaca, dan
kejelasan pesan dalam bahasa sasaran.
2.3.2 Penerjemahan Makna Implisit
Larson mengemukakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi seorang
penerjemah adalah mengetahui kapan makna implisit harus dieksplisitkan atau tetap dibuat
implisit dalam penerjemahannya. Dalam suatu teks, ada makna yang disampaikan secara
terbuka (eksplisit) tetapi ada juga yang implisit. Makna implisit harus dapat disampaikan
Page 45 of 117
dengan baik dalam terjemahannya karena makna implisit tersebut merupakan bagian dari
teks sehingga makna ini tidak boleh ditinggalkan. (1984: 42).
Dalam penerjemahannya, masih menurut Larson (1984: 41-42) makna implisit
dapat tetap dibiarkan implisit tetapi dapat juga dieksplisitkan apabila dianggap perlu atau
ada pertimbangan-pertimbangan lain. Seorang penerjemah yang baik harus dapat
mengetahui kapan makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit dan kapan
sebaiknya tetap diterjemahkan implisit. Penerjemahan makna implisit hanya boleh
dieksplisitkan jika diperlukan penyampaian makna yang tepat atau untuk mendapatkan
kewajaran bentuk dalam terjemahan.
Page 46 of 117
BAB III
OBJEK PENELITIAN
Objek yang diambil untuk penulisan ini didapat dari novel Harry Potter and the
Prisoner of Azkaban yang ditulis oleh J. K. Rowling dan terjemahannya dalam bahasa
Indonesia yaitu Harry Potter Dan Tawanan Azkaban yang dialihbahasakan oleh Listiana
Srisanti. Objek yang dimaksud adalah kalimat-kalimat yang mengandung makna implisit
dalam novel tersebut. Kalimat-kalimat yang terkumpul ditulis dalam bentuk data kemudian
diklasifikasikan untuk memudahkan analisis.
Pengklasifikasian ini dilakukan berdasarkan teori yang dikemukakan Larson
mengenai makna implisit. Larson membagi makna implisit menjadi tiga golongan, yaitu :
1. makna referensial implisit,
2. makna organisasional implisit,
3. makna situasional implisit.
Serial novel Harry Potter boleh dibilang sebagai buku terlaris yang terjual di
dunia dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Buku ini telah terjual sebanyak 31 juta
kopi di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 31 bahasa. Di Inggris, negara asal
buku ini, Harry Potter terjual 370.000 kopi dalam hari pertama peluncurannya. Bahkan
pengarangnya, J. K. Rowling, tidak pernah menyangka bukunya akan selaris ini. Ia bahkan
pesimis ada penerbit yang berminat untuk menerbitkan buku ini pada awalnya.
Page 47 of 117
Adapun terjemahan buku ini dalam bahasa Indonesia dibuat oleh Listiana Srisanti
dan diterbitkan oleh PT. Gramedia. Novel Harry Potter dan Tawanan Azkaban telah
dicetak dua kali oleh penerbit, kedua cetakan itu dicetak dalam bulan dan tahun yang
sama. Semua ini menunjukkan betapa novel ini sangat digemari di seluruh dunia, termasuk
Indonesia.
Makna impilisit, seperti yang telah dibahas di bab II, dalam penerjemahannya
dapat diterjemahkan menjadi eksplisit atau tetap dibiarkan implisit. Kelihaian penerjemah
menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
Keistimewaan penerjemah buku ini dalam memilih kapan harus menerjemahkan makna
implisit menjadi eksplisit atau tetap dibiarkan implisit tanpa mengorbankan gaya penulisan
pengarang asli dan keutuhan cerita menjadi hal yang penting untuk diperhatikan semua
orang yang ingin memiliki ketrampilan menerjemahkan buku dengan baik.
Penyesuaian yang dilakukan oleh penerjemah dalam menerjemahkan buku ini juga
menarik untuk disimak karena begitu banyak penyesuaian yang harus dilakukan.
Penyesuaian-penyesuaian ini dilakukan karena berbagai sebab yang antara lain
berhubungan dengan ketaksaan pada teks, gaya penulisan oleh penulis asli, ketidakjelaan
referen, keefektifan kalimat, latar belakang budaya, bahasa dan juga perbedaan sistem
bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Page 48 of 117
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan penelitian dan pembahasan mengenai penerjemahan
makna implisit. Penerjemahan makna implisit dapat tetap diimplisitkan atau dieksplisitkan
dengan berbagai pertimbangan.
4.1 Makna Referensial Implisit
4.1.1 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 1a Data 1b
“So she phoned the telephone hotline.
By the time the Ministry of Magic got
there, he was gone.”
(HPPA : 96)
“Jadi, dia menelepon nomor
hotline. Waktu orang-orang dari
Kementrian Sihir tiba di tempat itu,
Black sudah pergi.”
(HPTA : 161)
Pada data 1a di atas terdapat pengimplisitan pelaku yaitu referen persona he yang
mengandung makna orang ketiga tunggal laki-laki. Sayangnya nama pelaku yang
diimplisitkan di sini tidak terdapat di kalimat sebelumnya. Dalam buku aslinya, nama
pelaku disebut sekitar dua paragraf sebelum kalimat tersebut. Untuk menghindari
ketidakjelasan yang disebabkan jauhnya letak referen dari kata penggantinya,
penerjemahan ke dalam bahasa sasaran dieksplisitkan menjadi Waktu orang-orang dari
Kementrian Sihir tiba di tempat itu, Black sudah pergi. Referen persona diganti dengan
Page 49 of 117
referen aslinya yaitu nama dari si pelaku. Pengeksplisitan ini penting dilakukan untuk
menghindari terjadinya ketidakjelasan makna.
Data 2a Data 2b
Harry was used to the subjects of
Hogwarts paintings moving around and
leaving their frames to visit each other,
but he always enjoyed watching them.
(HPPA : 77)
Harry sudah terbiasa melihat
tokoh-tokoh dalam lukisan
Hogwarts bergerak dan
meninggalkan pigura mereka untuk
saling mengunjungi, tetapi dia
selalu senang memandangi lukisanlukisan
itu.
(HPTA : 129)
Bagian kalimat ..., but he always enjoyed watching them pada data 2a mempunyai
pronomina them yang mengimplisitkan kata paintings pada bagian terdahulu dari kalimat
tersebut. Berbeda dengan data lima yang mengimplisitkan orang ketiga jamak, kata them di
sini mengimplisitkan benda jamak. Bahasa sasaran tidak memiliki kata ganti untuk benda
jamak, oleh karena itu dalam penerjemahannya pronomina ini harus dieksplisitkan sesuai
referennya yaitu lukisan-lukisan itu. Penerjemahan makna implisit harus dieksplisitkan
karena kata ganti untuk benda jamak dalam bahasa sumber tidak dikenal dalam bahasa
sasaran.
Page 50 of 117
Data 3a Data 3b
He led them down..., right outside the
staff-room door.
“Inside please,” said Professor Lupin,
opening it and standing back.
(HPPA : 100)
Dia membawa mereka..., tepat di
depan pintu ruang guru.
“Silakan masuk,” kata Profesor
Lupin, membuka pintu lalu
minggir. (HPTA : 167)
Dalam cuplikan kalimat pada data 3a di atas yaitu ...opening it and standing back
terdapat pengimplisitan objek, yaitu pada referen pronomina it. Referen pronomina it
mengandung makna nomina tidak bernyawa tunggal dan mengimplisitkan frase the staffroom
door yang ada pada kalimat sebelumnya. Dalam penerjemahannya, referen it tidak
diimplisitkan menjadi –nya melainkan dieksplisitkan menjadi pintu. Pengeksplisitan ini
membuat kalimat tersebut menjadi jelas dan lebih mudah ditangkap.
Data 4a Data 4b
“Not too far from here,” said Seamus,
who looked excited. “It was a Muggle
who saw him. Course, she didn’t really
understand....”
(HPPA : 96)
“Tak jauh dari sini,” kata Seamus,
yang tampak bersemangat.
“Muggle perempuan yang
melihatnya. Tentu saja dia tidak
mengerti...”
(HPTA : 161)
Referen persona she dalam kalimat she didn’t really understand pada data 4a
mengandung makna orang ketiga tunggal perempuan. Penerjemahan referen she ke dalam
Page 51 of 117
bahasa sasaran mempunyai problema tersendiri karena dalam bahasa sasaran tidak dikenal
pembedaan jenis kelamin untuk kata ganti orang ketiga tunggal. Referen persona she dapat
diterjemahkan menjadi dia, tetapi makna implisit bahwa yang dimaksud adalah seorang
perempuan akan hilang. Untuk menghindari adanya pengurangan makna, maka dalam
penerjemahannya dieksplisitkan kata perempuan pada kalimat sebelumnya.
Serupa dengan data sebelumnya, data empat juga menunjukkan diperlukannya
penyesuaian tertentu untuk menerjemahkan makna implisit pada referen persona. Hal ini
dilakukan untuk tetap menjaga keutuhan teks dan maksud penutur. Di lain pihak,
penyesuaian-penyesuaian juga diperlukan untuk menghindari pola yang tidak lazim pada
sistem bahasa sasaran seperti tidak dikenalnya pembedaan jenis kelamin dalam bahasa
Indonesia.
4.1.2 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona
Data 5a Data 5b
It was Peeves the poltergeist, bobbing
over the crowd and looking delighted,
as he always did, at the sight of
wreckage or worry.
(HPPA : 121)
Peeves si hantu jail melayang naikturun
di atas kerumunan dan
tampak riang gembira seperti
biasanya jika ada musibah atau
ketakutan.
(HPTA : 201)
Dalam cuplikan kalimat ...,as he always did,... pada data 5a di atas terdapat kata
ganti orang ketiga tunggal he yang mengimplisitkan orang yang sama dengan yang telah
Page 52 of 117
disebut pada bagian kalimat sebelumnya. Berbeda dengan data pertama, letak pronomina
pada data kelima yang relatif dekat dengan referennya membuat penerjemahan ke dalam
bahasa sasaran dapat tetap dibiarkan implisit. Biasanya pronomina he dapat diterjemahkan
dengan kata dia. Namun dalam penerjemahannya cuplikan kalimat diatas pronomina he
dalam penerjemahannya dihilangkan. Hal ini dilakukan dalam upaya menghindarkan
terjadinya pengulangan kata, juga untuk membentuk kalimat yang efektif.
Data 6a Data 6b
“You sold Lily and James to
Voldemort,” said Black, who was
shaking too. “Do you deny it?”
(HPPA :274 )
“Kau menjual Lily dan James
kepada Voldemort,” kata Black,
yang juga gemetar. “Apakah kau
menyangkalnya?” (HPTA : 460)
Di dalam kalimat pada data 6a terdapat kalimat tanya Do you deny it? Referen
pronomina it yang terdapat pada kalimat tanya tersebut mengimplisitkan kejadian yang
dijelaskan pada kalimat sebelumnya, yaitu selling Lily and James to Voldemort. Dalam
penerjemahannya, makna implisit yang terkandung pada kata it tetap diimplisitkan menjadi
–nya. Walaupun demikian, hal ini tidak mengaburkan makna implisit yang terkandung di
dalam kalimat tanya Apakah kau menyangkalnya?
Pada data keenam terdapat referen pronomina yang sama seperti data ketiga, yaitu
it. Tetapi walaupun demikian penerjemahan makna implisit yang terdapat pada kedua
referen ini berbeda. Apabila dalam data ketiga penerjemahannya dieksplisitkan, dalam data
keenam maknanya tetap dibiarkan implisit karena akhiran -nya selalu menerangkan hal
Page 53 of 117
yang sebelumnya dituturkan dalam konteks. Kedua macam penerjemahan yang berbeda ini
tepat dan dibenarkan, karena kalimat-kalimat yang dihasilkan dalam bahasa sasaran dapat
dengan jelas ditangkap maksudnya dan tidak ada pengurangan makna pada kalimat-kalimat
tersebut.
Data 7a Data 7b
“Well...your parents appointed me your
guardian,” said Sirius stiffly. “If
anything happened to them...”
(HPPA : 277)
“Orangtuamu menunjukku sebagai
walimu,” kata Sirius kaku. “Jika
terjadi sesuatu pada mereka...”
(HPTA : 466)
Di dalam kalimat If anything happened to them...pada data 7a terdapat referen
persona them yang mengimplisitkan frase your parents yang terdapat pada kalimat
Well...your parents appointed me your guardian. Kata them di sini mengimplisitkan orang
ketiga jamak. Dalam terjemahannya, kata them tetap diimplisitkan menjadi mereka, karena
kata ganti orang juga terdapat dalam bahasa Indonesia. Makna implisit yang terkandung
pada kalimat tersebut juga dapat ditangkap dengan baik tanpa harus mengeksplisitkannya.
