Musik Renaissance
Kata renaissance berarti rebirth— diatributkan untuk periode ini oleh seorang
sejarawan Perancis abad ke-19, Jules Michelet. Gerakan Renaissance bernama
demikian karena gerakan ini melahirkan kembali ide-ide dan pemikiran-pemikiran
dari zaman Greco-Roman yang sudah begitu lama hilang dari Eropa, misalnya
pemikiran dari filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, atau ahli retorika seperti Cicero
atau juga Quintillianus yang tersimpan di dalam banyak teks Latin kuno di
perpustakaan Ordo Monastik di Eropa, juga dari teks Latin yang diterjemahkan ke
dalam bahasa-bahasa lain. Semangat zaman ini adalah apa yang sekarang disebut
Humanisme, meskipun pada zaman tersebut filsafat di balik semangat itu tidak harus
diartikan sebagai semangat untuk menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu
dan “menurunkan” Tuhan. Memang semangat gerakan ini akhirnya melahirkan
Aufklärung yang jelas melawan Alkitab, tapi pada awalnya semangat Humanisme
lebih dekat dan sangat dipengaruhi oleh kekristenan. Manusia bukan lagi makhluk
yang kotor dan rusak belaka (seperti yang diajarkan gereja yang tidak bertanggung
jawab pada zaman Dark Ages), tapi juga adalah manusia yang mempunyai dignity
sebagai peta dan teladan Allah. Sayangnya keseimbangan ini tidak bertahan lama dan
akhirnya terjeblos ke dignity tanpa humility, yaitu Humanisme modern
Donato Bramante, seorang arsitek Renaissance, membangun suatu Tempietto
(semacam bangunan kecil untuk memorial para martir) di gereja San Pietro di
Montorio yang mengambil konsep arsitektur dari zaman Roma, Temple of Vesta.
Konsep simetri dan proporsi juga mempengaruhi l u k i s a n – l u k i s a n
Renaissance: para pelukis menggambarkan struktur dan proporsi manusia dengan
lebih akurat; kisah yang sudah sering diketahui adalah bagaimana Michelangelo
sampai meneliti mayat manusia untuk dapat mengerti anatomi manusia secara tepat
sehingga lukisannya mempunyai akurasi yang sangat tepat.
Musik Barok
Jika ada satu era dalam peradaban barat dimana detail, ornament,
serta virtuositas adalah gagasan utamanya; maka era tersebut
tidak diragukan lagi adalah era Baroque. Dengan rentang waktu
sekitar satu setengah abad, dari tahun 1600 – 1760, daya cipta
manusia seolah dipacu hingga batas tertingginya dalam
menghasilkan karya – karya yang brilian.
Barok, secara etimologis, berarti “berlian dengan bentuk yang tidak
biasa”. Istilah yang dilabelkan pada era ini diperkenalkan pada
tahun 1919 oleh Curt Sachs, seorang musikologis berkebangsaan
Jerman. Penggunaan istilah ini mengacu kepada keadaan
sosiokultural pada masa itu. Setelah era pencerahan Renaissance,
eksplorasi kebudayaan seolah terus mencari bentuk
kesempurnaannya, hingga melahirkan karakteristik yang bizarre
dalam segala bidang kebudayaannya.
Detail yang luar biasa, ornamen – ornamen penghias, emosi yang
menggelora, serta tuntutan kemampuan yang tinggi dalam
menghasilkan karya menjadi ciri utama era ini. Hal ini dapat kita
lihat langsung dari lukisan – lukisan, karya arsitektur, pakaian –
pakaian, seni patung, hingga – tidak terkecuali - musik. Kecintaan
akan kekayaan nada, keindahan, serta emosi; bercampur dengan
logika serta hitungan matematis menghasilkan sebuah musik
dengan kompleksitas tinggi dan tuntutan kapabilitas seorang
virtuoso.
