DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................1
Pengertian Kecerdasan Naturalis..................................................................2
Penelusuran Kecerdasan Naturalis ....................................................................4
Metode Kunjungan Lapangan Sebagai salah satu Metode dalam Meningkatkan
Kecerdasan Naturalis ( Field Visit Techique ) .........................................................6
Kesimpulan............................................................................................. ...7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................7
I. Pengertian Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan Naturalis Memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada
berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka,
(c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d)
menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka
membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi
dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Salah satunya adalah kecerdasan naturalis atau kecerdasan alam.
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap
tumbuhan, hewan dan lingkungan alam sekitarnya. Individu yang memiliki
kecerdasan naturalis yang tinggi akan mempunyai minat dan kecintaan yang
tinggi terhadap tumbuhan, binatang dan alam semesta. Ia tidak akan sembarangan
menebang pohon. Ia tidak akan sembarangan membunuh dan menyiksa binatang.
Dan ia juga akan cenderung menjaga lingkungan dimana ia berada. Ia akan
menyayangi tumbuhan, binatang dan lingkungan sebagaimana ia menyayangi
dirinya sendiri. Inilah kecerdasan naturalis yang tinggi. Nah, orang-orang yang
bersusah payah menanam kembali pohon di area yang gundul tanpa
mengharapkan imbalan yang memadai itulah orang-orang yang mempunyai
kecerdasan naturalis yang tinggi. Sebaliknya, orang-orang yang dengan mudahnya
merusak lingkungan, menyiksa dan membunuh binatang serta menebang
tumbuhan secara sembarangan itulah orang-orang yang mempunyai kecerdasan
naturalis yang rendah.
Kecerdasan naturalis perlu diajarkan dan ditanamkan sejak anak usia dini,
yaitu antara 0-6 tahun sesuai dengan teori perkembangan otak. Pada saat ini
efektifitasnya sangat tinggi, artinya pada saat usia ini internalisasi nilai-nilai
naturalis akan sangat efektif diserap dan diterapkan oleh anak-anak. Diatas usia
ini efektifitasnya diprediksi berkurang dan semakin kurang efektif sejalan dengan
bertambahnya usia anak tersebut.
Jika melihat usia 0-6 tahun, maka yang banyak berperan dalam
menanamkan nilai-nilai naturalis adalah kedua orangtua alias keluarga. Jika pada
usia ini mereka juga telah dimasukkan ke PAUD, maka keluarga dan PAUD-lah
yang mempunyai peranan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis. Untuk itu,
setiap orang tua dan guru PAUD harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang nilai-nilai naturalis agar mereka dapat memberi pengetahuan teori dan
contoh nyata kepada anak-anak tersebut. Amat penting artinya untuk memasukkan
ke dalam kurikulum PAUD nilai-nilai naturalis, sehingga sejak dini anak-anak
sudah mendapat pengetahuan tentang lingkungan dan bagaimana melestarikan
lingkungan. Praktek dan contoh nyata amat penting bagi anak-anak usia dini ini.
Apa yang dapat diajarkan dan dicontohkan oleh keluarga (orang tua) dan
guru PAUD? Mereka dapat memberi pelajaran dan praktek memelihara tanaman
(menanam, menyiram, menyiangi, memupuk dll.), memelihara dan menyayangi
binatang, membersihkan lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya,
membiasakan mereka untuk tidak mencabut tumbuhan secara serampangan dll.
Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak dini ini akan berurat akar, sehingga
mereka akan secara konsisten mempraktekkan nilai-nilai naturalis. Muatan
naturalis juga harus terus diberikan dan ditanamkan secara berkesinambungan dari
PAUD hingga perguruan tinggi. Dengan cara ini, diharapkan mereka mempunyai
kecerdasan naturalis yang tinggi.
Internalisasi nilai-nilai naturalis ini harus dibarengi dengan aturan-aturan yang
dilaksanakan secara konsekuen. Aturan-aturan itu dapat dibuat oleh pemerintah
pusat ataupun oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan aturan (Perda) yang tidak
konsisten akan berdampak kepada tidak patuhnya masyarakat terhadap aturan itu.
Oleh sebab itu, sekali aturan itu dibuat harus dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Tentu saja, aturan itu sebelumnya harus disosialisasikan ke
masyarakat.
II. Penelusuran Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang
mencakup kemampuan untuk memahami hal-hal yang kompleks dan saling
berhubungan. Semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak, kemampuan
menemukan, penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk
memperoleh kemampuan yang baru termasuk dalam kecerdasan (Semiawan C.R.,
2002: 11-13). Menurut Sprinthill., (1990: 131–432) kecerdasan naturalis
merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru, belajar dari
kesalahan di masa lampau, dan mengkreasikan pola pikiran baru.
Menurut Sternberg dalam McNerney D.M. (1998:49-50) inteligensi/
kecerdasan ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Lebih lanjut Sternberg
menyatakan bahwa inteligensi mencakup kemampuan manusia akan tiga
komponen, yaitu: (1) Inteligensi komponensial, yaitu kemampuan untuk berpikir,
merencanakan dan memonitor proses kognitif, (2) Inteligensi eksperensial, yaitu
kemampuan untuk memformulasikan ide-ide baru dalam memecahkan masalah,
dan (3) Inteligensi kontekstual, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dalam
menanggapi suatu peluang atau kesempatan secara optimis.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup
kecakapannya dalam berpikir, merencanakan, memformulasi ide-ide baru dalam
memecahkan masalah serta kemampuan dalam beradaptasi menghadapi peluang
yang ada.