Penerjemahan seperti ini baik sebab makna implisit tidak perlu dieksplisitkan apabila pola
kalimat dalam bahasa sasaran memungkinkannya.
Page 54 of 117
Data 8a Data 8b
This house – “Lupin looked miserably
around the room,” – the tunnel that
leads to it – they were built for my use.
(HPPA : 259)
Rumah ini...” Lupin memandang
ke sekitarnya dengan
muram,”...terowongan yang
menuju kesini – semuanya
dibangun untuk kugunakan.
(HPTA : 434)
Kalimat - they were built for my use memiliki referen they yang mengacu pada
kalimat sebelumnya. Pronomina they pada kalimat ini mengandung makna benda tak
bernyawa jamak. Benda-benda yang diimplisitkan oleh referen they dalam kalimat ini
adalah this house and the tunnel that leads to it. Pada bahasa sasaran tidak dikenal kata
benda jamak, oleh karena itu dalam penerjemahannya dipakai kata semuanya. Walaupun
dalam hal ini referen they tetap implisit dalam bahasa sasaran, penerjemah tidak merasa
perlu untuk mengeksplisitkan makna yang ada karena telah terwakili dengan baik oleh kata
semuanya. Hal ini mungkin dilakukan untuk menghindari pengulangan kata-kata.
Meskipun demikian penerjemahan ini cukup baik karena sesuai dengan kelaziman pola
bahasa yang ada pada bahasa sasaran dan telah dapat menyampaikan maksud penutur.
Page 55 of 117
4.1.3 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 9a Data 9b
“I need you to sign the permission
form,” said Harry in a rush.
“And why should I do that?” sneered
Uncle Vernon. (HPPA : 21)
“Formulirnya perlu ditandangani
Paman,” kata Harry buru-buru.
“Kenapa aku harus tanda tangan?”
cibir paman Vernon.
(HPTA : 33)
Kalimat tanya and why should I do that? pada data 9a mempunyai referen
demonstratif that. That di sini mengacu pada frase the signing of the permission form,
yang terdapat pada kalimat sebelumnya. Di dalam penerjemahannya, referennya dapat tetap
diimplisitkan atau dieksplisitkan. Apabila dipilih untuk tetap mengimplisitkan referen,
maka kalimatnya akan menjadi kenapa aku harus melakukan (hal) itu? Namun penerjemah
memilih untuk mengeksplisitkan referennya sehingga kalimat tanya tersebut berbunyi
kenapa aku harus tanda tangan? Pengeksplisitan ini membuat kalimat menjadi lebih jelas.
Makna yang terkandung juga terbaca dengan baik tanpa harus mengorbankan keutuhan
teks.
Page 56 of 117
4.1.4 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif
Data 10a Data 10b
They watched in astonishment as the
little knight tugged his sword out its
scabbard and began brandishing it
violently,...
But the sword was too long for him;…
(HPPA : 77)
Mereka mengawasi dengan
tercengang ketika si ksatria
mencabut pedang dari sarungnya
dan mengacung-acungkannya
dengan garang...
Tetapi pedang itu terlalu panjang
baginya. (HPTA : 129)
Penggunaan artikel the sebelum nomina menunjukkan bahwa nomina itu telah
disebutkan sebelumnya. Karenanya the pada data 10a juga sebuah referen demonstratif
dengan hal yang telah disebutkan sebelumnya sebagai referen. Pada kalimat But the sword
was too long for him, frase the sword menunjukkan bahwa bendanya telah diketahui.
Dalam hal ini, the sword mengacu pada a sword that he took out its scabbard and began
brandishing it violently yang ada pada kalimat sebelumnya. Dalam penerjemahannya the
biasanya diterjemahkan menjadi ini atau itu, namun tidak jarang the tidak diterjemahkan
sama sekali. Di sini penerjemah tetap mengimplisitkan frase the sword menjadi pedang itu.
Penerjemahan ini telah tepat dan maksud dari penutur tersampaikan dengan baik.
Page 57 of 117
Data 11a Data 11b
..., but he was clever enough to escape
from Azkaban, and that’s supposed to
be impossible.
(HPPA : 53)
..., tetapi dia cukup pintar untuk
bisa kabur dari Azkaban, padahal
itu kan diandaikan tak mungkin
terjadi. (HPTA : 88)
Kalimat pada data 11a mengandung referen demonstratif that yang mengacu pada
sebuah kejadian yang dibicarakan sebelumnya. Kejadian yang dimaksud adalah the escape
from Azkaban, seperti yang tertera pada bagian kalimat yang terdahulu. Dalam
menerjemahkannya, pronomina demonstratif tersebut tetap diimplisitkan menjadi itu.
Pilihan untuk tetap mengimplisitkan referen demonstratif jatuh karena pengeksplisitan
referen tersebut dalam bahasa sasaran dapat menimbulkan kalimat yang tidak efektif dan
pada akhirnya mengorbankan keutuhan teks. Apabila sebuah referen demonstratif mengacu
pada suatu kejadian, biasanya untuk mempertegas kejadian yang diacu sering ditambahkan
kata hal sebelum pronomina demonstratif. Jadi referen demonstratif that pada data sepuluh
sebaiknya diterjemahkan menjadi hal itu, sehingga kalimatnya menjadi relatif lebih jelas.
Page 58 of 117
Data 12a Data 12b
Professor Trelawney’s head fell
forwards onto her chest. She made a
grunting sort of noise. Then, quite
suddenly, her head snapped up again.
(HPPA : 238)
Kepala Profesor Trelawney
terkulai ke dadanya. Dia
mengeluarkan suara seperti
dengkur, kemudian mendadak
kepalanya tegak kembali.
(HPTA : 398)
Then yang terdapat pada kalimat Then, quite suddenly, her head snapped up again
di data 12a merupakan referen demonstratif yang berupa adverbia. Kehadiran referen then
di sini mengimplisitkan adanya suatu waktu yang menjadi referen, sehingga sebuah
kejadian dapat diketahui terjadi setelah kejadian lainnya. Kejadian pertama yang menjadi
acuan di sini terdapat pada kalimat Professor Trelawney’s head fell forwards onto her
chest sedangkan kejadian kedua yang terjadi setelahnya tertera pada kalimat quite
suddenly, her head snapped up again. Penerjemah menerjemahkan then tetap implisit
menjadi kemudian, dengan demikian makna implisit tentang adanya suatu waktu yang
menjadi referen tetap terjaga. Penerjemahan ini telah dapat menyampaikan makna yang
terkandung.
Page 59 of 117
4.1.5 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 13a Data 13b
In one hand she held an enormous
suitcase, and tucked under the other was
and old and evil-tempered bulldog.
(HPPA : 22)
Satu tangannya memegang koper
besar, dan tangan yang lain
memegang bulldog tua yang galak.
(HPTA : 36)
Data 13a diatas memperlihatkan penerjemahan referen komparatif yang
dieksplisitkan. Referen komparatif yang dimaksud adalah the other yang membandingkan
dua hal. Melalui kalimat pada data diatas dapat dilihat bahwa acuan yang dimaksud adalah
one hand. Dalam penerjemahan, referen the other dieksplisitkan menjadi tangan yang lain.
Pengekplisitan seperti ini bermaksud untuk memperjelas makna yang ada dalam
referennya. Penerjemahan ini sudah tepat dan makna yang terkandung tersampaikan
dengan baik.
4.1.6 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif
Data 14a Data 14b
Was he imagining it, or were Snape’s
eyes flickering towards Lupin more
often than was natural?
(HPPA : 119)
Apakah dia Cuma membayangkan
atau benarkah mata Snape terarah
kepada Lupin lebih sering dari
sewajarnya? (HPTA : 200)
Page 60 of 117
More adalah salah satu referen komparatif dan fungsinya adalah membandingkan
dua kejadian secara kuantitatif. Biasanya kata more diterjemahkan menjadi lebih. Dalam
data 14a diatas more often membandingkan Snape’s eyes flickering towards Lupin dengan
than was natural. Klausa yang disebut pertama adalah acuannya. Referen komparatif more
often diterjemahkan menjadi lebih sering. Penerjemahan tersebut dapat menyampaikan apa
yang dimaksud penutur.
Data 15a Data 15b
For one thing, he hated the summer
holidays more than any other time of the
year. (HPPA : 7)
Misalnya saja, dia paling benci
liburan musim panas dibanding
waktu-waktu lainnya.
(HPTA : 9)
Data 15a juga memperlihatkan penerjemahan referen komparatif more seperti data
14a, namun ada sedikit perbedaan dalam menerjemahkannya. Dalam data 15a diatas more
membandingkan dua buah nomina yaitu summer holidays dan any other time of the year.
Dalam data sebelumnya salah satu hal yang dibandingkan adalah acuannya dan yang
lainnya mengacu pada acuan tadi. Pada data ini, keberadaan kedua hal yang dibandingkan
sederajat. Dalam penerjemahannya seharusnya referen komparatif more juga diterjemahkan
menjadi lebih seperti pada data tiga belas, namun di sini more diterjemahkan menjadi
paling. Hal ini mengakibatkan terjadinya distorsi makna karena seharusnya kata paling
adalah hasil penerjemahan referen komparatif most. Selengkapnya, kalimat tersebut
seharusnya diterjemahkan menjadi Misalnya saja, dia lebih membenci liburan musim
Page 61 of 117
panas dibanding waktu-waktu lainnya. Penerjemahan yang kurang berhati-hati seperti ini
sangat tidak baik karena makna yang disampaikan dalam bahasa sasaran tidak sesuai
dengan makna yang terdapat pada bahasa asli.
Data 16a Data 16b
Harry jumped up out of the bed;
Hermione had done the same.
(HPPA : 285)
Harry melompat turun dari tempat
tidur. Hermione juga.
(HPTA : 478)
Pada contoh kalimat pada daa 16a di atas terdapat referen komparatif same yang
menunjukkan adanya dua kejadian yang sama. Kedua kejadian tersebut adalah Harry
jumped up out of the bed dan Hermione jumped up out of the bed. Kedua kejadian dinilai
sama karena masing-masing subjek melakukan hal yang sama yaitu melompat turun dari
tempat tidur, sehingga digunakan referen komparatif same untuk menghindari
pengulangan kata pada kalimat kedua. Penerjemahan terhadap kalimat Hermione had done
the same seharusnya menjadi Hermione melakukan hal yang sama. Namun penerjemah
mempersingkatnya menjadi Hermione juga, hal ini mungkin dilakukan dengan maksud
membuat kalimat yang lebih efektif. Penerjemahan ini dapat ditolerir.
Page 62 of 117
Data 17a Data 17b
“Come follow me, dear friends, and we
shall find our goal, or else shall perish
bravely in the charge!”
(HPPA : 78)
“Ayo ikut aku, sahabat-sahabat,
dan kita akan mencapai sasaran
kita, atau kalau tidak kita tewas
dengan gagah berani dalam tugas!”
(HPTA : 130)
Referen komparatif else yang terdapat pada data 17a di atas digunakan untuk
membandingkan dua kejadian dimana hanya salah satu dari kedua kejadian itu yang dapat
terjadi. Sebuah kejadian merupakan alternatif apabila kejadian yang pertama disebut tidak
terlaksana. Kejadian yang dibandingkan di sini adalah we shall find our goal dan yang
kedua adalah we shall perish bravely in the charge. Else di sini diterjemahkan secara
implisit menjadi kalau tidak. Penerjemahan tersebut sudah baik dan tidak merusak makna
implisit yang terkandung di dalamnya sehingga makna yang diinginkan penutur dapat
tersampaikan dalam bahasa sasaran.
Data 18a Data 18b
Harry looked..., at the long Arithmancy
essay on which the ink was still
glistening, at the even longer Muggle
studies essay,...
(HPPA : 185)
Harry memandang..., pada
karangan Arithmancy yang
tintanya masih berkilat, pada
karangan Telaah Muggle yang
lebih panjang lagi...
(HPTA : 310)
Page 63 of 117
Pada data 18a di atas terdapat referen komparatif longer yang membandingkan dua
nomina. Kedua nomina yang dibandingkan adalah Arithmancy essay dan Muggle studies
essay. Perbandingan dengan referen komparatif longer tersebut mengimplisitkan bahwa
nomina yang disebut belakangan lebih panjang daripada nomina yang pertama. Informasi
ini diimplisitkan dalam referen komparatif longer, apabila dieksplisitkan maka kalimat
tersebut berbunyi at the Muggle studies essay that even longer than Arithmancy essay.
Dalam penerjemahannya referen komparatif longer tetap dibiarkan implisit menjadi lebih
panjang lagi, hal ini telah dapat menyampaikan makna yang ada dengan baik.
Penerjemahan referen komparatif biasanya tetap dibiarkan implisit karena sistem
bahasa sasaran juga memungkinkan hal tersebut. Makna yang terkandung dapat
tersampaikan dengan baik tanpa harus mengeksplisitkan kalimatnya. Pengeksplisitan
makna dilakukan hanya untuk memperjelas kalimat yang sudah ada.