Batu Rosetta Musik Barat
Ada dua hal yang menyebabkan masa ini menjadi sangat penting
dalam sejarah musik barat: pertama, pada masa ini lahir para
komposer – komposer jenius yang menghasilkan sebagian karya –
karya musik yang luar biasa; kedua, inilah masa dimana teknik
serta teori musik lahir dan menjadi dasar musik barat seterusnya.
Teori tentang musik sebenarnya sudah lahir sejak zaman
Renaissance. Namun, di era Barok inilah terjadi proses pembakuan
tentang teori yang ada.
Elemen penting pembentuk music Barok adalah Polyphony dan
Counterpoint. Kedua unsure tersebut sudah dikenal sejak zaman
Renaissance dalam bentuk yang sangat sederhana. Polyphony
adalah sebuah tekstur dimana terdapat dua suara atau lebih yang
bersifat independen. Ini dapat dibayangkan seperti mendengar
sebuah paduan suara. Terdapat beberapa line suara yang berbeda,
yang masing – masing dapat dinyanyikan masing – masing. Namun,
tetap membentuk sebuah paduan yang harmonis pada saat
digabungkan.
Bentuk evolusi dari Polyphony ini adalah Counterpoint.
Counterpoint berasal dari kata latin: contra (lawan) dan punctus
(nada). Sebuah punctus contra punctus: “nada melawan nada”.
Jadi, Counterpoint adalah hubungan antara dua suara atau lebih
yang independen dalam hal kontur dan ritmik, namun saling
bergantung dalam aturan harmoni. Kembali bayangkan tentang
sebuah paduan suara. Tetapi kali ini, masing – masing line suara
memiliki ritmiknya masing – masing. Sehingga apabila dinyanyian
satu per satu seolah – olah merupakan terdiri dari beberapa lagu
yang berbeda. Dan sekali lagi, saat digabungkan, tetap membentuk
keutuhan yang harmonis.
Akibat utama dari kehadiran counterpoint adalah kekayaan melodi
serta kompleksivitas struktur musiknya. Agar benar – benar dapat
merepresentasikan sebuah karya barok dengan baik, setiap pemain
instrumen maupun seorang penyanyi sangat dituntut
virtuositasnya. Tuntutan ini mendorong lahirnya teknik – teknik
baru, para virtuoso, serta kelahiran kaum prodigy di bidang musik.
Musik vokal kalah popularitasnya dibandingkan dengan musik
instrumental. Hal ini disebabkan batas suara manusia yang tidak
lebih kaya dalam menghasilkan melodi dibandingkan instrumen
musik menurut ukuran zaman itu.
Pada masa ini juga, berkembang sebuah doktrin yang dikenal
dengan Doctrine of the Affection. Doktrin inilah yang digunakan
dalam estetika musikal saat itu. Isinya menyatakan bahwa hanya
boleh terdapat sebuah kesatuan dan kerasionalitasan afeksi dalam
sebuah karya atau sebuah movement musik. Apabila lebih, maka
yang akan timbul adalah kebingungan dan kekacauan. Definisi
afeksi disini, mengacu pada Lorenzo Giacomini dalam Orationi e
Discorsi (1597), adalah sebuah pergerakan atau operasi spiritual
yang diakibatkan oleh ketertarikan atau penolakan terhadap
sebuah objek yang telah diidentifikasi, sebagai akibat
ketidakseimbangan nafsu hewani dan gas alami yang mengalir
secara terus menerus di badan manusia. Kata – kata nafsu hewani
dan gas alami, tentu saja, adalah satu bentuk hipotesis terhadap
sumber perasaan manusia yang sudah tidak relevan lagi.
Berhubungan dengan penggunaan doktrin ini, maka musik barok
umumnya hanya memiliki satu jenis afeksi (emosi) dalam satu buah
movement atau sebuah lagu (apabila hanya terdapat satu
movement saja). Hal ini mendorong timbulnya gaya bermain yang
lebih ekspresif dibandingkan era Renaissance. Sehingga, dikenal
apa yang disebut notes inégales : memainkan not tidak sesuai
dengan nilai yang seharusnya. Hal ini untuk menciptakan sebuah
delay, berimplikasi dengan timbulnya tension dan aksen yang
ekspresif. Salah satunya adalah cara bermain saat akan mengakhiri
suatu lagu atau frase, yang cenderung ditahan sebelum nada
terakhir.
