Persekusi Yahudi Di Eropa
Oleh: Sato Sakaki
Berikut tulisan hasil riset pustaka yang saya sumbangkan bagi para pembenci
Yahudi dan Zionis. Tapi saya bukan Yahudi lho. Hehehehe ...
Kebencian terhadap Yahudi di zaman pemerintahan NAZI Jerman dicetuskan oleh
rasa kebangsaan yang sempit. Hitler yang sejak kecil benci kepada orang Yahudi
mengobarkan kecemburuan sosial dan ekonomi dengan menunjuk kenyataan
bahwa orang Yahudi menguasai perekonomian Jerman dalam persentase yang
jauh melebihi jumlah mereka. Hitler juga menuduh orang-orang Yahudi menjadi
penggerak Revolusi Bolshewik di Russia dan bermaksud melancarkannya di
Jerman. Tuduhan ini dipercaya rakyat Jerman karena memang banyak keturunan
Yahudi yang menjadi pemimpin revolusi yang mendirikan negara komunis Sovyet
itu, diantaranya Leon Trotsky. Dan mereka tentu saja tidak lupa bahwa Karl Marx
juga Yahudi.
Tetapi yang paling parah adalah: Hitler berhasil membangkit-bangkit kembali
kebencian lama terhadap Yahudi di kalangan rakyat luas, yang bersumber dari
perbedaan agama.
Kebencian terhadap orang Yahudi di Eropa sebenarnya mempunyai sejarah
ratusan tahun, dan penindasan serta pembantaian terhadap mereka bukan hanya
terjadi di zaman Hitler saja. Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi
mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen
menyebabkan mereka dipencilkan dan tidak diterima sebagai warganegara.
Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan, dan dicerca
sebagai pembunuh Kristus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja
menyebabkan patriotisme mereka diragukan. (Kalau raja lewat dan semua orang
diharuskan berlutut atau membungkuk, mereka lemparkan sesuatu ke tanah,
misalnya uang lalu membungkuk mengambilnya. Yang disembah hanya Tuhan,
kata mereka, bukan manusia). Tidak heran kalau mereka dilarang memiliki tanah
dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.
Di abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus
kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya
dikunci malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu,
misalnya pada hari wafat Isa Almasih.
Dongeng-dongeng rakyat di berbagai tempat di Eropa juga menyudutkan orang
Yahudi. Mereka sering digambarkan sebagai penjelmaan iblis dan tukang tenung
yang sangat jahat, yang menggunakan darah anak-anak Kristen untuk upacara
korban Paskah. Selain itu banyaknya orang Yahudi yang hidup dari
memperbungakan uang semakin memperdalam kebencian kaum petani miskin dan
para bangsawan yang bangkrut.
Kebencian yang tertanam ini sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas
berupa penjarahan dan pembantaian.
Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami
pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi
diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis.
Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi
dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu
orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut
Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura
memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.
Di abad ke-17 bangsa Yahudi mengalami zaman gelap penuh kesengsaraan di
Eropa Timur. Penindasan pemerintah menyebabkan mereka jatuh melarat.
Pergolakan politik seperti pemberontakan suku Kozak di Ukraina mengancam
kelangsungan hidup mereka. Anarkhi yang menyertai perpecahan di Polandia
pada abad ke-18 menyebabkan aksi-aksi pembantaian yang hampir menyebabkan
mereka punah.
Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring dengan revolusi dan kebangkitan
kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi di Inggris diakui sebagai
warganegara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi, Benjamin Disraeli
menjadi perdana menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi.
Untuk pertama kali setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara
tempat mereka tinggal.
Tetapi pada akhir abad ke-19, perasaan anti-Yahudi bangkit kembali di Jerman,
Austria dan Russia yang ditandai dengan yang disebut dengan pogroms, aksi-aksi
pembantaian besar-besaran. Saat inilah muncul untuk pertama kalinya gerakan
Zionisme, dengan hasrat untuk membentuk sebuah negara merdeka bagi bangsa
Yahudi di tanah asal mereka, Kanaan, Tanah Suci dimana Daud dan Sulaiman
mendirikan kerajaan Israel 3 ribu tahun yang lalu. Sekian dulu. Sato Sakaki, Los
Angeles, California
Yahudi Di Uni Sovyet
Orang Yahudi di Uni Sovyet adalah bagian dari keturunan Yahudi yang tersebar di
berbagai negara Eropa, Asia dan Afrika, dan telah bermukim disana ratusan tahun
sejak zaman yang disebut diaspora, saat mereka terbuang dari tanah asal mereka,
Kanaan yang juga disebut Tanah Palestina dan yang oleh pemeluk Kristen dan
Yahudi disebut the Holy Land (Tanah Suci).
Pada akhir abad ke-19, terdapat sekitar 5 juta orang Yahudi di Rusia. Mereka
umumnya bermukim di propinsi-propinsi perbatasan sebelah Barat. Di negara
kerajaan yang sangat fanatik agama ini mereka senantiasa jadi bulan-bulanan.
Secara berkala, jika terjadi pergolakan politik, perkampungan Yahudi menjadi
sasaran penjarahan dan pembantaian besar-besaran yang disebut "pogrom".