4.2 Makna Organisasional Implisit
4.2.1 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 19a Data 19b
“Harry if you don’t want to continue,...”
...”I’ve got to!”
(HPPA : 177)
“Harry, jika kau tidak ingin
meneruskan, aku paham sekali...”
...”Saya ingin meneruskan!”
(HPTA : 297)
Kalimat I’ve got to! pada data 19a di atas mengelipsiskan verba. Verba yang
dielipsiskan, yaitu verba continue, terdapat pada beberapa kalimat sebelumnya. Apabila
Page 64 of 117
ditulis secara lengkap maka kalimat elipsis di atas akan berbunyi I’ve got to continue. Hal
ini sesuai dengan penerjemahannya yang berbunyi Saya ingin meneruskan, di sini
penerjemah melakukan pengeksplisitan makna sehingga maksud penutur menjadi lebih
jelas.
Data 20a Data 20b
“What are you doing?” Filch snarled
suspiciously.
“Nothing,” said Harry truthfully.
(HPPA : 115)
“Sedang apa kau?” Gertak Filch
curiga.
“Tidak sedang apa-apa,” kata
Harry jujur. (HPTA : 192)
Sama seperti data sebelumnya, data 20 juga mengetengahkan kalimat yang
memiliki bentuk elipsis. Elipsis yang dimaksud adalah elipsis klausa. Kali ini elipsisnya
terdapat pada kata nothing, yang merupakan jawaban dari kalimat tanya sebelumnya.
Apabila ditulis secara lengkap maka jawaban itu akan menjadi I am doing nothing. Dalam
penerjemahannya kalimat elipsis tersebut dieksplisitkan menjadi tidak sedang apa-apa,
sesuai dengan bentuk lengkap dari kalimat jawaban tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan dengan pola kalimat yang berlaku pada bahasa sasaran sehingga salah
penafsiran maupun makna ganda dapat dihindari. Penerjemahan ini sudah benar.
Page 65 of 117
Data 21a Data 21b
“Wait a moment, Harry,” Lupin called,
“I’d like a word.”
(HPPA : 139)
“Tunggu, Harry,” panggil Lupin.
“Aku mau bicara denganmu.”
(HPTA : 232)
Kalimat elipsis I’d like a word pada data 21a mengimplisitkan objek. Dengan
melihat kalimat sebelumnya Wait a moment, Harry terlihat bahwa tokoh yang
mengucapkan kalimat ini sedang berbicara dengan seseorang. Dari sini dapat diketahui
bahwa kalimat ini mengimplisitkan objek you, apabila ditulis secara lengkap maka kalimat
elipsis tadi akan berbunyi I’d like a word with you. Dalam penerjemahannya, kalimat tadi
dieksplisitkan menjadi Aku mau bicara denganmu untuk memperjelas makna. Sebenarnya
hal ini tidak terlalu perlu karena apabila kalimat elipsis tersebut tetap diterjemahkan secara
implisit menjadi Aku mau bicara, makna yang terkandung di dalamnya tidak hilang.
Data 22a Data 22b
Lost appeal. They’re going to execute at
sunset. Nothing you can do. Don’t come
down. I don’t want you to see it.
(HPPA : 239)
Banding kalah. Mereka akan
penggal dia setelah matahari
terbenam. Tak ada yang bisa kalian
lakukan. Aku tak mau kalian
saksikan itu.
(HPTA : 400)
Page 66 of 117
Kalimat They’re going to execute at sunset pada data 22a mengimplisitkan objek
yang akan dikenai tindakan seperti yang tertera pada kalimat tersebut. Objek yang
diimplisitkan ini tidak dapat diketahui hanya dengan melihat kalimat sebelumnya atau
bahkan beberapa kalimat sebelumnya. Namun dari jalan cerita dapat diketahui bahwa
objeknya adalah seekor binatang. Jadi yang objek diimplisitkan di sini adalah it atau
apabila ditulis secara lengkap maka kalimat tersebut menjadi They’re going to execute it at
sunset. Dalam penerjemahannya kalimat tersebut dieksplisitkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pola yang tidak sesuai pada bahasa sasaran. Kalimat terjemahan akan terasa
janggal apabila tetap diterjemahkan secara implisit menjadi Mereka akan penggal setelah
matahari terbenam. Untuk mendapatkan pola kalimat yang sesuai dengan sistem bahasa
pada bahasa sasaran maka penerjemahannya harus dieksplisitkan menjadi Mereka akan
penggal dia setelah matahari terbenam.
Page 67 of 117
4.2.2 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis
Data 23a Data 23b
“Right then,” said Professor Lupin.
“Can you picture those clothes very
clearly, Neville? Can you see them in
your mind’s eye?”
“Yes,” Neville uncertainly, plainly
wondering what was coming next.
(HPPA : 102)
“Baiklah,” kata Profesor Lupin.
“Bisakah kau membayangkan
dandanan itu dengan jelas,
Neville?” Bisakah kau
membayangkan dandanan itu
dengan jelas, Neville?” Bisakah
kau melihatnya dalam pikiranmu?”
“Ya” kata Neville bingung. Jelas
sekali dia ingin tahu apa yang akan
terjadi berikutnya.
(HPTA : 171)
Kalimat pada data 23a di atas memiliki elipsis klausa, yang terletak pada kata yes.
Kata ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban yes atau no
saja. Dengan melihat pertanyaannya kita bisa mengetahui bahwa kata yes tersebut
mengimplisitkan sesuatu. Apabila ditulis secara lengkap, jawaban tersebut akan berbunyi
Yes, I can see them in my mind’s eye. Pada penerjemahannya komponen makna pada
kalimat jawaban tersebut tetap diimplisitkan dalam kata Ya. Penerjemah tidak perlu
mengekplisitkan jawaban tersebut karena makna yang terkandung sudah dapat ditangkap
dengan baik pada bahasa sasaran.
Page 68 of 117
Data 24a Data 24b
“And how do you conjure it?”
“With an incantation, which will work
only if you are concentrating...
(HPPA :176 )
“Dan bagaimana cara
memunculkannya?”
“Dengan mantra, yang hanya
berhasil jika kau berkonsentrasi...
(HPTA : 294)
Kalimat With an incantation pada data 24a adalah kalimat elipsis yang
mengimplisitkan subjek, verba, dan juga objeknya. Tanpa memperhatikan kalimat
sebelumnya tidak mungkin mengetahui komponen makna lain yang terkandung di dalam
kalimat tersebut. Namun dengan bantuan kalimat sebelumnya dengan mudah diketahui
bahwa kalimat tersebut secara lengkap berbunyi We conjure it with an incantation. Dalam
penerjemahannya kalimat tersebut tetap dibiarkan implisit menjadi dengan mantra.
Penerjemahan ini telah sesuai dan maksud yang ada di dalamnya juga dapat tersampaikan
dengan baik.
4.2.3 Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 25a Data 25b
...until we are certain that it has not been
tampered with.
(HPPA : 172)
...,sampai kami yakin sapu itu tidak
dimasuki sihir jahat.
(HPTA : 287)
Page 69 of 117
Kalimat pasif it has not been tampered with pada data 25a menunjukkan adanya
pengimplisitan pelaku dan objek. Pelaku dalam kalimat pasif bukan fokus pembicaraan
sehingga tidak perlu dieksplisitkan dalam kalimat terjemahannya. Penerjemah memilih kata
dimasuki sebagai padanan kata tamper with. Hal ini menimbulkan masalah lain karena kata
dimasuki dalam bahasa sasaran memerlukan objek sehingga kalimat tersebut diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi sapu itu tidak dimasuki sihir jahat. Pada kasus ini
penerjemah memutuskan untuk mengekplisitkan objeknya agar terjadi kalimat yang sesuai
dengan pola dan struktur kalimat yang berlaku pada bahasa sasaran. Hal ini tidak perlu
terjadi apabila penerjemah memakai kata dirusak alih-alih dimasuki sehingga kalimat
terjemahannya menjadi sapu itu tidak dirusak.
4.2.4 Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif
Data 26a Data 26b
The Monster Book of Monsters was
listed as the set book for Care for
Magical Creatures.
(HPPA : 44)
Buku Monster tentang Monster
terdaftar sebagai buku untuk
pelajaran Pemeliharaan Satwa
Gaib. (HPTA : 72)
Kalimat The Monster Book of Monsters was listed as the set book for Care for
Magical Creatures pada data 26a juga merupakan kalimat pasif. Dalam kalimat ini pelaku
tidak ada sehingga dalam penerjemahannya pelaku dalam kalimat tersebut tidak mungkin
dieksplisitkan. Pola kalimat pasif dalam bahasa sumber yang sama dengan pola kalimat
pasif pada bahasa sasaran menyebabkan dapat dilakukannya penerjemahan secara
Page 70 of 117
langsung. Terjemahannya dalam bahasa sasaran menjadi Buku Monster tentang Monster
terdaftar sebagai buku untuk pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib. Penerjemahan ini sudah
baik.
Data 27a Data 27b
In the end, a boy called Davey gudgeon
nearly lost an eye, and we were
forbidden to go near it.
(HPPA : 139)
Pada akhirnya, seorang anak lakilaki
bernama Davey Gudgeon
nyaris kehilangan sebelah matanya
dan kami dilarang dekat-dekat
pohon itu.
(HPTA : 232)
Kalimat ..., and we were forbidden to go near it pada data 27a adalah kalimat pasif.
Pelaku yang melakukan larangan pada kalimat tersebut ada namun karena si pelaku
tersebut bukan fokus pembicaraan sehingga keberadaannya diimplisitkan. Terjemahan
kalimat tersebut adalah dan kami dilarang dekat-dekat pohon itu, di sini pelaku tetap bukan
fokus pembicaraan sehingga keberadaannya tidak perlu dieksplisitkan. Penerjemahan
seperti ini jelas dan sesuai pola kalimat pasif pada bahasa sasaran.
Page 71 of 117
4.2.5 Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 28a Data 28b
“Where did you get that hourglass
thing?”
...
She had to write all sorts of letters to the
Ministry of Magic so I could have one.
(HPPA : 289)
“Dari mana kaudapat jam pasir
itu?”
...
Dia harus menulis bermacammacam
surat kepada Kementrian
Sihir supaya aku bisa mendapatkan
jam ini.
(HPTA : 486)
Kalimat ...so I could have one pada data 28a memiliki kata substitusi one yang
menggantikan benda tunggal. Benda yang diimplisitkan oleh kata ini bisa diketahui dari
beberapa kalimat sebelumnya yaitu Where did you get that hourglass thing? Dari kalimat
tanya ini terlihat bahwa benda yang dimaksud adalah jam pasir. Penerjemah tidak dapat
mengimplisitkan kata substitusi one karena bentuk seperti ini tidak dikenal dalam bahasa
sasaran. Satu-satunya cara untuk menerjemahkannya agar sesuai dengan pola kalimat
dalam bahasa Indonesia adalah dengan mengeksplisitkannya sehingga kalimat
terjemahannya adalah supaya aku bisa mendapatkan jam ini. Penerjemahan ini telah sesuai
dengan pola dan struktur kalimat dalam bahasa sasaran, tetapi akan lebih jelas jika kalimat
tersebut menjadi supaya aku bisa mendapatkan jam pasir ini karena kata yang disubstitusi
oleh one, yaitu hourglass, dalam bahasa Indonesia berarti jam pasir.
Page 72 of 117
Data 29a Data 29b
It seemed that Fred and George had
been right in thinking that they – and
now Harry, Ron, and Hermione – were
the only ones who knew about the
hidden passage way within it.
(HPPA : 199)
Rupanya perkiraan Fred dan
George betul bahwa hanya
merekalah – dan sekarang
ditambah Harry, Ron, dan
Hermione – yang tahu tentang
lorong rahasia di dalamnya.
(HPTA : 333)
Kata substitusi ones yang terdapat pada data 29a mengimplisitkan kata persons
yang dalam bagian lain kalimat itu terdiri dari Fred, George, Harry, Ron, dan Hermione.
Serupa denga data sebelumnya, seharusnya kata substitusi ones dieksplisitkan menjadi
orang-orang. Namun pengeksplisitan makna tersebut menjadi orang-orang dalam kalimat
pada bahasa sasaran akan menimbulkan kesulitan sendiri dalam penempatan kata-katanya.
Untuk itu penerjemah menghilangkan sama sekali kata substitusi tersebut agar didapat
kalimat yang sesuai dengan pola kalimat pada bahasa sasaran. Walaupun makna yang
terkandung tetap terjaga dan tidak berkurang, penerjemahan semacam ini perlu dihindari
apabila mungkin misalnya dengan menjadikan kalimat terjemahannya menjadi ...hanya
merekalah – ... – orang-orang yang tahu tentang lorong rahasia di dalamnya.
