Dalam perspektif psikologis bahwa jiwa yang sehat dalam bentuknya yang paling
sempurna adalah terciptanya “ketenangan” dan kestabilan dalam diri seseorang
sehingga menumbuhkan kepribadian yang normal. Hal yang membedakan antara
kepribadian normal dan tidak normal bukan saja dilihat dari bentuk prilaku nyatanya
sehari-hari, tetapi juga dilihat sejauh mana tujuan dan sasaran prilaku tersebut. Prilaku
normal adalah prilaku yang bisa mewujudkan interaksi yang realistis terhadap
berbagai problem maupun pertentangan tanpa harus menghindarinya. Dengan
pengertian lain, kepribadian yang lurus dan mempunyai integritas adalah kepribadian
yang mempunyai ciri prilaku yang kreatif dan realistis, bukan pribadi yang
menghindari kenyataan atau membiarkan dirinya terjebak dengan keadaan tersebut.
Kepribadian yang normal secara psikologis bisa dibedakan dari kepribadian yang
tidak normal dengan beberapa karakteristik. Ada beberapa karakteristik mendasar dari
pribadi yang sehat:
1. Bisa menyesuaikan diri (tawafuq): ciri ini menyiratkan makna penerimaan
terhadap diri, keluarga, pendidikan, sosial dan tempat kerja.
2. Merasa bahagia bersama dirinya sendiri: Perasaan tenteram secara psikologis
tercermin ketika seseorang mempunyai masa lalu yang bersih, masa kini yang bahagia
dan masa depan yang cerah serta bisa menikmati keceriaan hidup tanpa rasa bersalah,
terpenuhinya keinginan dan kebutuhan dasar biologis, psikologis dan sosial, merasa
damai dan stabil, mempunyai pandangan yang ramah terhadap diri sendiri, bisa
menerima dirinya sendiri, percaya diri serta tumbuhnya pandangan yang positif
terhadap diri dengan penghargaan yang sebenar-benarnya.
3. Merasa bahagia bersama orang lain: yaitu bias menerima orang lain dan
percaya kepada orang yang memang pantas untuk dipercayai serta bisa memberikan
penghargaan dan penghormatan terhadap mereka., yakin dengan percaya kepada
mereka secara timbal balik, ramah terhadap orang lain (harmonis secara sosial), bisa
menciptakan hubungan sosial yang aman dan langgeng, bisa bergabung dengan
masyarakat, bisa melakukan peran sosial yang sesuai serta bisa melakukan interaksi
sosial yang aman. Mampu memberi dan melayani orang lain, mandiri secara sosial
dan adanya kebahagian keluarga. Saling membantu dengan orang lain, mau memikul
tanggung jawab sosial dan berpartisipasi positif dalam perkembangan masyarakat.
4. Mampu Merealisasikan diri dan bisa memanfaatkan kemampuan: Ciri ini
tercermin pada kedalaman dan kepekaannya dalam memahami diri dan memberikan
penilaian yang realistis-obyektif terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Menerima sisi kelemahan dan kenyataan yang terkait dengan kemampuan secara
objektif. Menerima prinsip bahwa masing-masing orang mempunyai perbedaan antara
satu dengan yang lainnya, menghargai diri sepantasnya, memanfaatkan kemampuan
dan potensi semaksimal mungkin dan bisa menetapkan tujuan dan tahapan bagi
ambisi serta filosofi kehidupan yang realistis dan memungkinkan untuk direalisasikan,
pengakuan terhadap diri serta bisa mengembangkan kegiatan dan kandungannya,
merealisasikan sepenuh kemampuan dalam berusaha, merasa optimis akan berhasil,
dan rela terhadapnya, serta bisa melakukan tugas-tugasnya secara produktif.
5. Mampu menghadapi tuntutan hidup: Ciri ini mengandung pandangan yang sehat
dan objektif terhadap kehidupan, tuntutan-tuntutan, dan problem sehari-hari. Yaitu
hidup pada masa kini, peka terhadap realitas, berpandangan positif dalam
menghadapi kenyataan, dan mampu menghadapi saat-saat jatuh dalam kehidupan
sehari-hari. Menggunakan sepenuh kemampuan secara positif untuk mengatasi
masalah kehidupan sehari-hari dan bisa menyelesaikannya dengan kemampuan untuk
menghadapi berbagai kondisi dan situasi, menjunjung tinggi tanggung jawab sosial
dan mau menanggungnya. Begitu juga ia mau memikul tanggung jawab bagi prilaku
personal, menguasai situasi lingkungan sesuai dengan kemampuan, bisa beradaptasi
dengannya, serta bisa menerima berbagai pengalaman dan pemikiran baru.
