Secara medis, memilih jenis kelamin bayi sudah sangat dimungkinkan.
Bahkan dengan mengenali sifat sperma, upaya yang lebih praktis dapat
dilakukan sendiri oleh suami-istri.
"Sssst, kalau kepengin anak laki-laki, waktu berhubungan minta saja
suamimu pakai sepatu boot. Lalu posisi saat berhubungan harus miring ke
kanan. Pasti deh nanti anaknya 'jagoan'!"
Saran tersebut terdengar lucu, tapi itulah salah satu mitos tentang cara
mendapatkan anak berjenis kelamin laki-laki. Masih banyak mitos lainnya,
semisal jenis kelamin anak pertama tergantung pada siapa yang jatuh
cinta lebih dulu. Bila si ayah yang duluan jatuh cinta pada ibu maka
pasangan tersebut akan dikaruniai anak laki-laki. Begitu juga sebaliknya.
Kondisi ibu yang sedang mengandung pun dipercayai merupakan
cerminan jenis kelamin janinnya. Bila wajah ibu terlihat pucat tetapi rajin
berdandan kemudian bentuk perutnya mirip telur dan condong ke bawah
diyakini janinnya berjenis kelamin perempuan. Namun, bila wajah ibu
terlihat kusam, malas berdandan, penuh jerawat, penampilannya cuek,
dan bentuk perut menonjol ke atas maka bayinya laki-laki.
Tak cuma kita di Indonesia saja yang mengenal mitos-mitos seperti itu.
Masyarakat Jepang pun punya kepercayaan-kepercayaan serupa. Mereka
misalnya percaya bahwa jenis kelamin anak yang bakal lahir bisa diramal
dari bulu kuduk anak sebelumnya. Jika bulu kuduknya menyebar, maka
anak berikutnya pasti laki-laki. Namun bila bulu kuduk anak sebelumnya
menyatu, maka anak berikutnya perempuan.
Yang jelas, munculnya mitos-mitos itu menunjukkan adanya tuntutan pada
sebagian orang untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu.
Tuntutan yang ada kemudian memunculkan spekulasi tentang apa jenis
kelamin anak yang akan lahir. Dari situlah mitos terbentuk. Belum lagi
mitos mengenai cara-cara mendapatkan anak laki-laki atau perempuan
dari yang kedengarannya masuk akal hingga yang tidak. Umpamanya,
untuk mendapatkan anak perempuan, ibu harus banyak makan makanan
yang manis-manis. Hal ini tentu berlawanan dengan anjuran dokter,
karena makanan manis bisa memicu timbulnya penyakit, seperti diabetes
dan hipertensi.
CARA MEDIS
Kini, ketika ilmu kedokteran sudah semakin maju dan mitos sering terbukti
salah, lebih bijaksana bila keinginan memilih jenis kelamin anak
dikonsultasikan pada ahlinya. Dr. Nugroho Setiawan MS, Sp.And.,
mengatakan meski keberhasilannya tidak 100%, secara medis pilih-pilih
jenis kelamin anak sudah dimungkinkan. "Kegagalan bisa saja terjadi
karena semua metode hanya dapat meningkatkan persentase
keberhasilan. Tidak ada yang bisa menjamin 100 % bahwa nanti yang
keluar pasti bayi laki-laki atau bayi perempuan," ujar ahli andrologi dari
Klinik Grasia Jakarta ini
Berikut beberapa teori ilmiah sekitar cara mendapatkan anak dengan jenis
kelamin tertentu yang dipaparkan Nugroho:
* Teori Akihito
Disebut demikian karena konon yang menemukan adalah kaisar Jepang
Hirohito. Lalu sang putra mahkota, Akihito, menerapkan teori ini dan
berhasil mendapatkan 2 putra dan 1 putri, sesuai dengan keinginannya.
Pada intinya teori ini berdasarkan pada penghitungan masa ovulasi
(pengeluaran sel telur) istri.
Seperti diketahui, laki-laki dalam hal ini sel sperma ada yang memiliki
kromosom seks jenis X dan Y. Sedangkan wanita punya 2 kromosom seks
yang sama yaitu X dan X. Bila dalam berhubungan intim, sperma X
membuahi sel telur maka terjadilah pertemuan kromosom X dengan X,
sehingga yang didapat adalah bayi perempuan (XX). Sebaliknya bila
sperma Y yang membuahi sel telur, maka kromosom Y akan bertemu
kromosom X sehingga akan mendapat bayi laki-laki (XY). Jadi intinya,
anak laki-laki bisa diperoleh jika sperma Y lebih dulu membuahi sel telur.
Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan maka sperma X yang
harus lebih dulu membuahi sel telur.
Hasil penelitian juga menunjukkan masing-masing kromosom memiliki
karakter sendiri-sendiri. Sperma Y berbentuk bundar, ukurannya lebih kecil
atau sekitar sepertiga kromosom X, bersinar terang, jalannya lebih cepat,
dan usianya lebih pendek serta kurang tahan dalam suasana asam.
Sedangkan sperma X ukurannya lebih besar, berjalan lamban, bentuknya
lebih panjang, dan dapat bertahan hidup lebih lama serta lebih tahan
suasana asam.
Dari data itu bisa disimpulkan jika ingin memperoleh anak laki-laki maka
hubungan intim harus dilakukan bertepatan atau segera setelah terjadi
ovulasi (saat keluarnya sel telur dari indung telur atau masa subur).
Dengan begitu, sperma Y yang masuk ke dalam rahim dapat langsung
membuahi sel telur. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan,
hubungan intim sebaiknya dilakukan sebelum ovulasi terjadi. Misalnya,
ovulasi diperkirakan terjadi pada tanggal 10. Oleh karena itu, hubungan
intim sebaiknya dilakukan 3 hari sebelumnya, sehingga pada saat ovulasi
terjadi tinggal sperma X yang masih hidup dan membuahi sel telur.
Metode ini memang tidak praktis karena pasangan harus tahu saat tepat
berlangsungnya ovulasi. Padahal untuk mengetahui hal itu seorang wanita
harus mengukur suhu basal tubuhnya selama 3 bulan berturut-turut.
Proses pengukurannya pun tidak boleh salah, yakni dengan meletakkan
termometer khusus di mulut setiap pagi sebelum turun dari tempat tidur.
Ada beberapa syarat lain, seperti suhu ruang harus normal dan wanita
tidak dalam keadaan sakit. Lalu, hasil pengukuran itu dicatat dalam
sebuah tabel. Bila suatu hari, suhu tubuh menunjukkan peningkatan
dibanding suhu basal, berarti saat itulah ovulasi sedang terjadi.
Sayangnya, bagi wanita yang siklus haidnya tidak teratur, hal ini tentu sulit
dilakukan. Keakuratan metode ini juga rendah karena biar bagaimana pun
kita tidak tahu apakah sperma X atau Y yang berhasil membuahi sel telur.
* Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan, dikatakan Nugroho dapat memberikan hasil yang lebih
akurat ketimbang metode Akihito. Proses inseminasi ini diawali dengan
menampung sperma di dalam gelas hasil dari masturbasi atau coitus
interuptus. Kemudian, sperma disaring dengan dua lapis media khusus
yang kekentalannya berbeda untuk memisahkan sperma dengan
semennya, serta sperma X dari sperma Y. Pemisahan dapat dilakukan
karena berat molekul keduanya berbeda. Sperma X akan lebih cepat
mencapai lapisan bawah dibanding sperma Y. Sedangkan dengan melihat
teknik berenang keduanya, mana yang lebih dulu bergerak ke atas, itulah
sperma Y.
Kemudian sperma yang sudah dipisahkan akan disuntikkan ke dalam
rahim saat istri sedang melalui masa subur. "Jaminan keberhasilan
metode ini adalah 85% untuk bayi perempuan dan 80% untuk bayi lakilaki,"
papar ahli andrologi yang juga berpraktek di RS Internasional
Bintaro, Banten.
CARA PRAKTIS
Selain cara medis, ada beberapa cara praktis yang diyakini dapat
membuat pasangan memperoleh anak dengan jenis kelamin yang diidamidamkan.
Hanya saja, ahli kandungan dari RS Islam di Jakarta Timur, dr.
Muhammad Natsir, Sp.OG, M.Kes., menegaskan bahwa langkah-langkah
ini juga tidak dapat dijamin 100% keakuratannya.
(MENDAPATKAN ANAK LAKI-LAKI)
* Membilas Vagina dengan Air + Soda
Larutan untuk membilas dibuat dari campuran 1 gelas air + 2 sendok
makan garam soda (natrium bikarbonat soda). Kenapa harus dibilas
seperti itu? Seperti sudah disebutkan, kromosom X bersifat lebih tahan
asam sedangan kromosom Y bersifat kurang tahan asam serta jalannya
lebih cepat. Nah, pembilasan vagina dengan larutan garam soda bertujuan
menurunkan kadar keasaman vagina, sehingga sperma Y lebih terjamin
hidupnya dan bisa melewati liang vagina menuju rahim untuk membuahi
sel telur.