Ornamen – ornamen, tumbuh dan menghias setiap sudut kehidupan
masyarakat. Begitu pula dalam musik, mulai timbul ornamen –
ornamen tambahan yang membuat kesan ‘centil’. Yang dimaksud
dengan ornamen musik yaitu penggunaan nada yang tidak terlalu
berpengaruh terhadap keseluruhan melodi atau harmoni, umumnya
dimainkan cepat, dengan tujuan untuk menghias bagian atau
keseluruhan lagu. Ornamen – ornamen musikal ini memiliki
beberapa bentuk. Yang umum kita kenal hingga kini yaitu trill dan
mordent.
Genre – genre musik yang ada, menjadi cetak biru perkembangan
masa – masa selanjutnya. Di masa inilah opera, sebuah drama
musical, diperkenalkan. Oratorio, opera religius, diperkenalkan
sebagai tandingan opera sekuler. Bentuk – bentuk lain yang umum
digunakan pada masa ini yaitu cantata, toccata, fugue, sonata,
dance suite, concerto, dan French ouverture. Penjelasannya adalah
sebagai berikut :
Cantata, merupakan komposisi antara vocal dan instrumen.
Umumnya bentuk ini bertema religi. Sebagai lawannya, Sonata,
adalah music instrumental. Bentuk sonata ini, mengalahkan
popularitas musik vokal.
Fugue bisa diartikan sebagai sebuah teknik komposisi maupun
sebuah komposisi kontrapungtal untuk sejumlah suara yang telah
ditetapkan. Suara disini dapat berupa suara instrument atau vokal
Tocatta, adalah komposisi untuk music keyboard. Biasanya sangat
menonjolkan teknik bermain para performernya.
Dance Suite, suatu bentuk kesatuan musical yang umumnya
dipentaskan dengan sekali duduk, pada perkembangannya lebih
dikenal dengan suite saja. Dance suite merupakan satu set tarian
yang populer di abad 17. Biasanya terdiri dari Prelude, Allemande,
Courante, Sarabande, dan Gigue; masing – masing mewakili jenis
tarian dengan birama tertentu.
Concerto mengacu pada sebuah pertunjukan instrument solo
dengan iringan sebuah orchestra. Berkembang dengan beberapa
gaya dibawahnya, seperti concerto grosso, sebuah concerto kecil
yang terdiri atas para solois.
Alur Sejarah Kultur Raksasa
Periodisasi music Barok terbagi dalam tiga bagian: awal,
pertengahan, dan akhir. Masing – masing memiliki sumbangannya
tersendiri dalam perkembangan keilmuan dan khasanah musik
barat. Kejadian – kejadian historis sosiokultural turut membentuk
karakter music pada era Barok ini.
Masa Barok awal terbentang dari tahun 1600 – 1654. Ditandai
dengan pencetusan suatu bentuk disiplin ilmu musik baru oleh
Claudio Monteverdi, dikenal dengan istilah seconda practica. Ilmu
musik ini, yang penerapannya hanya untuk murid dan relasi
Monteverdi pada awalnya, mencakup evolusi polyphony music
renaissance dan suatu bentuk disiplin tonality sederhana. Seconda
practica merupakan dasar dari ilmu harmoni, tonality, dan menjadi
cikal bakal lahirnya musik homophony disamping counterpoint.
Penerapan seconda practica digunakan seutuhnya dalam karya
music opera Orfeo karya Monteverdi ini. Kemunculan opera Orfeo,
kemudian merangsang berkembangnya genre opera dan
mengangkat popularitasnya di dataran Eropa. Disiplin ilmu
Monteverdi, diteruskan serta dikembangkan oleh muridnya,
Heinrich Schütz.