Dalam perkembangan konsep inteligensi terjadi perubahan dari konsep
tunggal sampai dengan inteligensi majemuk. Kecerdasan/ inteligensi majemuk
(multiple intelligence) dikembangkan oleh Gardner yang pada awalnya
menyatakan bahwa inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semi
otonom, yaitu: (1) linguistik, (2) musik, (3) matematik logis, (4) visual spasial, (5)
kinestetik fisik, (6) sosial interpersonal dan (7) intrapersonal. Kecerdasan
majemuk menurut Gardner lebih bersifat manusiawi dan lebih dapat dipercaya
karena teori ini lebih mencerminkan secara memadai tingkah laku kecerdasan
manusia (Gardner H., 1993: 13-15).
Pada perkembangan selanjutnya teori multiple intelligence Gardner
mengalami penambahan satu kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis.
Menurut Gardner seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi adalah
seseorang yang menunjukkan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasi
banyak spesies flora dan fauna dalam lingkungannya. Di dalam dunia nyata,
seorang naturalis memiliki kemahiran dalam berkebun, menggarap taman yang
indah, memelihara binatang serta memiliki perhatian yang lebih dalam
penyelamatan lingkungan. Seorang naturalis biasanya telah memperlihatkan
bakatnya sejak kecil/ masa kanak-kanak. Menurut Rose C., (2002:160) seseorang
yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi adalah seorang yang senang
memelihara binatang, dapat mengenali dan menamai banyak jenis tanaman,
mempunyai minat dan pengetahuan yang baik tentang bagaimana tubuh bekerja,
dapat membaca tanda-tanda cuaca, mempunyai minat pada isu-isu lingkungan
global, dan berpandangan bahwa pelestarian sumber daya alam dan pertumbuhan
yang berkelanjutan merupakan keharusan.
Menurut De Porter dkk., (2002: 96-100) seseorang yang memiliki
kecerdasan naturalis tinggi selalu berpikir dalam acuan alam. Hal ini dapat dilihat
dari kemampuannya melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah,
mengidentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam. Pendapat di atas didukung
oleh Amstrong T., (2002:26) yang menyatakan bahwa anak-anak yang kompeten
dalam kecerdasan naturalis merupakan pencinta alam. Anak-anak ini lebih suka
mengumpulkan bebatuan atau bunga daripada terkurung di sekolah atau rumah
mengerjakan tugas menulisnya. Jika diberi tugas sekolah yang melibatkan bungabungaan
atau tanaman juga hewan, anak-anak ini akan termotivasi dengan lebih
baik.
Dari uraian di atas, maka definisi dari kecerdasan naturalis adalah
kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kecakapan dalam mengenal,
mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam lainnya serta memiliki
kepekaan terhadap kondisi lingkungan. Adapun indikator dari kecerdasan
naturalis adalah mengenal lingkungan, mengklasifikasi flora fauna dan kepekaan
terhadap lingkungan.
III. Metode Kunjungan Lapangan Sebagai salah satu Metode dalam
Meningkatkan Kecerdasan Naturalis(Field Visit Techique)
Menurut Sudjana, (2002: 147-158) Metode kunjungan lapangan dilakukan
sebagai salah satu prosedur pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan
pangalaman langsung dari obyek-obyek yang dikunjungi serta memperoleh
pengalaman belajar dari kegiatan di lapangan. Di samping itu metode ini dapat
digunakan untuk menetapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
oleh peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
nyata.
Menurut Bahri dan Zain (1997: 105-106), metode kunjungan lapangan atau
karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke
suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki suatu perternakan, perkebunan, lingkungan alami dan sebagainya.
Metode pembelajaran ini dapat membuat pelajaran di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat. Di samping itu melalui
metode ini dapat merangsang kreativitas siswa. Pendapat di atas juga didukung
oleh Sriyono (1992: 10-12) yang menyatakan bahwa melalui metode kunjungan
lapangan atau karyawisata anak dapat lebih mengenal realita kehidupan
masyarakat , mampu mengamati, meneliti dan mempelajari suatu obyek di luar
sekolah.
Untuk lebih lanjut Ester menyatakan bahwa kunjungan lapangan dapat
memberikan banyak pengalaman nyata bagi manusia. Anak dapat melakukan
penelitian secara langsung mengenai lingkungan perkebunan, perternakan,
pertanian atau taman-taman nasional (1996: 165-170). Kunjungan lapangan dapat
memberi kegiatan pada anak untuk mengumpulkan daun atau spesimen tumbuhan,
mencari jejak hewan liar, mengamati proses erosi dan lain-lain.
Sebelum kegiatan berlangsung seorang guru harus mempersiapkan tujuan
dan obyek kunjungan serta memperkenalkan terlebih dahulu kepada siswa obyek
yang akan diamati. Melalui pengarahan, siswa akan memperoleh banyak
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan. Selama kegiatan siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan observasi yang dilakukan.
Setelah kegiatan kunjungan lapangan, dilakukan kembali diskusi kelas untuk lebih
memperdalam pengetahuan yang didapat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode kunjungan lapangan
(field visit technique) adalah suatu prosedur pembelajaran dengan melakukan
kunjungan ke obyek-obyek tertentu di luar sekolah untuk menerapkan
pengetahuan yang telah didapat, mempelajari atau meneliti suatu lingkungan
mengenal realita kehidupan masyarakat, mengembangkan kreativitas serta
memperkaya pengalaman anak.
IV. Kesimpulan
1. Kecerdasan Naturalis adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup
kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam
lainnya serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan.
2. Kecerdasan Naturalis sangat erat hubungannya dengan pembelajaran
Matematika
DAFTAR PUSTAKA