Berteater meningkatkan Inteligensi ganda Solihin ardy
Otak bukan hanya segumpalan materi yang dapat dibandingkan sebagai gumpalan daging
yang biasa. Tetapi otak memiliki fungsi yang sangat penting untuk kita, seperti juga
fungsi jantung untuk peredaran darah dalam tubuh kita. Otak manusia dewasa
diperkirakan mengandung antara 12-15 miliyar sel saraf, itupun sel yang ada pada otak
besar (neokorteks) belum ditambah dengan otak reptil dan mamalia, sehingga mencapai
200 miliar sel..Dan dari situlah manusia memiliki berbagai kemampuan seperti daya ingat
,berfikir,merasa dan lain sebagainya.
Dari pembagian otak tersebut, dibagi lagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi otak kiri dan
otak kanan. Dari setiap belahan otak itu mempunyai fungsi tersendiri yang diatur oleh
“alat” penghubung kedua otak tersebut. Dan koordinasi dari kedua otak itu yang
memaksimalkan fungsinya, .kalau penghubung itu terganggu, kedua belahan otakpun ikut
terganggu. Otak kiri terkait dengan kemampuan logika, matematika, bilangan , bahasa,
daya ingat dan daya analisa. Sementara belahan otak kanan banyak berfungsi dalam
penguasaan bentuk dan pola, penguasaan ruang, irama, penggambaran, imajinasi dan
ukuran dimensional.
Setidaknya ada tiga kemampuan yang biasa disebut orang dengan istilah kecerdasan
(intelligence). Dan ke-tiga inteligensi itu diperjelas oleh Ary Ginanjar Agustian secara
detil dan hubunganya dengan fungsi otak yang sangat kompleks. Sebelumnya orang
mengira bahwa IQ (Intellegence Quotient) merupakan penentu kesuksesan dalam hidup.
Jika IQ-nya tinggi maka, dia akan mendapatkan kesuksesan dalam belajar dan akhirnya
mendapat kesuksesan dalam hidup. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, karna banyak
orang pintar dan ber-IQ tinggi pada kenyataanya dia mengalami kesulitan hidup. Artinya,
bahwa perlu ada pendukung – pendukung yang lain sebagai penyeimbang, seperti EQ
(emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) pernyataan Ary Ginanjar Agustian
mengenai tiga kecerdasan tersebut mendapat sambutan yang luar biasa sehingga bukunya
mengenai ESQ menjadi best Seller.
Berbagai pola pelatihan teater pernah saya ikuti bahkan saya juga mengikuti berbagai
workshop teater yang diperuntukkan bagi calon-calon aktor dari unsur pelajar dan
mahasiswa juga beberapa orang dari komunitas independen.
Disela-sela proses latihan itu saya teringat seorang teman yang mengatakan “seorang
aktor itu harus cerdas”. Ungkapan itu terus melekat di pikiran saya, apakah memang
benar menjadi aktor harus cerdas dan memungkinkan menjadi cerdas. Sementara teman
saya yang lain mengatakan “mau jadi apa dengan berteater ?”. Dua pendapat itu sempat
membingungkan, tapi, tetap saya jalani berlatih teater bersama kawan-kawan di
komunitas Independen, karna saya yakin ada banyak hal yang menarik dalam proses
pelatihan itu.
Ada beberapa hal yang dapat diambil pelajaran dari workshop dan latihan teater,yang
akan terungkap di sini. Pada bulan pertama kami dilatih olah vokal dan artikulasinya,
juga cara pengucapanya secara staccato, vibration dan long voice. “Seorang aktor harus
memiliki vocal yang baik, memiliki power, dan artikulasinya harus jelas”, ungkap
instruktur kami. Ada beberapa poin yang menarik dari olah vokal ini apabila dilakukan
dengan rutin, karena kecerdasan berbahasa akan berkembang dengan sendirinya.
Inteligensi linguistik adalah kemampuan menggunakan dan mengolah kata-kata secara
efektif, baik secara oral yang kemungkinan akan berkembang pada kemampuan menulis.
Olah vokal juga dapat menambah kemampuan berbahasa dengan baik.
Selama satu bulan tersebut sebelum pelatihan dimulai kami disarankan untuk melatih
vocal terlebih dahulu.kemudian baru meningkat ke sesi selanjutnya.
Masih pada satu bulan pertama, kami digembleng untuk mengolah tubuh dengan baik,
fisik, kelenturan dan gesture. Pengolahan badan secara rutin sangat ideal untuk
peningkatan Intelegensi kinestetis – badan. Menurut Gadner, kemampuan ini adalah
kemampuan menggunakn tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan
perasaan. Pada sesi ini aktor diharapkan mampu mengeksplorasikan diri dalam sebuah
pementasan teater dengan baik.
Pada bulan kedua kami dilatih mengapresiasikan diri secara total ber-interaksi dengan
lawan main, bahkan juga meng-intregasikan diri pada alam (nature).pelatihan ini adalah
sebuah upaya untuk mengembangkan Inteligensi inter- personal. Bagaimana seorang
aktor harus memahami dengan baik aktor-aktor lain yang menjadi lawan main, secara
psikologis; sikap yang dimiliki, karakter dan perasaan yang lebih dalam lagi, Kecerdasan
ini untuk melatih bagaimana seorang aktor dapat mudah bekerja sama dengan orang lain,
dapat berkomunikasi dengan baik,. komunikasi secara verbal atau
non - verbal. Kecerdasan ini juga melatih aktor untuk peka terhadap teman, terhadap
penderitaannya, persoalan-persoalan yang dialaminya sehingga mudah berempati.