Musik, seiring dengan jenis kesenian lainnya, tumbuh mekar
dengan tidak terkendali dan luar biasa pesat. Hal ini merupakan
efek dari euforia masyarakat yang tumbuh sejak masa pencerahan
renaissance. Namun, disamping itu, efek reformasi gereja memiliki
dampak yang signifikan dalam memacu pertumbuhan tersebut.
Sejak dipelopori oleh Marthin Luther satu abad sebelumnya,
reformasi protestan ini menyebabkan jurang antar pemeluk agama
Kristen. Di satu sisi, Katolik dengan segala kekuasaannya menjadi
pilihan kaum bangsawan dan di sisi yang lain Protestan bagi rakyat
biasa. Timbul persaingan antara kedua kubu ini dalam mencari
umat, sehingga seni dan budaya pun dijadikan suatu sarana
komersil bagi aliran religi ini. Persaingan ini, mendorong para
seniman dari masing – masing kepercayaan untuk terus berlomba –
lomba menghasilkan karya yang dilirik oleh massa. Sebagai lawan
dari reformasi Protestan, timbul gerakan revival of Catholism. Di
bidang music, gerakan ini dipelopori oleh Giovanni Gabrielli.
Masa pertengahan Barok dicirikan oleh berkembangnya genre –
genre music ke dalam bentuk – bentuk yang lebih baku beserta
aturannya. Tahun 1654 – 1707, dikenal sebagai age of absolutism.
Hal ini dikarenakan, pada masa ini kerajaan – kerajaan semakin
mempertebal keabsolutannya, membentuk sebuah monarki yang
menjurus tirani. Personifikasi yang tepat adalah Louis XIV dari
Perancis. Sentralisasi kekuatan kerajaan, menyebabkan timbulnya
budaya court, yaitu menjadikan istana sebagai pusat pemerintahan
sekaligus tempat tinggal. Hal ini mendorong terbentuknya court
musician, atau musisi istana, yang menjadi wadah sekaligus lahan
potensial bagi para musisi maupun komposer diseluruh Eropa.
Sebuah pekerjaan terhormat, bersifat lebih permanen, dengan
penghasilan baik dan terjaga alirannya. Sesuatu yang sangat
menggiurkan bagi musisi manapun di dunia. Selain itu,
berkembangnya gereja dan instansi pemerintahan lain
menyebabkan timbulnya kebutuhan akan sebuah music public yang
terorganisir.
Di masa ini, musik – musik instrumental meraih pamor di kalangan
masyarakat, terutama kaum bangsawan. Kelahiran jenis – jenis
instrumental untuk chamber music serta keyboard menunjukkan
betapa besar tuntutan akan kekayaan harmoni instrumental. Teori –
teori permusikan, lebih terstruktur dan menjadi suatu acuan yang
formal serta baku. Seluruh karya music pada masa ini, mengacu
kepada satu jenis teori serta struktur yang sama. Dieterich
Buxtehide adalah salah seorang penggagas mengenai struktur
musik.
String adalah kekuatan utama music pada era ini. Ia merupakan
kebutuhan primer genre – genre utama bahkan hingga sekarang.
Hal ini dipelopori oleh Jean – Baptiste Lully. Bentuk Concerto Grosso
mulai dipopulerkan, terutama oleh Arcangelo Corelli. Concerto
Grosso, merupakan sebuah reduksi orkestra, yang biasanya terdiri
dari sekelompok solois. Dan lagi – lagi, string tetap merupakan
komponen utamanya.
Penghargaan tertinggi di masa ini, jatuh pada seorang komposer
bernama Henry Purcell. Dengan usia yang sangat pendek, 36 tahun,
ia menghasilkan sekitar 800 karya musikal. Ia adalah seorang
komposer yang terkenal mampu menghasilkan melodi – melodi
indah. Selain itu, Purcell dikenal sebagai komposer pertama yang
menggubah musik – musik untuk instrumen keyboard.