Page 73 of 117
Data 30a Data 30b
“Arrived about five minutes after you
did... (HPPA : 40)
“Muncul kira-kira lima menit
sesudah kau datang.
(HPTA : 66)
Kata substitusi did yang terdapat di kalimat Arrived about five minutes after you did
pada data 30a digunakan untuk mengganti kelompok verba. Verba yang dimaksud di sini
adalah arrived. Di sini kata substitusi digunakan untuk mencegah adanya pengulangan kata
yang sama. Pada versi terjemahannya kata substitusi did dieksplisitkan dengan kata datang.
Pengekplisitan dalam penerjemahan ini harus dilakukan karena bentuk seperti ini tidak
terdapat pada bahasa sasaran.
4.2.6 Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi
Data 31a Data 31b
“He deserves it,” he said suddenly.
“You think so?” said Lupin lightly.
(HPPA : 183)
“Dia pantas mendapat kecupan
Dementor,” katanya tiba-tiba.
“Menurutmu begitu?” tanya Lupin
ringan.
(HPTA : 306)
Kalimat You think so? pada data 31a di atas memiliki kata substitusi so. Kata
substitusi so digunakan untuk mengganti keseluruhan klausa, sedangkan klausa yang
dimaksud dapat diketahui dari kalimat sebelumnya yaitu he deserves it. Klausa yang
Page 74 of 117
diganti oleh kata substitusi so biasanya klausa yang positif. Penerjemah tetap
mengimplisitkan kata substitusi tersebut menjadi begitu. Walaupun maknanya tetap
diimplisitkan, maksud dari penutur telah tersampaikan dengan jelas.
Data 32a Data 32b
“The Dementors won’t turn up again,
Oliver, Dumbledore’d do his nut,” said
Fred confidently.
“Well, let’s hope not,” said Wood.
(HPPA : 189)
“Para Dementor tidak akan muncul
lagi, Oliver. Dumbledore akan
melarangnya,” kata Fred yakin.
“Yah, semoga saja begitu,” kata
Wood. (HPTA : 316)
Kata not pada data 32a merupakan kata substitusi yang mengganti sebuah klausa
sama seperti kata substitusi so pada data sebelumnya. Dengan melihat kalimat sebelumnya
dapat diketahui bahwa klausa yang digantikan adalah The Dementors won’t turn up again.
Bertentangan dengan so, kata substitusi not di sini menggantikan klausa yang negatif.
Dalam penerjemahannya kata not disesuiakan dengan kalimat dan tetap diimplisitkan
menjadi begitu.
Page 75 of 117
4.3 Makna Situasional Implisit
4.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi
Makna Situasional Akibat Faktor Budaya
Data 33a Data 33b
“Cool, sir!” said Dean Thomas in
amazement. (HPPA : 100)
“Cool, sir!” kata Dean Thomas,
takjub. (HPTA : 167)
Pada data 33a di atas terdapat istilah budaya cool sebagai ungkapan keheranan.
Penerjemah tetap menggunakan kata cool sebagai padanannya dalam bahasa sasaran. Bagi
yang mengetahui dan terbiasa dengan ungkapan dalam bahasa Inggris hal ini tidak menjadi
masalah. Namun pembaca yang tidak memahami arti kata ini akan mengalami kesulitan
dalam menafsirkan maknanya. Kata cool sendiri seharusnya diterjemahkan ke dalam
padanan yang bersesuian pada bahasa sasaran seperti hebat sehingga makna yang
dimaksud oleh penutur dapat tersampaikan.
Data 34a Data 34b
..., Harry tried to make out what it
was...it was bright as a unicorn.
(HPPA : 282)
..., Harry berusaha menyimpulkan
binatang apa itu...binatang itu
bercahaya seperti unicorn.
(HPTA : 474)
Page 76 of 117
Kalimat ...it was bright as a unicorn pada data 34a mengandung istilah budaya
unicorn, yaitu binatang dalam legenda sejenis kuda yang memiliki satu tanduk. Dalam
kebudayaan Indonesia binatang ini tidak dikenal sehingga istilah ini sulit untuk
diterjemahkan. Penerjemah memilih untuk tidak menerjemahkannya dan menggunakannya
tanpa perubahan sama sekali. Untuk memperlihatkan bahwa kata unicorn tersebut adalah
istilah bahasa asing maka dalam penerjemahannya kata tersebut diberi garis miring.
4.3.2 Makna Situasional Implisit akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara
Eksplisit
Data 35a Data 35b
“Excellent, Harry,” Lupin muttered, as
Harry climbed out of the trunk,
grinning. “Full marks.”
(HPPA : 234)
“Bagus sekali, Harry,” gumam
Lupin ketika Harry memanjat turun
dari dalam peti, nyengir.
“Sepuluh.” (HPTA : 391)
Istilah full marks yang digunakan pada data 35a di atas merupakan pernyataan
bahwa pembicara (Lupin) memberikan nilai maksimal pada seseorang (Harry) sebagai hasil
dari tes atau ujian. Istilah ini sulit diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran apa adanya sebab
pada kebudayaan Indonesia istilah nilai penuh atau nilai maksimal tidak terlalu populer dan
jarang digunakan dalam penilaian untuk ujian. Untuk menghindari kesulitan dalam
penafsiran istilah tersebut, maka makna implisit yang terkandung di dalam istilah tersebut
dieksplisitkan sesuai dengan istilah yang lazim dipergunakan dalam bahasa sasaran.
Penerjemah memilih kata sepuluh sebagai padanannya karena istilah tersebut sering
Page 77 of 117
digunakan dalam bahasa sasaran dan memiliki makna implisit yang sesuai dengan istilah
full marks dalam bahasa sumber. Makna yang terkandung di dalamnya tidak hilang dan
maksud penutur dapat tersampaikan dengan baik.
Data 36a Data 36b
“Well, look who it is, “ said Malfoy...
“Potty and the Weasel.”
(HPPA : 63)
“Wah, lihat siapa itu,” kata Malfoy...
“Potty and the Weasel.”
Itu ejekan tentu, sebab potty berarti
pispot, sedangkan weasel adalah
binatang sejenis musang. (HPTA :
106)
Bahasa, sebagai bagian dari budaya, juga menyebabkan timbulnya makna implisit.
Dalam data 36a, ucapan Potty and the Weasel merupakan ejekan. Tidak mudah memahami
maksud ucapan di atas adalah sebuah ejekan apabila tidak diberikan keterangan tambahan.
Penerjemah melihat hal ini sehingga ia memutuskan untuk mengeksplisitkannya dengan
cara memberikan keterangan tambahan Itu ejekan tentu, sebab potty berarti pispot,
sedangkan weasel adalah binatang sejenis musang agar pembaca dalam bahasa sasaran
dapat memahami makna tersirat yang ada dalam ucapan tadi. Dengan pengeksplisitan
seperti ini maksud penutur dapat tersampaikan dengan lebih baik.
Page 78 of 117
4.3.3 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran
Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saat
Ujaran
Data 37a Data 37b
“Sit down, Harry,” said Fudge,
indicating a chair by the fire.
(HPPA : 37)
“Duduklah, Harry,” kata Fudge
menunjuk kursi di dekat perapian.
(HPTA : 61)
Kalimat sit down, Harry pada data 37a digunakan bersamaan dengan gerakan
isyarat indicating a chair yang bisa ditunjukkan oleh gerakan tangan atau kepala. Dengan
memperhatikan kalimat kedua terlihat gerakan isyarat tersebut menunjuk pada sebuah kursi
yang terletak dekat perapian. Adanya gerakan ini mengimplisitkan bahwa kalimat pertama
berbunyi sit down on the chair by the fire, Harry. Dalam penerjemahannya makna yang
terkandung tidak dieksplisitkan melainkan tetap menggunakan gerakan isyarat yang
memiliki makna yang serupa dalam bahasa sasaran.
Data 38a Data 38b
“He-he sent me this,” Hermione said,
holding out the letter.
(HPPA : 215)
“Dia...dia mengirimkan ini padaku,”
kata Hermione, menyodorkan
suratnya.
(HPTA : 359)
Kata this pada data 38a baru dapat dipahami dengan baik apabila gerakan yang
tertera pada kalimat berikutnya, yaitu holding out the letter, diperhatikan. Dengan
Page 79 of 117
menghubungkan ujaran dan gerakan yang terjadi pada saat ujaran dapat terlihat bahwa
yang dimaksud dengan kata this pada ujaran adalah the letter. Apabila tanpa dibantu
gerakan maka kalimat tadi akan berbunyi he sent me this letter. Dalam penerjemahannya
kata this tetap dibiarkan implisit menjadi ini dan pembaca dapat mengetahui maksud dari
kata tersebut dari gerakan isyarat yang menyertainya.
Data 39a Data 39b
“Ron,” hissed Hermione, pointing at
Professor Lupin, “be careful...”
But Professor Lupin was still fast
asleep.
(HPPA : 64)
“Ron,” desis Hermione, menunjuk
Profesor Lupin, “hati-hati...”
Tetapi Profesor Lupin masih tidur
nyenyak. (HPTA : 106)
Frase be careful pada data 39a di atas dapat lebih dipahami artinya dengan melihat
gerakan menunjuk yang tertera pada kalimat sebelumnya dan pada kalimat yang
menyertainya. Dalam kalimat sebelumnya pembicara menunjuk profesor Lupin dan pada
kalimat yang menyertainya terlihat bahwa orang yang dimaksud masih tertidur nyenyak.
Melalui kedua kalimat ini dapat diketahui bahwa frase tersebut mengandung makna
implisit be careful, you might wake Professor Lupin up. Dalam penerjemahannya frase
tersebut tetap diimplisitkan karena pembaca dapat menafsirkan makna yang terkandung di
dalamnya dengan melihat gerakan dan juga kalimat yang menyertainya.
Page 80 of 117
4.3.4 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi
Diterjemahkan Menjadi Makna Siuasional yang Disebabkan Waktu dan
Tempat Komunikasi
Data 40a Data 40b
All too soon, there was a crunch of
gravel outside as Uncle Vernon’s car
pulled back into the driveway, then the
clunk of the car doors, and footstep on
the garden path.
“Get the door!” Aunt Petunia hissed at
Harry.
(HPPA : 22)
Segera saja terdengar kerikil di luar
ketika mobil Paman Vernon masuk
kembali ke halaman, kemudian
bantingan pintu mobil, dan
langkah-langkah di jalan setapak
menuju rumah.
“Buka pintunya!” desis Bibi
Petunia kepada Harry.
(HPTA : 35)
Pada data 40a di atas terdapat kalimat get the door!, kata the door di sini
mengimplisitkan bahwa pintu tersebut telah dibicarakan sebelumnya. Namun dari kalimat
sebelumnya tidak ada tanda-tanda bahwa pintu yang dimaksud telah disebutkan
sebelumnya. Untuk memahami makna kalimat di atas maka tempat berlangsungnya
komunikasi saat itu harus diperhatikan. Pada saat ujaran berlangsung dapat diketahui
bahwa ada mobil yang baru masuk ke halaman, suara menutupnya pintu mobil dan
langkah-langkah di jalan setapak menuju rumah. Melalui hal-hal ini dapat diambil
kesimpulan bahwa pintu yang dimaksud adalah pintu masuk rumah, bukan pintu-pintu lain
yang ada di dalam rumah. Dalam penerjemahannya makna tersebut dibiarkan implisit
sehingga the door diterjemahkan menjadi pintunya. Walaupun implisit, pembaca tetap
Page 81 of 117
dapat mengetahui pintu yang dimaksud adalah pintu rumah dengan memperhatikan tempat
komunikasi berlangsung.
4.3.5 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi
Diterjemahkan Secara Eksplisit
Data 41a Data 41b
It came as a relief when Wood suddenly
stood up and yelled, “Team! Bed!”
(HPPA : 223)
Lega sekali rasanya ketika Wood
tiba-tiba berdiri dan berteriak,
“Seluruh anggota tim! Tidur!”
(HPTA : 372)
Terkadang waktu terjadinya komunikasi merupakan hal yang harus diperhatikan
dengan lebih teliti untuk memahami makna yang terkandung dalam sebuah kata. Kata bed!
pada data 41a ini memperlihatkan hal tersebut. Jika diterjemahkan secara langsung kata bed
seharusnya menjadi tempat tidur, namun apabila melihat jalan cerita maka dapat diketahui
bahwa ujaran ini terjadi larut malam dan tokoh-tokoh dalam cerita membutuhkan istirahat
yang cukup. Karenanya kata bed di sini mengimplisitkan makna go to bed and sleep.
Penerjemah memilih untuk mengeksplisitkan hal ini dengan menerjemahkan kata bed
menjadi tidur. Dengan pengeksplisitan ini makna kata tersebut menjadi jelas dan
ketidakjelasan yang bisa muncul telah dihindari.