Selanjutnya, kami diberi materi tentang blocking. Bagaimana sebaiknya penempatan diri
sang aktor ketika berada di panggung, dan memperhatikan hal-hal kecil yang memberi
pengaruh terhadap baik tidaknya pementasan. Pementasan akan menjadi menarik ketika
mempertunjukkan bisnis acting secara detil. Posisi sang aktor juga menjadi bagian yang
menarik selain gesture, vocal, dan power yang baik. Kemampuan memposisikan diri
(blocking) dalam pementasan teater adalah sebuah kecerdasan tersendiri yang menurut
Gadner adalah Iintelignsi ruang-visual.
Seorang aktor dengan melatih bloking dan memiliki peresepsi yang baik terhadap bendabenda
artistik yang ada di sebuah panggung, secara otomatis akan mengembangkan
inteligensi ruang. Dan proses latihan yang terus meneruslah yang menjadi kecerdasan itu
meningkat.
Sebelum memulai latihan, kami terbiasa melakukan meditasi bersama dengan harapan
Energi yang terkumpul menjadi sebuah kekuatan motivasi bagi kami. Dengan berbagai
macam bentuk meditasi, upaya yang ingin dicapai adalah kemampuan untuk
berkonsentrasi, introspeksi, dan pada akhirnya adalah intregasi diri yang akan melahirkan
sebuah kesadaran yang tinggi. Kemampuan seperti ini dalam konsep multiple intelligence
adalah Inteligensi intra-personal yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan
akan diri sendiri, dan kemampuan untuk bertindak secara adaftif berdasarkan pengenalan
diri, termaksud kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. (paul suparno, 2004).
Seorang aktor dituntut untuk memiliki kesadaran akan dirinya, sehingga tidak menjadi
sombong dan tinggi hati terhadap aksi peranya dalam beberapa pementasan yang sudah
dilakukan.
Pada tahap selanjutnya, kami berlatih untuk berinteraksi dengan alam sekitar dan sang
instruktur membawa kami ke sebuah pedesaan kecil yang terdapat alir sungai dan air
mancur, kemudian kami memulai untuk bermeditasi di sekitar sungai kecil dan di bawah
air terjun. Kami dituntun untuk mencoba mensenyawakan perasaan dengan suara-suara
alam; benturan air pada batu, kicau burung, hembusan angin dan pancaran air terjun yang
menusuk-nusuk kepala kami. Pola pelatihan seperti ini diharapkan menjadikan aktor
lebih mawas diri introspeksi cinta terhadap alam dan lingkunganya. Kemampuan ini
disebut juga dengan Inteligensi lingkungan yaitu sebuah kemampuan untuk memahami
flora dan fauna dengan baik, karena dapat membuat distingsi konsekwensial lain dalam
alam natural; kemampuan memahami alam, dan mempergunakan kemampuan ini dengan
produktif untuk mengembangkan pengetahuan akan alam, yang selanjutnya dengan
secara sadar akan mencintai lingkungan alam sekitarnya.
Potensi yang dimiliki oleh setiap orang akan berbeda-beda tingkatanya, sehingga tugas
kita untuk mencari mana yang paling menonjol dan kemudian mengmbangkanya terlebih
dahulu, karna tanpa sebuah prioritas-prioritas kita akan kesulitan untuk memilih dan
mensistematikkan inteligensi yang ada.
Dalam pementasan sebuah teater biasanya ada alunan musik yang mengiringi, sebagai
unsur penguat cerita dalam sebuah naskah. Aransemen musik dalam produksi teater harus
sesuai dengan suasana naskah ketika itu, latar belakang, tokoh dan lain sebagainya, yang
dapat dipahami secara logika. Kemampuan untuk mengiringi pementasan teater dengan
musik pendukung adalah merupakan proses mengasah Intligensi musikal. Dengan
memaksimalkan kemampuan inteligensi musikal, akan meningkatkan fungsi bahasa, seni
dan kemampuan yang lain. Apabila salah satu inteligensi terkena stimulus maka layanan
fungsi otak terhadap kegiatan mental tertentu akan menjadikan semua inteligensi bekerja
secara bersama.(Gardner, 1990).
Setiap manusia lahir memiliki bakat (potensi) lebih dari satu, dan semuanya itu dapat
digali dan dikembangkan menjadi sebuah kemampuan yang luar biasa. Karna itu perlu
adanya pola pembelajaran untuk mengembangkan diri (Empowering) yang sistematik,
sehingga potensi-potensi yang ada pada kita tergali secara maksimal. Beberapa
inteligensi tersebut muaranya adalah pada kaspasitas otak besar, otak tengah dan otak
kecil. Dan dari belahan otak besar tersebut, fungsi otak kanan dan otak kiri akan semakin
bekerja secara maksimal apabila kita mampu mensenyawakan kedua fungsi otak tersebut.
Label: seni dan psikologi
diposkan oleh Gatara.com pada 00:00