6. Memiliki jiwa yang integral: Yaitu mampu melaksanakan fungsi secara
sempurna sesuai dengan kepribadian yang integral dengan segala aspeknya, baik
secara jasmaniah, rasional, emosional, maupun sosial, bisa menikmati kesehatan dan
fenomena-fenomena perkembangan jasmani serta rohani.
7. Berprilaku normal: Prilaku normal adalah prilaku yang bisa diterima oleh
kebiasaan yang berlaku pada mayoritas manusia normal, selalu berupaya melakukan
perbaikan tingkat harmoni kejiwaan, serta mampu mengontrol dan menguasai diri.
8. Mampu hidup dengan damai: Maksudnya bias menikmati kesehatan jiwa, jasmani dan
social. Merasa damai dan tenang luar dalam, bias menerima kehidupan dan menikmatinya
tanpa merasa bersalah, serta bias membuat perencanaan bagi masa depannya secara realitstis,
tepat dan penuh harapan.
Konsep Islam Mengenai Ketenangan
Di antara karakteristik ketenangan menurut Islam yang paling umum dan paling
utama adalah “berketuhanan” (rabbaniyah). Manusia bias disebut “rabbani” jika dia
mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah, mengetahui agama dan kitab-Nya
serta mengajarkannya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan,
“Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imran:
79)
Di sini yang dimaksudkan dengan "rabbani" (berketuhanan) mencakup dua hal
yaitu:3
1. Rabbani dalam tujuan dan arah
2. Rabbani dalam sumber dan jalan
Yang dimaksud dengan rabbani dalam maksud dan tujuan adalah bahwa Islam
menjadikan tujuan akhir dan sasaran utamanya adalah hubungan yang baik dengan
Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Inilah tujuan Islam, yang kemudian menjadi
tujuan, arah, dan cita-cita akhir manusia dalam kehidupan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh
menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (Al-Insyiqaq: 6).
“Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),” (An-Najm:
42).
Memang bukan hal yang perlu diperdebatkan lagi bahwa Islam juga mempunyai
tujuan dan sasaran lain yang bersifat kemanusiaan dan sosial. Sekalipun demikian
ketika kita renungkan lebih jauh, kita akan menemukan bahwa pada dasarnya tujuantujuan
ini adalah penunjang bagi tujuan pokok yaitu untuk mencapai keridhaan Allah
dan mendapat balasan yang baik dari-Nya. Ini adalah tujuan utama atau sasaran pokok
Islam. Dalam Islam ada sekian banyak mu’amalah, akan tetapi yang dimaksud dengan
mu‘amlah tersebut adalah untuk mengatur kehidupan manusia sampai mereka bisa
terlepas dari beban dan terbebas dari konflik yang diakibatkan oleh kesenangan yang
hina, dan dengan itu mereka bisa beribadah kepada Allah secara murni dan berupaya
untuk mendapatkan keridhaannya.
Dalam Islam terdapat doktrin jihad dan memerangi musuh, akan tetapi tujuannya
adalah “agar tidak ada lagi fitnah dan agama semuanya hanya kepada Allah” (Al-
Anfal: 39).
Dalam Islam ada anjuran untuk berkelana dan mengembara di muka bumi dan
memakan makanan yang baik, akan tetapi tujuannya adalah untuk agar manusia bisa
bersyukur kepada Allah dan menunaikan hak-Nya. Allah berfirman:
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Saba’: 15)
Jadi, segala sesuatu yang ada di dalam Islam baik yang berupa tasyri’, pengarahan,
maupun petunjuk dimaksudkan untuk mempersiapkan manusia agar menjadi hamba
yang tulus kepada Allah tanpa ada sesuatu apapun selain-Nya yang menjadi tempat
menghamba. Oleh sebab itulah inti dan substansi Islam adalah “tauhid”, yaitu
mengajarkan manusia bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nyalah
dilakukan penghambaan dan permohonan bantuan serta tidak boleh menyekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun.
Jadi manusia diciptakan bukan untuk dirinya, sedangkan segala sesuatu yang ada
di dalam kosmos ini diciptakan sebagai layanan bagi yang lain. Segala sesuatu yang
ada di dalam kosmos ini diciptakan untuk manusia. Sedangkan manusia itu sendiri
diciptakan oleh Allah untuk mengetahui dan beribadah kepada-Nya, serta menunaikan
amanah di muka bumi. Ini cukup untuk menunjukkkan kemuliaan dan kebanggaan
manusia. Manusia adalah penguasa di dalam kosmos ini dan sebagai hamba bagi
Penciptanya semata.