Page 82 of 117
4.3.6 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap
Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan
Penanggap
Data 42a Data 42b
“It’s all right, Mr Weasley,” said Harry,
I already know.”
...
“Arthur!” called Mrs Weasley, who was
now shepherding the rest onto the train.
(HPPA : 58)
“Tak apa-apa, Mr Weasley,” kata
Harry. “Saya sudah tahu.”
...
“Arthur!” panggil Mrs Weasley,
yang sekarang menggiring anakanak
lain ke kereta.
(HPTA : 97)
Dalam data 42a di atas terdapat contoh makna implisit yang terjadi disebabkan
hubungan yang ada antara penutur dan penanggap. Pada contoh tersebut terdapat dua nama
yang mengacu pada orang yang sama. Nama-nama yang dimaksud adalah Mr. Weasley dan
Arthur, keduanya mengacu pada seseorang yang bernama lengkap Mr. Arthur Weasley.
Panggilan Mr. Weasley ditujukan kepadanya oleh seorang anak yang jauh lebih muda
untuk menunjukkan kesopanan. Sedangkan panggilan kedua, Arthur, diucapkan oleh
istrinya sendiri. Masing-masing nama panggilan tersebut mengandung makna implisit yang
bisa menunjukkan hubungan antara penutur dan penanggap. Dalam kalimat terjemahan
hubungan ini tidak perlu dieksplisitkan karena di dalam bahasa sasaran kebiasaan ini juga
berlaku sehingga tidak mengakibatkan salah tafsir.
Page 83 of 117
Data 43a Data 43b
“Look at Snape!” Ron hissed in Harry’s
ear.
(HPPA : 72)
“Lihat si Snape!” Ron mendesis di
telinga Harry.
(HPTA : 121)
Hubungan antara kedua pembicara pada data 43a juga menyebabkan makna implisit
pada kalimat look at Snape! Ron dan Harry adalah dua sahabat pada sebuah sekolah
sedangkan tokoh lain yang mereka bicarakan, yaitu Snape adalah guru mereka di sekolah
tersebut. Jika mereka berkomunikasi dengan orang lain selain siswa sekolah tersebut,
mereka pasti tidak akan menyebut guru itu dengan nama belakangnya saja melainkan
dengan sebutan lain misalnya Profesor Snape agar yang diajak bicara dapat mengerti siapa
yang dimaksud. Kalimat di atas menunjukkan adanya hubungan implisit antara kedua
pembicara, bahwa mereka sama-sama siswa sekolah tersebut. Dalam penerjemahannya
makna ini tidak dieksplisitkan melainkan dibiarkan apa adanya karena hubungan mereka
bukan hal penting dalam pembicaraan.
Page 84 of 117
BAB V
SIMPULAN
Penerjemahan adalah salah satu kegiatan penting dalam kegiatan kebahasaan.
Dalam menerjemahkan suatu teks, penerjemah dituntut untuk dapat menjaga keutuhan teks
tersebut. Adanya sistem bahasa yang berlainan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran
menyebabkan meningkatnya tingkat kesulitan dalam penerjemahan, terutama dalam
penerjemahan makna-makna yang implisit. Diperlukan kelihaian dan ketelitian yang cukup
banyak dari seorang penerjemah untuk dapat menangkap makna implisit didalam teks
sumber dan menyampaikan dengan baik kedalam bahasa sasaran. Sehingga seorang
penerjemah yang baik harus dapat mengetahui kapan makna implisit tetap dipertahankan
dalam bentuk implisit dan kapan harus dieksplisitkan dalam penerjemahannya.
Makna implisit digolongkan dalam tiga bagian yaitu makna referensial implisit,
makna organisasional implisit dan makna situasional implisit. Makna implisit harus
dieksplisitkan apabila makna tersebut dapat menimbulkan ketaksaan atau apabila
diperlukan penyesuaian dengan tujuan penyampaian pesan yang lebih baik. Tetapi makna
implisit sedapat mungkin dibiarkan tetap implisit apabila sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku pada bahasa sasaran, hal ini bertujuan untuk menjaga gaya penulisan pengarang.
Simpulan yang didapat mengenai penerjemahan makna implisit dalam sebuah
novel adalah sebagai berikut :
Page 85 of 117
1. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dari bahasa target
mengharuskannya.
2. Makna implisit dapat diterjemahkan secara eksplisit jika sistem dari bahasa target
memperbolehkannya.
3. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila menimbulkan ketaksaan
atau kekaburan makna pada bahasa target.
Page 86 of 117
SYNOPSIS
The title of this thesis is Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the
Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. This book is translated by
Listiana Srisanti into Indonesian with the title Harry Potter Dan Tawanan Azkaban. The
object of this research is focused on sentences containing implicit meanings found in the
novel. The sentences are classified and analyzed based on the theory put forward by
Larson.
The implicit meanings of the sentences can be translated explicitly or implicitly
into the target language, in this case the Indonesian language. Larson divides implicit
meanings into three categories, they are:
1. Implicit referential meaning
2. Implicit organizational meaning, and
3. Implicit situational meaning
The aim of this research is to find out the way the translator transfers the implicit
meanings in the novel to the target language without sacrificing both the cohesion of the
text and the style of the original writer. The second goal in writing this thesis is to see the
ability of the translator in making appropriate adjustment when she has to translate implicit
meaning explicitly into the Indonesian language.
Descriptive and comparative methods are used in analyzing the object of this
thesis. First, the sentences are gathered in data and then classified in accordance with the
theory put forward by Larson. Second, the data are objectively analyzed by the theories
Page 87 of 117
found in the second chapter of this thesis and then the result is compared to the Indonesian
translation of the novel.
The analyses of the thesis show that the translator makes adjustments in
translating sentences with implicit meanings. These adjustments are applied in order to
avoid misunderstanding in comprehending the story of the book and to produce as nearly as
possible the same effect on Indonesian reader such as the effect produced on the reader of
the original novel. The translator also considers the grammatical system of Indonesian
language to make appropriate adjustments.
The conclusions about the translation product of implicit meanings are as follows:
1. an implicit meaning should be translated explicitly if the system of the target
language requires it.
2. an implicit meaning can be translated explicitliy if the system of the target language
allows it.
3. an implicit meaning should be translated explicitly if it causes ambiguity or
vagueness in the target language.
Page 88 of 117
DAFTAR PUSTAKA
Allen, W. Stannard, 1987, Living English Structure, London: Longman.
Alwasilah, A. Chaedar, 1995, Linguistik Suatu Pengantar, Bandung: Angkasa.
Aminuddin, 1985, Semantik : Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung: Sinar
Baru. .
Catford, J. C., 1965, A Linguistic Theory of Translation, London: Oxford
University Press.
Chalker, Sylvia, 1984, Current English Grammar, London: Macmillian Publishers
Ltd.
Djajasudarma, T. Fatimah, 1977, Semantik II : Pemahaman Ilmu Makna,
Bandung: Eresco.
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan, 1976, Cohesion In English, London: Edward
Arnorld.
Keraf, Gorys, 1985, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti, 1993, Kamus Linguistik, Gramedia: Jakarta.
Larson, Mildred L., 1984, Meaning-Based Translation : A Guide to Cross
-Language Equivalence, USA: University of America.
Lyons, John. 1981, Language and Linguistics, London: Cambridge Universitty Press.
Newmark, Peter, 1988, A Textbook of Translation, UK: Prentice Hall.
Nida, E. A. dan Charles Taber, 1969, The Theory and Practice of Translation,
Leiden: E. J. Brill.
Palmer, F. Robert, 1981, Semantics, UK: Cambridge University Press.
Page 89 of 117
Singgih, S. Amin, 1997, Learning Bahasa Indonesia without Teacher, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ullmann, Stephen, 1972, Semantics : An Introduction to the Science of Meaning,
London: Oxford University Press.
Widyamartaya, A., 1993, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius.
Page 90 of 117
KUMPULAN DATA
I. Makna Referensial Implisit
I.1 Referen Persona
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
1.
...his right arm covered in
bandages and bound up in a
sling, acting....
...”Does it hurt much?”...
“Yeah”... (HPPA : 94)
...lengan kanannya dibebat dan
digendong....
...”Apa Sakit Sekali?”...
“Yeah”... (HPTA : 157)
2.
“Longbottom, at the end of this
lesson we will feed a few drops
of this potion to your toad and
see what happens. Perhaps that
will encourage you to do it
properly.” (HPPA : 96)
“Longbottom, pada akhir pelajaran,
kita akan memberi katakmu
beberapa tetes ramuan buatanmu ini
dan kita lihat apa yang terjadi.
Mungkin itu bisa menjadi dorongan
bagimu untuk melakukannya
dengan lebih baik.”
(HPTA : 161)
3.
“Not too far from here,” said
Seamus, who looked excited. “It
was a Muggle who saw him.
Course, she didn’t really
understand....”
(HPPA : 96)
“Tak jauh dari sini,” kata Seamus,
yang tampak bersemangat. “Muggle
perempuan yang melihatnya. Tentu
saja dia tidak mengerti...”
(HPTA : 161)
4.
“So she phoned the telephone
hotline. By the time the Ministry
of Magic got there, he was
gone.” (HPPA : 96)
“Jadi, dia menelepon nomor hotline.
Waktu orang-orang dari Kementrian
Sihir tiba di tempat itu, Black sudah
pergi.” (HPTA : 161)
Page 91 of 117
5.
He led them down..., right
outside the staff-room door.
“Inside please,” said Professor
Lupin, opening it and standing
back. (HPPA : 100)
Dia membawa mereka..., tepat di
depan pintu ruang guru.
“Silakan masuk,” kata Profesor
Lupin, membuka pintu lalu minggir.
(HPTA : 167)
6.
“The charm that repels a
Boggart is simple, yet it requires
force of mind....”
(HPPA : 101)
“Mantra yang menaklukan Boggart
sederhana, tetapi memerlukan tekad
yang kuat....”
(HPTA : 170)
7.
...,and the way that Neville had
dressed it in his grandmother’s
clothes, had travelled through
school like wildfire. Snape
didn’t find it funny.
(HPPA : 107)
...dan cara Neville mendandaninya
dengan gaun neneknya, menyebar
cepat sekali di sekolah. Snape tidak
menganggapnya lucu.
(HPTA : 179)
8.
...,trying to ignore the way
Professor Trelawney’s
enormous’s eyes filled with tears
every time she looked at him.
(HPPA : 107)
Harry berusaha mengabaikan
bagaimana mata besar Profesor
Trelawney digenangi air mata setiap
kali memandangnya.
(HPTA : 179)
9.
Hagrid seem to have lost his
confidence.
(HPPA : 108)
Hagrid kelihatannya sudah
kehilangan percaya diri.
(HPTA : 180)
10.
...learning how to look after
Flobberworms,...
“Why would anyone bother
looking after them?”
(HPPA : 108)
...mempelajari bagaimana
memelihara Cacing Flobber,...
“Buat apa kita peduli bagaimana
memelihara cacing itu?”
(HPTA : 180)
Page 92 of 117
11.
“I mean, Binky didn’t even die
today, did he, Lavender just got
the news today –“ Lavender
wailed loudly “- and she can’t
have been dreading it, because
it’s come as a real shock -“
(HPPA : 112)
“Maksudku, Binky tidak mati hari
ini, kan. Lavender baru saja
menerima kabarnya hari ini...,”
Lavender melolong keras “...dab dia
tak mungkin sudah takut Binky
mati, karena kabar ini merupakan
kejutan baginya...”
(HPTA 187)
12.
“Your grandmother sent yours to
me directly,.....”
...”She seemed to think it was
safer.” (HPPA : 113)
“Nenekmu mengirimkan formulirmu
langsung kepadaku,...”
...”Rupanya dia berpikir lebih aman
begitu.” (HPTA : 188)
13.
“Yeah maybe,” said Harry, as
they reach the Entrance Hall and
crossed into the Great Hall. It
had been decorated with
hundreds and hundreds...
(HPPA : 119)
“Yeah mungkin,” kata Harry, ketika
mereka tiba di Aula Depan, lalu
menyebrang ke Aula Besar. Aula
Besar itu didekorasi dengan
ratusan... (HPTA : 190)
14.
Ron half-heartedly suggested the
Invisibility Cloak, but...about the
Dementors being able to see
through them.
(HPPA : 114)
Ron setengah-hati menyarankan
Jubah Gaib, tapi...bahwa Dementor
bisa melihat menembus Jubah Gaib.
(HPTA : 190)
15.
..., but when they reached the
corridor which ended with the
potrait of the Fat Lady, they
found it jammed with students.
(HPPA : 120)
Tetapi ketika mereka tiba di koridor
yang di ujungnya ada lukisan si
Nyonya Gemuk, tempat itu sudah
penuh sesak dengan anak-anak.
(HPTA : 200)
16.