Masa keemasan Barok, berada di akhir rentang hidupnya, pada
tahun 1680 – 1750. Di masa ini, bentuk – bentuk musical seperti
binary (AABB), 3 parts (ABC), serta bentuk rondo menjadi struktur
formal hingga saat ini. Ilmu mengenai tonality, menjadi teori baku
musik barat, digagas oleh Rameau. Yang menjadi tonggak sejarah
masa ini adalah, kelahiran para komposer – komposer luar biasa
yang memiliki karya – karya yang sangat menakjubkan.
Diantara nama – nama para komposer dari era ini, Antonio Vivaldi
adalah salah satu komposer dengan karya abadi yang tetap populer
hingga sekarang. Sebagian besar orang tentu kenal dengan nada –
nada dari Four Seasons. Vivaldi adalah seorang maestro di violino di
sebuah panti asuhan di Venice. Karya – karyanya selalu
menggunakan atuiran 3 movement, yang terdiri dari dari bentuk
cepat – lambat – cepat. Dalam kancah music untuk keyboard,
Alessandro Scarlatti dengan sonata – sonata Harpsichordnya
menjadi trademark tersendiri. Komposer kelahiran Spanyol ini
mmenghasilkan ratusan karya untuk keyboard dan memiliki ciri
Spanish – nya dalam karya – karyanya.
Tidak akan lengkap membicarakan music Barok, jika tidak
menyinggung tentang dua raksasa Barok ini: Johan Sebastian Bach
dan George Friderich Handel. Keduanya adalah maestro yang
mampu menghasilkan beratus – ratus karya dengan kekayaan nada
yang melimpah. Keduanya, sayangnya, tidak pernah bertemu satu
kalipun walau saling mengetahui. Handel dikenal sebagai ahli
melodi serta improvisasi. Kebanyakan karyanya memiliki emphasis
pada dua hal tersebut. Handel terkenal oleh oratorionya yang
berjudul Messia. Sementara Bach, adalah seorang jenius
counterpoint sejati. Karya – karyanya merupakan perpustakaan
tentang ilmu counterpoint serta berbagai bentuk, jenis, dan
kombinasinya. Bradenburg Concertos, merupakan salah satu karya
gemilangnya.
Musik Klasik
musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun
1750-1825. Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai
dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah namanama
besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang
berupa sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera. Namun pada
kenyataannya, para komposer klasik sendiri tidak pernah menggolong-golongkan
jenis komposisi yang mereka gubah.
Komunitas musik klasik Norwegia berhutang budi pada komposer Edvard Grieg
(1843-1907). Walaupun Norwegia meraih kemerdekaannya hanya dua tahun sebelum
ia wafat, Grieg telah menempatkan Norway di peta musik internasional melalui
komposisi dan kegiatan konsernya, memastikan bahwa negara yang baru lahir
menikmati reputasinya dalam komunitas musik internasional. Fakta bahwa Norwegia
baru meraih kemerdekaan pada tahun 1905 memiliki pengaruh signifikan terhadap
sejarah musik Norwegia. Dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun, Norway hanya
sedikit berkontribusi terhadap kebudayan aristokrat dan kalangan borjuis berarti
bahwa Norwegia hanya memiliki sedikit kontribusi terhadap musik Renaisanse dan
Baroque.
Namun Grieg memiliki penerus yang penting: Halfdan Kjerulf (1815-1868) memiliki
reputasi baik sebagai komposer piano dan musik paduan suara pada pertengahan
1800, dan pemain biola terkemuka, Ole Bull (1810-1880) memiliki karir cemerlang
di Eropa dan Amerika Serikat dalam kurun waktu yang sama. Kedua tokoh ini yang
kemudian membuka jalan bagi perkembangan komunitas musik klasik Norwegia dan
merupakan tokoh utama Festival Internasional Bergen, melalui arena konser di
Museum Edvard Grieg dan tempat tinggal Ole Bull, Lysøen.Tokoh penting dalam
komunitas musik klasik Norwegia adalah Oslo Philharmonic Orchestra, Bergen
Philharmonic Orchestra, Norwegian Chamber Orchestra, pianis Leif Ove Andsnes,
pemain cello Truls Mørk dan penyanyi sopran Solveig Kringelborn.