Revolusi Bolshewik untuk menumbangkan kerajaan sebab itu mendapat sambutan
orang Yahudi. Banyak mereka yang ikut bergabung, bahkan sejumlah intelek
mereka turut menjadi penggerak revolusi komunis itu. Tanggal 21 Maret 1917, tak
lama setelah tergulingnya kaisar Rusia, pemerintah sementara mengeluarkan
dekrit yang menghapus pembedaan perlakuan berlandaskan ras dan agama, dan
sejumlah intelek Yahudipun tampil di pucuk pimpinan partai. Jacob Sverdlov,
seorang Yahudi Lithuania diangkat menjadi ketua pertama komite sentral partai.
Grigori Evseevich Zinoviev tampil menjadi ketua Perhimpunan Kaum Pekerja
Internasional. Masih ada sejumlah Yahudi lainnya yang menjadi pimpinan teras
seperti Maxim Litvinov, menteri luar negeri, Karl Radek penata pers dan media
propaganda komunisme di seluruh dunia, N. Riazanov, sejarawan gerakan Marxis,
dan di atas dari semuanya: Leon Trotsky yang bernama asli Leo Davidovich
Bronstein, orang kedua sesudah Lenin dalam hierarki pimpinan revolusi. Ia
menjabat panglima tertinggi dan menteri peperangan. Sementara itu gerakan
nasionalisme Yahudi yang disebut zionisme berkembang pula dengan subur.
Tetapi kejayaan tokoh-tokoh komunis Yahudi berakhir dengan kebangkitan Stalin.
Mereka satu persatu disingkirkan dari pimpinan partai, sebagian besar akhirnya
dibinasakan, termasuk Trotsky. Namun dalam angkatan bersenjata peranan Yahudi
tetap menonjol. Pada masa Perang Dunia Kedua terdapat lebih dari 50 jenderal
keturunan Yahudi dalam ketentaraan Sovyet. Banyak diantaranya jenderal ternama
yang setelah perang mendapat anugerah bintang kehormatan tertinggi kemiliteran.
Satu diantaranya, Mayor Jenderal Yakof Kreyzer memimpin Tentara Ketiga
Sovyet dalam pertempuran mati-matian mempertahankan kota Moskow. Mayor-
Jenderal Lev Mikhailovich Dovator, panglima resimen Cossack, yang tewas pada
awal ofensif balasan besar-besaran Tentara Merah. Letnan Jenderal I.S. Beskin,
pahlawan Sovyet, panglima pasukan artileri yang menembakkan 7 ribu meriam
dan mortir dalam merebut kembali kota Stalingrad. Dan Letnan Jenderal Hirsh
Davidovich Plaskov, panglima artileri dibawah Marsekal Bogdanov yang
menyerbu Berlin dari arah barat.
Tetapi antara tahun 1948 sampai 1953 angkatan bersenjata secara berangsur
dibersihkan dari para perwira tinggi Yahudi. Tidak kurang dari 63 jenderal, 111
kolonel dan 159 letnan kolonel Yahudi dipensiunkan. Orang Yahudi juga tidak
dibiarkan menduduki jabatan-jabatan penting tertentu seperti dinas rahasia.
Jumlah mahasiswa Yahudi di perguruan-perguruan tinggi dibatasi dengan kuota.
Pada tahun 1956 dan 1960-an digalakkan gerakan pengganyangan para parasit dan
penjahat ekonomi, seperti para pelaku perdagangan gelap valuta asing dan
sejenisnya, dengan penjatuhan hukuman mati. Dari lebih dari 100 orang yang
dihukum mati, 40 persen memiliki nama Yahudi.
Menurut buku "The Jews in Soviet Russia since 1917" yang diterbitkan oleh
Oxford University Press, ada beberapa penyebab kebencian yang menyebabkan
diskriminasi terhadap Yahudi di kalangan anggota partai dan masyarakat Sovyet.
Satu diantaranya, masyarakat Yahudi mereka pandang enggan membaurkan diri,
berkokoh mempertahankan keyakinan agama dan adat-istiadat mereka, dan ini
menyebabkan keraguan atas kesetiaan mereka pada negara dan partai. Selain itu
gerakan zionisme di kalangan orang Yahudi dipandang pada hakekatnya antikomunis,
dan musuh besar kubu sosialis. Organisasi-organisasi Yahudi, badanbadan
Yahudi sedunia, dan perhimpunan Yahudi di banyak negara, secara pukul
rata dilukiskan sebagai borjuis yang paling reaksioner. Citra seperti
"persekongkolan Yahudi sedunia", "para milyuner Yahudi kaya-raya" yang
menguasai negara-negara besar Barat, tidak asing lagi dalam media pers dan radio
Sovyet.
Sesudah Uni Sovyet bubar, banyak Yahudi di republik-republik bagian Sovyet
yang merdeka seperti Ukraina yang berbondong-bondong beremigrasi ke Israel
dengan bantuan subsidi dan fasilitas dari pemerintah Israel.
Sato Sakaki, Los Angeles, California
Rujukan: - The Russian Jews Under Tsars and Soviets by Salo W. Baron - The
Jews in Soviet Russia: The Oxford University Press