It was Peeves the poltergeist,
bobbing over the crowd and
looking delighted, as he always
did, at the sight of wreckage or
worry.
(HPPA : 121)
Peeves si hantu jail melayang naikturun
di atas kerumunan dan tampak
riang gembira seperti biasanya jika
ada musibah atau ketakutan.
(HPTA : 201)
Page 93 of 117
17.
“He got very angry when she
wouldn’t let him in, you see.”
(HPPA : 121)
“Dia marah benar ketika si Nyonya
Gemuk tidak mengijinkannya
masuk.” (HPTA : 201)
18.
“Because the castle’s protected
by more than walls, you know,”
said Hermione, “There are all
sorts of enchantments on it, ...”
(HPPA : 123)
“Karena kastil ini dilindungi tidak
hanya oleh tembo, tahu.,” kata
Hermione. “Ada bermacam sihir
yang digunakan,...”
(HPTA : 205)
19.
“Have you any theory as to how
he got in, Profesor?”...
“Many Serverus, each of them
as unlikely as the next.”
(HPPA : 124)
“Apakah Anda punya teori
bagaimana cara dia masuk,
Profesor?”...
“Banyak, Serverus, semuanya sama
tak mungkinnya.”
(HPTA : 207)
20.
“I do not believe a single person
inside this castle would have
helped Black enter it,”...
(HPPA : 124)
“Aku tak percaya ada orang di dalam
kastil ini yang membantu Black
masuk.”...
(HPTA : 208)
21.
“Right then,” said Professor
Lupin. “Can you picture those
clothes very clearly, Neville?
Can you see them in your
mind’s eye?”
“Yes,” Neville uncertainly,
plainly wondering what was
coming next.
(HPPA : 102)
“Baiklah,” kata Profesor Lupin.
“Bisakah kau membayangkan
dandanan itu dengan jelas, Neville?”
Bisakah kau membayangkan
dandanan itu dengan jelas, Neville?”
Bisakah kau melihatnya dalam
pikiranmu?”
“Ya” kata Neville bingung. Jelas
sekali dia ingin tahu apa yang akan
terjadi berikutnya.
(HPTA :171)
22.
This map showed a set of
passages he had never entered.
And many of them seemed to
lead –
(HPPA : 144)
Peta ini menunjukkan beberapa
lorong yang belum pernah
dimasukinya. Dan banyak diantara
lorong itu rupanya menuju...
(HPTA : 240)
Page 94 of 117
23.
The owls sat hooting softly
down at him, at least three
hundred of them...
(HPPA : 205)
Burung-burung hantu yang
bertengger beruhu-uhu peln
menyapanya dari atas. Palingtidak
ada tiga ratus burunghantu,...
(HPTA : 343)
24.
Harry Potter was a highly
unusual boy in many ways. For
one thing, he hated the summer
holidays more than any other
time of the year.
(HPPA : 7)
Harry Potter adalah anak yang sangat
istimewa dalam banyak h Misalnya
saja, dia paling benci liburan musim
panas dibanding waktu-waktu
lainnya.
(HPTA : 9)
25.
Professor Lupin appeared to be
holding a handful of flames.
They illuminated his tired grey
face, but his eyes look alert and
wary.
(HPPA : 65)
Profesor Lupin memegangi
segenggam nyala api. Api itu
menyinari wajahnya yang pucat
lelah, tetapi matanya tampak siap
dan waspada.
(HPTA : 109)
26.
Harry was used to the subjects
of Hogwarts paintings moving
around and leaving their frames
to visit each other, but he always
enjoyed watching them.
(HPPA : 77)
Harry sudah terbiasa melihat tokohtokoh
dalam lukisan Hogwarts
bergerak dan meninggalkan pigura
mereka untuk saling mengunjungi,
tetapi dia selalu senang memandangi
lukisan-lukisan itu.
(HPTA : 129)
27.
This house – “Lupin looked
miserably around the room,” –
the tunnel that leads to it – they
were built for my use.
(HPPA : 259)
Rumah ini...” Lupin memandang ke
sekitarnya dengan
muram,”...terowongan yang menuju
kesini – semuanya dibangun untuk
kugunakan. (HPTA : 434)
Page 95 of 117
28.
“Harry, James wouldn’t wanted
me killed...James would have
understood, Harry...he would
have shown me mercy...”
(HPPA : 274)
“Harry, James tak akan
menginginkan aku dibunuh...James
pasti akan mengerti, Harry...dia akan
berbelas kasihan padaku...”
(HPTA : 460)
29.
“You sold Lily and James to
Voldemort,” said Black, who
was shaking too. “Do you deny
it?” (HPPA : 274)
“Kau menjual Lily dan James kepada
Voldemort,” kata Black, yang juga
gemetar. “Apakah kau
menyangkalnya?”
(HPTA : 460)
30.
“Well...your parents appointed
me your guardian,” said Sirius
stiffly. “If anything happened to
them...” (HPPA : 277)
“Orangtuamu menunjukku sebagai
walimu,” kata Sirius kaku. “Jika
terjadi sesuatu pada mereka...”
(HPTA : 466)
31.
It closed behind them and
Dumbledore turned to Harry and
Hermione. They both burset into
speech at the same time.
(HPPA : 287)
Pintu itu menutup di belakang
mereka dan Dumbledore berpaling
kepada Harry dan Hermione.
Mereka berdua bicara pada saat
bersamaan.
(HPTA : 481)
Page 96 of 117
I. 2 Referen Demonstratif
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
32.
“Boggarts like dark, enclosed
spaces,”...
This one moved in yesterday
afternoon, and I asked...
(HPPA : 101)
“Boggart menyukai tempat-tempat
tertutup yang gelap,”...
Yang ini pindah ke sini kemarin
sore, dan aku minta persetujuan...
(HPTA : 169)
33.
Neville’s lips moved, but no
noise came out.
“Didn’t catch that, Neville,
sorry,”...
(HPPA : 102)
Bibir Neville bergerak, tetapi tak ada
suara yang keluar.
“Tidak dengar, Neville, sori,”...
(HPTA : 171)
34.
Professor McGonagall opened
the classroom door at that
moment, which...
(HPPA : 112)
Profesor McGonagall membuka
pintu kelas pada saat itu.
(HPPA : 188)
35.
- but I daresay you’ve had
enough of tea leaves?”...
“how did you know about that?”
(HPPA : 116)
- tapi kurasa kau sudah muak dengan
daun-daun teh?”...
“Bagaimana Anda bisa tahu tentang
itu?”... (HPTA : 194)
36.
“I assumed that if the Boggart
faced you, it would assume the
shape of Lord Voldemort.”
(HPPA : 117)
“aku menduga jika si Boggart
berhadapan denganmu, dia akan
berubah bentuk menjadi Lord
Voldemort.”
(HPTA : 195)
37.
..., also a dozen home-baked
mince pies, some Christmas
cake and a box of nut brittle. As
he moved these things aside, he
saw...
(HPPA : 165)
..., juga selusin pai daging cincang,
kue-kue Natal, dan sekotak kacang
renyah. Ketika dia menyisihkan
hadiah-hadiah ini ke tepi, dia
melihat...
(HPTA : 276)
Page 97 of 117
38.
“I need you to sign the
permission form,” said Harry in
a rush.
“And why should I do that?”
sneered Uncle Vernon.
(HPPA : 21)
“Formulirnya perlu ditandangani
Paman,” kata Harry buru-buru.
“Kenapa aku harus tanda tangan?”
cibir paman Vernon.
(HPTA : 33)
39.
..., and whether the Dursleys
had managed to get Aunt Marge
off the ceiling yet.
(HPPA : 33)
...dan apakah kelurga Dursley sudah
berhasil menurunkan Bibi Marge
dari langit-langit.
(HPTA : 54)
40.
..., but he was clever enough to
escape from Azkaban, and
that’s supposed to be
impossible.
(HPPA : 53)
..., tetapi dia cukup pintar untuk bisa
jabur dari Azkaban, padahal itu kan
diandaikan tak mungkin terjadi.
(HPPA : 88)
41.
“They’re horrible things, those
Dementors...”
(HPPA : 75)
“Mengerikan sekali, Dementordementor
itu...”
(HPTA : 126)
42.
They watched in astonishment
as the little knight tugged his
sword out its scabbard and
began brandishing it violently,...
But the sword was too long for
him;...
(HPPA : 77)
Mereka mengawasi dengan
tercengang ketika si ksatria
mencabut pedang dari sarungnya dan
mengacung-acungkannya dengan
garang...
Tetapi pedang itu terlalu panjang
baginya.
(HPTA : 129)
43.
My parents tried everything, but
in those days there was no cure.
(HPPA : 258)
Orang tuaku mencoba segalanya,
tetapi waktu itu belum ada obatnya.
(HPTA : 433)
44.
...- I’m your godfather.”
“Yeah, I knew that,” said Harry.
(HPPA : 277)
...- aku walimu.”
“Yeah, aku tahu itu,” kata Harry.
(HPTA : 466)
Page 98 of 117
45.
“I would like to speak to Harry
and Hermione alone,” said
Dumbledore abruptly....
“This cannot wait,” said
Dumbledore. “I must insist.”
(HPPA : 286)
“Aku ingin bicara dengan Harry dan
Hermione sendirian,” kata
Dumbledore tiba-tiba....
“Ini tak bisa menunggu,” kata
Dumbledore. “Terpaksa kulakukan.”
(HPTA : 481)
46.
Professor Trelawney’s head fell
forwards onto her chest. She
made a grunting sort of noise.
Then, quite suddenly, her head
snapped up again.
(HPPA : 238)
Kepala Profesor Trelawney terkulai
ke dadanya. Dia mengeluarkan suara
seperti dengkur, kemudian
mendadak kepalanya tegak kembali.
(HPTA : 398)
Page 99 of 117
I.3 Referen Komparatif
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
47.
“Couldn’t have put it better
myself,” said Professor Lupin,
(HPPA : 101)
“Aku tak bisa memberikan definisi
yang lebih baik dari itu,” kata
Profesor Lupin...
(HPTA : 169)
48.
Harry only wished he was as
happy with some of his other
classes.
(HPPA : 107)
Harry hanya berharap, dia bisa
sesenang itu dalam pelajaranpelajarannya
yang lain.
(HPTA : 179)
49.
“That suggest that what you fear
most of all is – fear. Very wise,
Harry.”
(HPPA : 117)
“Itu menandakan bahwa yang paling
kautakuti adalah – ketakutan itu
sendiri. Sangat bijaksana, Harry.”
(HPTA : 196)
50.
Harry didn’t know what to say
to that, so he drank some more
tea.
(HPPA : 117)
Harry tak tahu harus mengatakan apa
atas komentar ini, maka dia
menghirup tehnya lagi.
(HPTA : 196)
51.
Was he imagining it, or were
Snape’s eyes flickering towards
Lupin more often than was
natural?
(HPPA : 119)
Apakah dia Cuma membayangkan
atau benarkah mata Snape terarah
kepada Lupin lebih sering dari
sewajarnya?
(HPTA : 200)
52.
“What – they kill - ?”
“Oh, no,” said Lupin. “Much
worse than that.
(HPPA : 183)
“Apa – mereka membunuh?”
“Oh, tidak,” kata Lupin. “Lebih
parah daripada itu.”
(HPTA : 306)
Page 100 of 117
53.
Harry looked..., at the long
Arithmancy essay on which the
ink was still glistening, at the
even longer Muggle studies
essay,...
(HPPA : 185)
Harry memandang..., pada karangan
Arithmancy yang tintanya masih
berkilat, pada karangan Telaah
Muggle yang lebih panjang lagi...
(HPTA :310)
54.
And at long last, Harry mounted
his Firebolt, and kicked off from
the ground.
It was better than he’d ever
dreamed of.
(HPPA : 188)
Dan akhirnya, Harry menaiki
Firebolt-nya dan menjejak tanah.
Ternyata jauh lebih hebat daripada
yang pernah diimpikannya.
(HPTA : 315)
55.
It was the best practice ever; the
team, inspired by the presence of
the Firebolt in their midst,...
(HPPA : 189)
Itu latihan terbaik yang mereka
jalani. Tim Gryffindor, disemangati
oleh Firebolt di tengah mereka,...
(HPTA : 316)
56.
For one thing, he hated the
summer holidays more than any
other time of the year.
(HPPA : 7)
Misalnya saja, dia paling benci
liburan musim panas dibanding
waktu-waktu lainnya.
(HPTA : 9)
57.
Aunt Marge coming for a week
long visit – it was the worst
birthday present the Dursley had
ever given him, including that
pair of Uncle Vernon’s old
socks.
(HPPA : 20)
Bibi Marge akan datang berkunjung
selama seminggu – ini hadiah ulang
tahun terburuk yang pernah
diberikan keluarga Dursley
kepadanya, bahkan lebih buruk
daripada sepasang kaus kaki butut
paman Vernon yang dulu itu.