Periode antara jaman keemasan Grieg dan Bull dan musik saat ini juga menampilkan
beberapa solois tingkat dunia, seperti penyanyi sopran Kirsten Flagstad (1895-1962).
Solois, pemain musik dan orkestra tingkat internasional yang dimiliki Norway
merupakan perkembangan yang dialami komunitas musik Norway sejak tahun 1970,
pertama-tama melalui pengenalan pendidikan musik kepada masyarakat, dan
kemudian melalui berbagai festival dan gedung-gedung konser mulai dibangun di
semua kota besar. Proyek utama berikutnya adalah pembangunan gedung opera di
Oslo, dimana Opera Nasional Norwegia akan pindah ke bangunan tersebut pada
musim gugur 2008.Para komposer Norwegia telah menyimpan peninggalan Edvard
Grieg hingga saat ini. Setelah kematiannya, maka komposer paling penting
berikutnya adalah Christian Sinding (1856-1941), yang hasil karyanya jelas-jelas
dipengaruhi aliran Romantisme. Pada saat yang bersamaan, ketika trend nada tidak
beraturan mulai mempengaruhi musik Norwegia, komposer-komposer solid tetap
menggunakan nada Grieg dan elemen National Romantic. Komposer tersebut
termasuk David Monrad Johansen (1888-1974), Ludvig Irgens Jensen (1894-1969),
Harald Sæverud (1897-1992), Klaus Egge (1906-1979), Geirr Tveitt (1908-1981),
Øistein Sommerfeldt (1919-1994) dan Johan Kvandal (1919-1999). Dari semua
komposer kontemporer, Ragnar Söderlind (dilahirkan tahun 1945) yang paling sering
dihubungkan dengan tradisi tersebut adalah.
Musik Romantik
Walaupun dinamakan era musik romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi
tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut dinamakan
romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka waktu tersebut.
Lalu kenapa disebut romantik? Sekali lagi romantik disini tidak ada hubungannya
dengan cinta. Namun karya-karya dan komposisi musik yang lebih bergairah dan jauh
lebih ekspresif daripada era-era sebelumnya. Pada contohnya, transisi indah dari
gerakan ke 3 hingga gerakan ke 4 dari symphony Beethoven. Pada dasarnya, semua
composer pada era romantik mempunyai cara baru yang jauh lebih menarik dari
sebelumnya.
Karakteristik utama dari musik romantik sendiri adalah kebebasan lebih dalam bentuk
musik dan ekspresi emosi serta imaginasi dari composer. Lalu ukuran dari orchestra
yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut raksasa dibandingkan
sebelumnya. Hasil karya dari para composer juga menjadi semakin kaya akan variasi
dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri dengan ending yang
sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya. Secara teknik, para pemain musik
pada era ini juga mempunyai level sangat tinggi terutama dalam alat musik piano dan
biola. Banyak sekali musisi yang dianggap sebagai seorang virtuoso dibidang musik.
Paham nasionalisme juga mewarnai era musik romantik. Reaksi keras dari composer
Russia, Bohemia, dan Norwegia yang sangat menentang dominasi Jerman.
Conothnya adalah opera dari Mikhail Glinka yang mewakili Russia. Lalu juga ada
Bedrich Smetana dan Antonin Dvorak yang menunjukkan nasionalisme mereka
dengan menciptakan lagu rakyat Ceko. Masih ada Jean Sibelius yang menulis musik
berdasarkan cerita Finlandia, Kalevala dan karya dari Sibelius ini menjadi symbol
dari nasionalitas Finlandia.