* Istri Orgasme Lebih Dulu
Biarkan istri mencapai orgasme lebih dahulu baru disusul suami. Cairan
yang dihasilkan saat wanita mengalami orgasme akan lebih mendukung
pergerakan sperma Y untuk lebih cepat sampai ke sel telur. Semakin cepat
sampai akan semakin baik, karena usia sperma Y lebih pendek.
* Posisi Knee-Chest
Ada posisi yang diduga bisa membuat sperma Y meluncur cepat melalui
liang vagina, rahim, dan sampai ke sel telur, yaitu posisi knee-chest (genu
pektoral). Posisi dimana suami bersetubuh dengan istri dari belakang ini
disebut juga doggie style.
* Penetrasi Dalam
Semakin dalam penetrasi, maka semakin dekat jarak yang ditempuh
sperma menuju sel telur. Bila suami bisa menekan sedalam-dalamnya saat
ejakulasi berlangsung, hal ini bisa meningkatkan kemungkinan mendapat
anak laki-laki.
* "Puasa" Sementara
Untuk meningkatkan kuantitas volume spermanya, suami dianjurkan
menabung spermanya atau tidak melakukan ejakulasi sekitar 7-8 hari.
Dengan jumlah sperma yang lebih banyak per mililiternya, kemungkinan
mendapatkan anak laki-laki juga meningkat.
Puasa seks juga bertujuan menghindari kemungkinan tertinggalnya
sperma X dari hubungan intim yang dilakukan beberapa hari sebelum
masa ovulasi. Bila ada sperma X tertinggal dalam organ reproduksi wanita,
begitu tiba masa ovulasi, ia dapat langsung membuahi sel telur. Berarti
anak perempuanlah yang akan didapat. Sedangkan jika dalam seminggu
sebelumnya puasa seks
dijalankan, maka sperma Y memiliki kesempatan yang besar untuk
membuahi sel telur.
(MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN)
* Membasuh Vagina dengan Air + Cuka Untuk meningkatkan kadar
keasaman vagina, basuhlah daerah itu dengan 1 gelas air yang sudah
dicampur 2 sendok makan asam cuka. Lingkungan vagina bersuasana
asam diharapkan dapat mematikan sperma Y sehingga sperma X selamat
sampai tujuan. Volume sperma X yang banyak dapat meningkatkan
kemungkinan menghasilkan anak perempuan.
* Hindari Orgasme
Saat melakukan hubungan intim, usahakan agar ejakulasi terjadi sebelum
istri mencapai orgasme. Tanpa orgasme, sekresi alkalis (pengeluaran
substansi yang membuat daerah vagina bersifat basa) tidak terjadi dan ini
akan membuat sperma Y mati sehingga menguntungkan sperma X yang
punya daya tahan lebih baik.
* Posisi Muka Bertemu Muka
Hubungan intim dengan posisi saling berhadapan, istri di bawah dan
suami di atas sebetulnya membuat sperma tidak bisa langsung menerobos
ke mulut serviks (leher rahim). Dengan begitu waktu yang dibutuhkan
sperma pun akan lebih lama dan hal ini lebih menguntungkan sperma X.
* Penetrasi Pendek
Penetrasi pendek dilakukan dengan cara mengangkat penis hingga ke
ujung vagina saat suami mengalami ejakulasi. Tindakan ini berarti
memperpanjang jarak sperma ke sel telur yang diduga akan menambah
persentase kesempatan sperma X mengingat daya tahannya yang lebih
kuat ketimbang sperma Y.
* Seks Teratur
Dengan seks teratur, volume sperma yang keluar otomatis lebih sedikit
karena tidak ada sperma yang ditabung. Hal ini diyakini akan
meningkatkan kemungkinan mendapatkan anak perempuan. Kenapa?
Sebelum mencapai sel telur, sperma harus melalui perjalanan berat.
Sebagian sel sperma akan mati di perjalanan, terutama sperma Y yang
berumur pendek. Akhirnya semakin lama jumlahnya akan semakin sedikit.
Nah, untuk mendapatkan volume sperma yang sedikit, hubungan intim
sebaiknya dilakukan setelah haid, setiap 2 hari sekali hingga 2-3 hari
menjelang ovulasi. Dengan begitu, sperma X yang tahan lebih lama
mungkin saja banyak yang masih tertinggal dan akan membuahi sel telur
begitu ovulasi terjadi.
Irfan Hasuki.