(HPTA : 32)
58.
In one hand she held an
enormous suitcase, and tucked
under the other was and old and
evil-tempered bulldog.
(HPPA : 22)
Satu tangannya memeganf koper
besar, dan tangan yang lain
memegang bulldog tua yang galak.
(HPTA : 36)
Page 101 of 117
59.
“Come follow me, dear friends,
and we shall find our goal, or
else shall perish bravely in the
charge!”
(HPPA : 78)
“Ayo ikut aku, sahabat-sahabat, dan
kita akan mencapai sasaran kita, atau
kalau tidak kita tewas dengan gagah
berani dalam tugas!”
(HPTA : 130)
60.
“But apart from my
transformation, I was happier
than I had ever been in my life.
(HPPA : 259)
“Tetapi, kecuali saat sedang
bertransformasi, aku jauh lebih
berbahagia daripada yang pernah
kualami.
(HPTA : 435)
61.
“You - thank you – it’s more
than I deserve – thank you –“
(HPPA : 275)
“Kau – terima kasih – ini melebihi
daripada yang layak kuterima –
terima kasih...’
(HPTA : 462)
62.
“But...well...think about it. Once
my name’s cleared...if you
wanted a...a different home...”
(HPPA : 277)
“Tetapi...yah...pikirkanlah. Begitu
namaku sudah dibersihkan...kalau
kau menginginkan...rumah lain...”
(HPTA : 466)
63.
Harry jumped up out of the bed;
Hermione had done the same .
(HPPA : 285)
Harry melompat turun dari tempat
tidur. Hermione juga.
(HPTA :478 )
64.
You must see that Professor
Snape’s version of events is far
more convincing than yours.”
(HPPA : 287)
Kau harus menyadari bahwa versi
Profesor Snape tentang kejadiankejadian
ini jauh lebih meyakinkan
daripada versi kalian.
(HPTA : 483)
65.
As the end of term approached,
Harry heard many different
theories about what really
happened,...
(HPPA : 312)
Menjelang akhir semester, Harry
mendengar berbagai teori berbeda
tentang apa yang terjadi,...
(HPTA : 525)
Page 102 of 117
II. Makna Organisasional Implisit
II. 1 Kalimat Elipsis
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
66.
“Right then,” said Professor
Lupin. “Can you picture those
clothes very clearly, Neville?
Can you see them in your
mind’s eye?”
“Yes,” Neville uncertainly,
plainly wondering what was
coming next.
(HPPA : 102)
“Baiklah,” kata Profesor Lupin.
“Bisakah kau membayangkan
dandanan itu dengan jelas, Neville?”
Bisakah kau membayangkan
dandanan itu dengan jelas, Neville?”
Bisakah kau melihatnya dalam
pikiranmu?”
“Ya” kata Neville bingung. Jelas
sekali dia ingin tahu apa yang akan
terjadi berikutnya.
(HPTA : 171)
67.
“Was Binky an old rabbit?”
“N-No!” sobbed Lavender. “Hhe
was only a baby!”
(HPPA : 112)
“Apakah Binky sudah tua?”
“T-tidak!” isak Lavender. “D-dia
masih bayi!”
(HPTA : 187)
68.
“What are you doing?” Filch
snarled suspiciously.
“Nothing,” said Harry
truthfully.
(HPPA : 115)
“Sedang apa kau?” Gertak Filch
curiga.
“Tidak sedang apa-apa,” kata
Harry jujur.
(HPTA : 192)
69.
“Where are Ron and
Hermione?”
“Hogsmeade ,” said Harry in a
would-be casual voice.
(HPPA : 116)
“Di mana Ron dan Hermione?”
“Hogsmeade ,” kata Harry, dengan
suara yang diusahakan sebiasa
mungkin.
(HPTA : 193)
Page 103 of 117
70.
“Cup of tea?” Lupin said,
looking around for his keetle. “I
was just thinking of making
one.”
(HPPA : 116)
“Mau teh?” Lupin menawari,
memandang berkeliling mencari teko
tehnya. “Aku baru mau membuat
teh.”
(HPTA : 194)
71.
“You’re not worried, are you?”
“No,” said Harry.
(HPPA : 116)
“Kau tidak cemas, kan?”
“Tidak,” jawab Harry.
(HPTA : 194)
72.
“If he was trying to-to poison
Lupin-he wouldn’t have done it
in front of Harry.
“Yeah maybe,” said Harry,...
(HPPA : 119)
...-kalau dia mencoba-meracuni
Lupin-dia tak akan melakukannya di
depan Harry.”
“Yeah mungkin,” kata Harry,...
(HPTA : 199)
73.
“Wait a moment, Harry,” Lupin
called, “I’d like a word.”
(HPPA : 139)
“Tunggu, Harry,” panggil Lupin.
“Aku mau bicara denganmu.”
(HPTA : 232)
74.
“And how do you conjure it?”
“With an incantation, which
will work only if you are
concentrating...
(HPPA : 176)
“Dan bagaimana cara
memunculkannya?”
“Dengan mantra, yang hanya
berhasil jika kau berkonsentrasi...
(HPTA : 294)
75.
“Harry if you don’t want to
continue,...”
...”I’ve got to!”
(HPPA : 177)
“Harry, jika kau tidak ingin
meneruskan, aku paham sekali...”
...”Saya ingin meneruskan!”
(HPTA : 297)
76.
“HE’S GONE!” AND YOU
KNOW WHAT WAS ON THE
FLOOR?”
“N-no,” said Hermione, in a
trembling voice.
(HPPA : 186)
“SCABBERS LENYAP! DAN KAU
TAHU APA YANG ADA DI
LANTAI?”
“T-tidak,” jawab Hermione dengan
suara bergetar.
(HPTA : 311)
Page 104 of 117
77.
“...They’re in fury against
Dumbledore-he won’t let them
inside the castle grounds.”
“I should think not,” said
Professor McGonagall sharply.
(HPPA : 151)
“...Mereka gusar terhadap
Dumbledore-dia tak mengijinkan
mereka masuk ke halaman sekolah.”
“Pantasnya tidak,” kata Profesor
McGonagall tajam.
(HPTA : 252)
78.
Lost appeal. They’re going to
execute at sunset. Nothing you
can do. Don’t come down. I
don’t want you to see it.
(HPPA : 239)
Banding kalah. Mereka akan
penggal dia setelah matahari
terbenam. Tak ada yang bisa kalian
lakukan. Aku tak mau kalian
saksikan itu.
(HPTA : 400)
Page 105 of 117
II. 2 Kalimat Pasif
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
79.
In the end, a boy called Davey
gudgeon nearly lost an eye, and
we were forbidden to go near it.
(HPPA : 139)
Pada akhirnya, seorang anak lakilaki
bernama Davey Gudgeon nyaris
kehilangan sebelah matanya dan
kami dilarang dekat-dekat pohon
itu.
(HPTA : 232)
80.
Meanwhile, in the rest of the
castle, the usual magnificent
Christmas decorations had been
put up, ...
(HPPA : 165)
Sementara itu, dibagian-bagian lain
kastil, dekorasi Natal yang luar biasa
indahnya sudah terpasang,...
(HPTA : 275)
81.
...and the Great Hall was filled
with its usual twelve Christmas
trees,...
(HPPA : 165)
...dan Aula Besar dipenuhi dua belas
pohon Natal-nya yang biasa,...
(HPTA : 275)
82.
All that could be heard now
was Ron’s stiffled moans of pain
and rage.
(HPPA : 168)
Yang terdengar sekarang hanyalah
rintihan dan umpatan Ron.
(HPTA : 280)
83.
...until we are certain that it has
not been tampered with.
(HPPA : 172)
...,sampai kami yakin sapu itu tidak
dimasuki sihir jahat.
(HPTA : 287)
84.
“JORDAN! ARE YOU BEING
PAID TO ADVERTISE THE
FIREBOLTS? GET ON WITH
THE COMMENTARY!”
(HPPA : 193)
“JORDAN! APA KAU DIBAYAR
UNTUK MENGIKLANKAN
FIREBOLT?
PERTANDINGANLAH YANG
HARUS KAU KOMENTARI!”
(HPTA : 322)
Page 106 of 117
85. Sir Cardogan had been sacked.
(HPPA : 199)
Sir Cardogan sudah dipecat.
(HPTA : 332)
86.
She had been expertly
restored, but was still extremely
nervous, ...
(HPPA : 199)
Dia sudah direstorasi dengan ahli,
tetapi masih sangat ketakutan,...
(HPTA : 332)
87.
..., and had only agreed to return
to her job on condition that she
was given extra protection.
(HPPA : 199)
..., dan baru setuju kembali
menjalankan tugasnya dengan syarat
diberi perlindungan ekstra.
(HPTA : 333)
88.
A bunch of surly security trolls
had been hired to guard her.
(HPPA : 199)
Serombongan satpam troll
bertampang sangar telah disewa
untuk mengawalnya.
(HPA : 333)
89.
Poor Neville was forced to wait
outside the common room every
night for somebody to let him
in,....
(HPPA : 200)
Kasihan sekali Neville, terpaksa dia
menunggu di luar ruang rekreasi
setiap malam sampai ada anak yang
mengajaknya masuk,...
(HPTA : 334)
90.
The Monster Book of Monsters
was listed as the set book for
Care for Magical Creatures.
(HPPA : 44)
Buku Monster tentang Monster
terdaftar sebagai buku untuk
pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib.
(HPTA : 72)
Page 107 of 117
II. 3 Kata Substitusi
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
91.
“And a handbag?” prompted
Professor Lupin.
“A big red one,” said Neville.
(HPPA : 102)
“Dan tas tangan?” pancing Profesor
Lupin.
“Merah besar,” kata Neville.
(HPTA : 171)
92.
“None of the pictures wanted the
job,”...
Sir Cardogan was the only one
brave enough to volunteer. “
(HPPA : 125)
“Tak ada lukisan yang mau,”...
Sir Cardogan satu-satunya yang
cukup berani untuk menjadi
sukarelawan.”
(HPTA : 209)
93.
“Yes, I knew him,” he said
shortly. “Or I thought I did....
(HPPA : 180)
“Ya, aku kenal dia,” katanya singkat.
“Atau kupikir aku kenal dia....
(HPTA : 301)
94.
“Did you even come to the
match?” he asked her.
‘Of course I did,” said
Hermione,...
(HPPA : 195)
“Kau sempat menonton
pertandingan?” tanyanya.
“Tentu saja,” jawab Hermione,...
(HPTA : 326)
95.
...,and very luckily, I found this
one lurking inside Mr Filch’s
filing cabinet.
(HPPA : 175)
...,dan untung sekali, aku
menemukan Boggart yang satu ini
sembunyi di dalam lemari arsip
Mr.Filch.
(HPTA : 293)
96.
“Harry, if you don’t want to
continue, I will more than
understand –“
“I do!” said Harry fiercely,
stuffing the rest of the Chocolate
Frog into his mouth.
(HPPA : 177)
“Harry, jika kau tak mau
meneruskan, aku paham sekali...”
“Saya ingin meneruskan!” kata
Harry tegas, menjejalkan sisa
Cokelat Kodok ke dalam mulutnya.
(HPTA : 297)
Page 108 of 117
97.
“Make them disappear –‘
“The true Patronus does do
that,” said Lupin.
(HPPA : 182)
“Melenyapkan Dementor –“
“Patronus yang sebenarnya memang
begitu,” kata Lupin.
(HPTA : 304)
98.
“He deserves it,” he said
suddenly.
“You think so?” said Lupin
lightly.
(HPPA : 183)
“Dia pantas mendapat kecupan
Dementor,” katanya tiba-tiba.
“Menurutmu begitu?” tanya Lupin
ringan.
(HPTA : 306)
99.
..., but it would have involved
rvealing that he’d gone to
Hogsmeade without permission,
and he knew Lupin wouldn’t be
very impressed by that.
(HPPA : 183)
Tetapi ini berarti dia hrus membuka
rahasia bahwa dia ke Hogsmeade
tanpa izin, dan dia tahu Lupin tidak
akan begitu terkesan dengan itu.
(HPTA : 307)
100
“Can I sit down, then?” Harry
asked Hermione.
“I suppose so,” said Hermione,
moving a great stack of
parchment off a chair.
(HPPA : 185)
“Boleh aku duduk?” tanya Harry
kepada Hermione.
“Boleh,” kata Hermione,
memindahkan setumpuk tinggi
perkamen dari kursi.
(HPTA : 310)
101
“The Dementors won’t turn up
again, Oliver, Dumbledore’d do
his nut,” said Fred confidently.
“Well, let’s hope not,” said
Wood.
(HPPA : 189)
“Para Dementor tidak akan muncul
lagi, Oliver. Dumbledore akan
melarangnya,” kata Fred yakin.