Zaman Romantik (c.1810-1920)
Lukisan pertama adalah karya Nicolas Poussin, salah satu pelukis pada zaman High
Baroque yang idenya sangat dipengaruhi oleh gerakan Klasikal. Ini adalah suatu
lukisan klasik tulen, subject matter-nya adalah penguburan seorang pahlawan Yunani
dan gaya arsitektur yang digambarkan adalah gaya arsitektur Roma. Dalam lukisan
ini Poussin menggambarkan dunia menurut kaum rasionalis: dunia yang teratur dan
indah, sebuah surga kaum Klasik. Kematian tetap ada, tapi tidak digambarkan sebagai
sesuatu yang mengerikan (meskipun tidak juga dengan pengharapan). Air
digambarkan begitu tenang, pohon-pohon tidak tertiup angin. Segala sesuatu terlihat
jelas dan pada tempatnya. Misteri, horor, dan emosi tidak mempunyai tempat di sini.
Lukisan yang kedua adalah hasil karya Caspar David Friedrich, seorang pelukis
Romantik. Yang langsung membedakan kedua lukisan ini adalah unsur misterinya.
Pemandangan di lukisan Poussin tidak terhalang sama sekali, tapi dalam lukisan
Friedrich kabut yang tebal justru menjadi isi lukisannya. Friedrich tidak melukiskan
pemandangan yang jelas, dan justru “ketidakjelasan” itulah yang menjadi topik
lukisannya. Yang digambarkannya bukan predictability, namun unpredictability. Si
Pengembara berdiri dengan pose yang kurang stabil, rambutnya tertiup angin. Di
hadapannya terbentang jurang yang tidak terlihat dasarnya, di ujung horison ada
puncak-puncak gunung yang lebih tinggi dari tempat ia berada. Dalam lukisan ini,
rasio tidak lagi memegang kendali. Gerakan Romantik adalah suatu respons terhadap
Gerakan Klasikal: menolak rasio sebagai satu-satunya otoritas dalam segala sesuatu.
Emosi, perasaan, misteri telah menantang posisi rasio. Bahkan usaha untuk
mendefinisikan istilah Romanticism pasti akan berakibat reduksional sebab gerakan
ini adalah gerakan yang pada intinya menolak definisi, menolak kekakuan sistem dan
struktur. Ada suatu perkataan dari zaman Romantik yang mengatakan, “Heard
melodies are sweet, but unheard ones are even sweeter.”1
Wilayah nusantara terdiri dari berbagai daerah/suku budaya, sehingga kaya akan
keragaman seni musik. Musik nusantara sering diidentikkan dengan musik
tradisional, sedangkan musik modern berasal dari Barat. Apakah nusantara tidak
memiliki musik modern? Seiring dengan perkembangan jaman yang telah
mengglobal, seni musik nusantara pun berinteraksi dan dapat pengaruh dari unsurunsur
musik Barat dan lahirlah musik-musik modern nusantara.
Pada umumnya, kaum muda saat ini lebih mengenal musik modern daripada musik
tradisional/daerah. Hal ini dapat kita lihat pada setiap konser musik modern selalu
dipadati oleh kaum muda dan juga kalau kita perhatikan media musik di
HP/komputer kaum muda maka hampir 99,99% adalah album musik modern.
Musik modern nusantara dapat dekelompokkan ke dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Dangdut, ciri-cirinya: melodi dan harmoni sederhana, tangga nada cendrung minor,
ekspresi berdasarkan keserasian lirik, beat konstan, lebih menekankan keindahan
gerak.
2. Pop, ciri-cirinya: melodi mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik, fleksibel
dan mudah dipadukan dengan dengan jenis lain, lagu mudah disenandungkan dan
mudah dipahami, harmoni tidak rumit, tempo bervariasi.
3. Balada, ciri-cirinya: mirip dengan pop, tempo lambat dan sedang, pola melodi
bervariasi, lirik ekspresif, mengisahkan suka duka kehidupan.
4. Rock, ciri-cirinya: area nada luas, kekuatan terletak pada dinamika aransemen, lagu
sulit disenandungkan, lirik lagu ekspresif, beat cendrung keras, tempo lambat/cepat,
harmoni sangat rumit.