MENGINGAT MATI
Hidup hanyalah tempat persinggahan sementara. Adapun kematian,
sesungguhnya merupakan awal kehidupan manusia yang kekal dan
abadi. Nabi Saw bersabda:
مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدّنْيَا إِلّ كَرَاكِبٍ سَارَ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ فَاسْتَظَلّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ
نَهَارٍ ثُمّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Aku dan dunia bagaikan seseorang yang tengah mengadakan
perjalanan di suatu hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawah
rindangnya sebuah pohon, lantas pergi meninggalkan pohon itu untuk
melanjutkan kembali perjalanan panjang”. (HR. Ibnu Mâjah dan
Ahmad).
Allahpun berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدّنْيَا إِلّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدّارُ الْخِرَةُ خَيْرٌ لِلّذِينَ يَتّقُونَ أَفَلَ تَعْقِلُونَ
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau belaka.
Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm [6]: 32)
Begitu jelas makna hadis dan ayat tadi. Logikanya, kalau kehidupan ini
bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan sementara
untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, maka
bekal apakah yang seharusnya kita siapkan untuk sebuah perjalanan
yamg maha panjang tersebut? Di antara hal yang dapat memotivasi
diri kita untuk mempersiapkan bekal tersebut dengan sebaik-baiknya
adalah memperbanyak mengingat mati.
Nabi mUHAMMAD Saw bersabda:
"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya kalian akan dapat
menyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan
jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapat
kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri
kita kepada hal yang sudah pasti akan kita rasakan. Bukankah
Sakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa
sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh
bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang terbebas dari
rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna
manusia ini, memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap
orang, tergantung amal dan ibadahnya.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah S.A.W berkata:
“Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri
yang menancap di selembar kain sutera. Lantas Nabi bertanya, apakah
duri itu dapat terambil begitu saja tanpa membawa bagian sutera yang
koyak?”
Pada kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Sakitnya sama dengan
tiga ratus tusukan pedang.”
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT
bertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan kematian
wahai khalilullah (khalilullah berarti sahabat Allah)?“ Beliau menjawab,
“Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu
basah yang kemudian ditarik.”“Yang seperti itulah, sudah Kami
ringankan atas dirimu,” kata Allah Swt.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasehati para
sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan, lihatlah...
betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.
-Tanyakan kepada orang-orang kaya mereka, masih tersisakah harta
mereka?
-Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masih
tersisakah kemiskinan mereka?
-Tanyakan tentang lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang
mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.
-Tanyakan pula tentang kulit-kulit nan lembut dan wajah-wajah cantik
jelita, tubuh-tubuh yang halus-mulus, apa yang diperbuat oleh ulatulat
di balik kain kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajahwajah
cantik jelita itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telah
terpisah-pisah berserakan.
-Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?
-Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka?
-Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulang
tinggi?
-Di mana kebun-kebun mereka yang rindang dan subur?
-Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah dan mahal?
-Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka?
-Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi?
-Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?
-Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
-Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah
dengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yang
mereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan.
Orang-orang yang mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, harta
yang mereka tinggalkan malah akan menjadi beban jika digunakan
bukan di jalan yang Allah ridhai. Ketika itu, yang masih bermanfaat
hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknya
yang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dari
Umar bin Abdul Aziz.
Sebab Siksa Kubur
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah....
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah rahimahullah ta’ala,
bahwa siksa kubur itu ditimpakan karena berbagai macam dosa dan
maksiat, di antaranya adalah:
1. Adu domba dan menggunjing.
2. Tidak bersuci (cebok) setelah buang air kecil.
3. Shalat dalam keadaan tidak suci (kotor).
4. Berdusta.
5. Lalai dan malas dalam mengerjakan shalat.
6. Tidak mengeluarkan zakat.
7. Berzina.
8. Mencuri.
9. Berkhianat.
10. Menfitnah sesama umat Islam.
11. Makan riba.
12. Tidak menolong orang yang dizhalimi.
13. Minum khamar (kalau jaman sekarang seperti: minum sempain,
ngeplay, ngegele, sabu-sabu, ekstasy dan sejenisnya).
14. Memanjangkan kain hingga di bawah mata kaki (menyombongkan
diri).
15. Membunuh.
16. Mencaci sahabat Nabi.
17. Mati dalam keadaan membawa bid'ah.
Kemudian Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa ketaatan
yang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur, di antaranya adalah:
Yang pertama, Rajin beribadah dan taat kepada Allah Swt dengan
ikhlas.
2. Mati syahid di jalan-Nya.
3. Membaca surat Al-Mulk.
4. Meninggal karena sakit, dan terakhir:
5. Meninggal dunia pada hari Jum'at.
Husnulkhotimah, adalah sebuah karunia Allah SWT yang khusus
diberikan kepada manusia istimewa. Tidak ada ceritanya dalam hidup
ini istilah “muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”.
Husnul khotimah itu seperti hadiah untuk manusia, atas upaya
manusia yang sungguh-sungguh di dalam menjalankan tugas hidup di
dunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus
dengan predikat summa cum laude.”
Jadi kita jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa
mendapatkan Husnulkhotimah terlebih dulu, tanpa amal nyata. “Katakata
mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,”
Sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa dengan sering-sering
mengingat mati menjadikan seseorang menjadi makhluk yang
produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya. Ini karena setiap
pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya.
Karena maut bisa datang kapan dan di mana saja.