“Yah, semoga saja begitu,” kata
Wood.
(HPTA : 316)
102
It seemed that Fred and George
had been right in thinking that
they – and now Harry, Ron, and
Hermione – were the only ones
who knew about the hidden
passageway within it.
(HPPA : 199)
Rupanya perkiraan Fred dan George
betul bahwa hanya merekalah – dan
sekarang ditambah Harry, Ron, dan
Hermione – yang tahu tentang lorong
rahasia di dalamnya.
(HPTA : 333)
Page 109 of 117
103
“Arrived about five minutes
after you did...
(HPPA : 40)
“Muncul kira-kira lima menit
sesudah kau datang.
(HPTA : 66)
104
“But you believe us.”
“Yes, I do,” said Dumbledore
quietly.
(HPPA : 287)
“Tetapi Anda mempercayai kami.”
“Ya, aku percaya,” kata
Dumbledore serius.
(HPTA : 483)
105
“Where did you get that
hourglass thing?”
...
She had to write all sorts of
letters to the Ministry of Magic
so I could have one.
(HPPA : 289)
“Dari mana kaudapat jam pasir itu?”
...
Dia harus menulis bermacam-macam
surat kepada Kementrian Sihir
supaya aku bisa mendapatkan jam
ini.
(HPTA : 486)
Page 110 of 117
III.1 Makna Implisit Situasional (Budaya)
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
106
“Cool, sir!” said Dean Thomas
in amazement.
(HPPA : 100)
“Cool, sir!” kata Dean Thomas,
takjub.
(HPTA :167)
107
“I need to visit Zonko’s, I’m
nearly out of Stink Pellets.”
(HPPA : 109)
“Aku perlu ke Zonko. Peluru Bau-ku
hampir habis.”
(HPTA : 183)
108
“Well, look who it is, “ said
Malfoy...
“Potty and the Weasel.”
(HPPA : 63)
“Wah, lihat siapa itu,” kata Malfoy...
“Potty and the Weasel.”
Itu ejekan tentu, sebab potty
berarti pispot, sedangkan weasel
adalah binatang sejenis musang.
(HPTA : 106)
109
“My dear,” Professor
Trelawney’s huge eyes opened
dramatically, “you have the
Grim.”
“The what?” said Harry.
(HPPA : 82)
“Nak,” mata besar Pofesor
Trelawney membuka secara
dramatis, ”dicangkirmu ada Grim.”
“Ada apa?” tanya Harry heran,
karena grim berarti suram atau
seram.
(HPTA : 138)
110
That dog on the cover of Death
Omens in Flourish and Blotts –
(HPPA : 83)
Anjing di sampul buku Tanda-tanda
Kematian di Flourish and Blotts –
(HPTA : 138)
111
“Not that it matters, but that’s
the first time my
transformation’s not got
applause from a class.”
(HPPA : 84)
“Walaupun bagiku tak apa-apa, tapi
ini pertama kalinya transformasiku
tidak mendapat aplaus.”
(HPTA : 140)
Page 111 of 117
112
The owls sat hooting softly
down at him, at least three
hundred of them; from Great
Greys right down to tiny little
Scops owls...
(HPPA : 205)
Burung-burung hantu yang
bertengger beruhu-uhu peln
menyapanya dari atas. Paling tidak
ada tiga ratus burung hantu, dari
jenis Abu-abu Besar sampai
Scops...
(HPA : 343)
113
He knocked Malfoy’s arm out of
the way and –
“YES!”
(HPPA : 229)
Dia menyingkirkan lengan Malfoy
yang menghalanginya dan –
“YES!”
(HPTA : 384)
114
“Excellent, Harry,” Lupin
muttered, as Harry climbed out
of the trunk, grinning. “Full
marks.”
(HPPA : 234)
“Bagus sekali, Harry,” gumam Lupin
ketika Harry memanjat turun dari
dalam peti, nyengir. “Sepuluh.”
(HPTA : 391)
115
...when they broke apart, Dudley
had a crisp twenty-pound note
clutched in his fat fist.
(HPPA : 22)
...ketika pelukan dilepas, tangan
gemuk Dudley mengenggam uang
dua puluh pound yang masih baru.
(HPTA : 36)
116
...and Uncle Vernon brought out
a bottle of brandy.
(HPPA : 25)
...dan Paman Vernon mengeluarkan
sebotol brandy.
(HPTA : 41)
117
..., Harry tried to make out what
it was...it was bright as a
unicorn.
(HPPA : 282)
..., Harry berusaha menyimpulkan
binatang apa itu...binatang itu
bercahaya seperti unicorn.
(HPTA : 474)
Page 112 of 117
III.2 Makna Impilisit Situasional (Gerakan Isyarat)
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
118
“Right into Hogsmeade,” said
Fred, tracing one of them with
his finger.
(HPPA : 144)
“Langsung ke Hogsmeade,” kata
Fred, menyusuri salah satu di
antaranya dengan jarinya.
(HPTA : 240)
119
“No,” said Hermione. She was
holding a letter in her hands and
her lip was trembling.
(HPPA : 214)
“Tidak,” kata Hermione. Dia
memegang sepucuk surat dan
bibirnya bergetar.
(HPTA : 358)
120
“He-he sent me this,” Hermione
said, holding out the letter.
(HPPA : 215)
“Dia...dia mengirimkan ini padaku,”
kata Hermione, menyodorkan
suratnya.
(HPTA : 359)
121
“Sit down, Harry,” said Fudge,
indicating a chair by the fire.
(HPPA : 37)
“Duduklah, Harry,” kata Fudge
menunjuk kursi di dekat perapian.
(HPTA : 61)
122
“It’s on his case,” replied
Hermione, pointing at the
luggage rack over the man’s
head, ...
(HPPA : 60)
“Ada di kopernya,” jawab
Hermione, menunjuk rak barang di
atas kepala si laki-laki.
(HPTA : 99)
123
“Ron,” hissed Hermione,
pointing at Professor Lupin, “be
careful...”
But Professor Lupin was still
fast asleep.
(HPPA : 64)
“Ron,” desis Hermione, menunjuk
Profesor Lupin, “hati-hati...”
Tetapi Profesor Lupin masih tidur
nyenyak.
(HPTA : 106)
Page 113 of 117
124
“There !” said Pettigrew shrilly,
pointing at Hermione with his
maimed hand. “Thank you! You
see, Remus? ...
(HPPA : 271)
“Nah!” kata Pettigrew nyaring,
menunjuk Hermione dengan
tangannya yang cacat. “Terima
kasih! Kau lihat, Remus?...
(HPTA : 455)
125
“I think the only reason I never
lost my mind is that I knew I
was innocent. That wasn’t a
happy thought, so the
Dementors...
(HPPA : 272)
“Kurasa satu-satunya alasan aku tak
pernah kehilangan ingatan adalah
karena aku tahu aku tak bersalah. Itu
bukan pikiran yang menyenangkan,
maka Dementor-dementor...
(HPTA : 456)
Page 114 of 117
III.3 Makna Implisit Situasional (Waktu dan Tempat Komunikasi)
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
126
It came as a relief when Wood
suddenly stood up and yelled,
“Team! Bed!”
(HPPA : 223)
Lega sekali rasanya ketika Wood
tiba-tiba berdiri dan berteriak,
“Seluruh anggota tim! Tidur!”
(HPTA : 372)
127
“Changing rooms ,” said Wood
tersely.
None of them spoke as they
changed into their scarlet robes.
(HPPA : 224)
“Kamar ganti,” kata Wood tegang.
Tak seorangpun dari mereka bicara
ketika mereka berganti memakai
jubah merah tua mereka.
(HPTA : 375)
128
All too soon, there was a crunch
of gravel outside as Uncle
Vernon’s car pulled back into
the driveway, then the clunk of
the car doors, and footstep on
the garden path.
“Get the door!” Aunt Petunia
hissed at Harry.
(HPPA : 22)
Segera saja terdengar kerikil di luar
ketika mobil Paman Vernon masuk
kembali ke halaman, kemudian
bantingan pintu mobil, dan langkahlangkah
di jalan setapak menuju
rumah.
“Buka pintunya!” desis Bibi
Petunia kepada Harry.
(HPTA : 35)
Page 115 of 117
III.4 Makna Implisit Situasional (Hubungan Penutur dan Penanggap, Usia dan
Jenis Kelamin)
No. English Version Versi Bahasa Indonesia
129
“Not too far from here,” said
Seamus, who looked excited. “It
was a Muggle who saw him.
Course, she didn’t really
understand....”
(HPPA : 96)
“Tak jauh dari sini,” kata Seamus,
yang tampak bersemangat. “Muggle
perempuan yang melihatnya. Tentu
saja dia tidak mengerti...”
(HPTA : 161)
130
..., where Mr Weasley was
reading the front page of the
Daily Prophet with furrowed
brow and Mrs Weasley was
telling Hermione and Ginny
about a love potion she’d made
as a young girl.
(HPPA : 56)
Mr Weasley sedang membaca
halaman depan koran Daily Prophet
dengan dahi berkerut dan Mrs
Weasley sedang bercerita kepada
Ginny dan Hermione tentang ramuan
cinta yang dibuatnya waktu dia
masih gadis dulu.
(HPTA : 94)
131
“Arthur!” called Mrs Weasley,
who was now shepherding the
rest onto the train.
(HPPA : 58)
“Arthur!” panggil Mrs Weasley,
yang sekarang menggiring anak-anak
lain ke kereta.
(HPTA : 98)
132
“It’s all right, Mr Weasley,”
said Harry, I already know.”
(HPPA : 58)
“Tak apa-apa, Mr Weasley,” kata
Harry. “Saya sudah tahu.”
(HPTA : 97)
133
“I don’t remember asking you to
show off, Miss Granger,” said
Snape coldly, and Hermione
went as pink as Neville.
(HPPA : 96)
“Seingatku aku tak memintamu
pamer, Miss Granger,” kata Snape
dingin, dan wajah Hermione menjadi
sama merahnya dengan wajah
Neville.
(HPTA : 161)
Page 116 of 117
134
“Sorry I’m late, Professor
Lupin, I –“
(HPPA : 127)
“Maaf, saya terlambat, Profesor
Lupin, saya –“
(HPTA : 212)
135
“Please, sir, we’ve done
Boggarts, Red Caps, Kappas and
Grindylows,” said Hermione
quickly,...
(HPPA : 128)
“Maaf, Sir, kami sudah mempelajari
Boggart, Red Cap, Kappa dan
Grindylow,” kata Hermione lancar,...
(HPTA : 213)
136
“You’d have thought Black and
Potter were brothers!” chimed
in Professor Flitwick.
(HPPA : 152)
“Kau bisa mengira Black dan Potter
kakak-beradik!” celetuk Professor
Flitwick.
(HPTA : 254)
137
Harry spoted Uncle Vernon at
once. He was standing a good
distance from Mr and Mrs
Weasley,...
(HPPA : 316)
Harry langsung melihat Paman
Vernon. Dia berdiri di tempat yang
cukup jauh dari Mr dan Mrs
Weasley,...
(HPTA : 533)
138
“Look at Snape!” Ron hissed in
Harry’s ear.
(HPPA : 72)
“Lihat si Snape!” Ron mendesis di
telinga Harry.
(HPTA : 121)
139
“Dumledore was really angry,”
Hermione said in a quaking
voice.
(HPPA : 136)
“Dumbledore marah sekali,” kata
Hermione nyaring.
(HPTA : 226)
Page 117 of 117
BIODATA
Informasi Umum
Tempat / Tanggal Lahir : Sukabumi / 18 November, 1976
Jenis Kelamin : Pria
Berat / Tinggi : 58 kg / 164 cm
Agama : Kristen
Kebangsaan / Suku : Indonesia / Sunda
Status : Belum menikah
Alamat : 1. Jl. Bona Pisangan I 007/03 No. 14 Penggilingan
Jakarta 13940. Telp. 021-4617562.
2. Jl. Dr. Muwardi 126 B Cianjur 43216.
Telp. 0263-270844.
Pendidikan
1989 – 1992 SMPN 139, Jakarta
1992 – 1995 SMAN 8, Jakarta
1996 – 2002 Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung,
Fakultas Sastra Jurusan Sastra Inggris
Pendidikan Informal
1992 – 1995 Kursus bahasa Inggris di Lembaga Indonesia
Amerika (LIA), Jakarta. Selesai level intermediate
dan advanced.
Agustus 2001 Training pemograman Visual di LPPA, Bandung.
Aktivitas
1994 & 1995 Peserta pembinaan mental bersama AL Indonesia di
KRI Teluk Penyu.
1997 - 1999 Anggota klub Tae Kwon Do UNPAD.
Nov. 2000 – Feb. 2001 Praktek kerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Bandung.
Maret 2001 Peserta Seminar E-Business Integration di Aula
Timur ITB, Bandung.