CARA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba,
maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang
ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya
kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya
Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh
penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap
makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)
Masya Allah! Lihatlah cinta Allah... bagaiamana Allah mengumumkan cintanya kepada
sekalian makhluknya?
Marilah kita selami makna hadis ini... bagaimana Allah mencintai seseorang? Pernahkah
terbetik dalam hati kita, jika ada salah seorang diantara kita dicintai Allah?
Ketika Allah SWT mencintai hambanya, Allah yang maha tinggi tidak hanya cukup
mengatakan aku cinta kepada orang ini! Tapi Allah umumkan kepada seluruh penjuru
makhluk-Nya! Apa kata Allah dalam hadis tadi?
“Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia, lalu jibril pun
mengumumkannya kepada seluruh makhluk di langit!”
Maka Jibril pun mengumumkan kepada seluruh penduduk langit, para malaikat, para
nabi, para wali Allah dari kalangan jin dan manusia,
“Sesungguhnya Allah telah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian
semua! Kemudian orang itu pun menjadi dicintai segenap makhluk Allah di muka bumi
ini.”
Jika seseorang telah dicintai oleh Allah, maka hidup ini terasa tenang, damai, dan tentram
penuh kasih sayang, perlindungan dan rahmat-Nya Ta’ala. Apa yang diminta akan diberi,
apa yang diinginkan akan terkabul. Segala kebutuhannya akan dipenuhi, dan diakhirat
mendapatkan ridho dan perlindungan-Nya dari siksa api neraka.
Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah SWT berfirman:
“Orang yang telah menjadi kekasih-Ku, maka aku akan selalu siap membantunya”
Siapakah Wali atau kekasih Allah itu?
“Ketahuilah sesungguhnya para waliyullah tidak merasa takut dan sedih, mereka adalah
orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa”.
Lalu Allah melanjutkan firman-Nya dalam Hadis Qudsi tadi:
Allah SWT berfirman, “Tidak seorangpun hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan
sesuatu yang paling aku cintai, melainkan dengan apa yang telah aku wajibkan
kepadanya. Hambaku adalah orang yang selalu mengerjakan ibadah-ibadah nawafil
(amalan-amalan sunnah) sehingga aku mencintainya. Ketika aku telah mencintainya,
maka akulah yang akan menjadi telinga yang dia gunakan untuk mendengar, mata yang
dia gunakan untuk melihat, tangan yang dia gunakan untuk memukul, kaki yang dia
gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, pasti aku berikan, dan jika dia
butuh perlindungan-Ku, pasti aku lindungi.”
Melalui Hadis Qudsi ini, kita bisa memahami bahwa seorang hamba yang sangat
istimewa di hadapan Allah SWT adalah seorang hamba yang mampu memadukan antara
suatu kewajiban (fara`idh) dengan amalan sunnah (nawafil) . Tidak ada artinya amalan
sunnah, atau ibadah-ibadah yang sifatnya sekunder di saat hal-hal yang lebih wajib
ditinggalkan. Kita mengerjakan sholat sunnah Dhuha atau shalat Qobliyah dan Ba’diyah
misalkan, tetapi meninggalkan kewajiban sholat yang lima waktu yang fardhu. Kita
menunaikan haji ke Baitullah untuk yang ke sekian kalinya, tetapi tidak perduli melihat
orang-orang miskin disekeliling kita kekurangan. Jangan sampai kita selalu
melaksanakan ibadah sunnah yang dianjurkan oleh baginda Rasulullah Saw, tetapi kita
tidak menjaga tali silaturrahmi yang wajib.
Di saat kita bisa memadukan atau mengerjakan antara amalan-amalan yang wajib dan
sunnah, maka di saat itulah seorang manusia menjadi lebih istimewa di hadapan Allah
SWT. Namun yang perlu untuk selalu kita ingat adalah, bahwa ibadah itu bukan hanya
sebatas kepada Allah, terlebih kepada makhluk-Nya di dlam berbuat baik. Dan mesti pula
harus dilandasi dengan keimanan dan keikhlasan dalam mengerjakannya. Tanpa
keimanan dan keikhlasan, maka semua itu akan hampa, tiada artinya.
Berkaitan dengan betapa Allah SWT sangat mencintai kita manusia sebagai hambanya,
ada sebuah hadis yang sering kita dengar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu
Hurairah r.a
“Jika telah lewat tengah malam atau sepertiga malam yang akhir, Allah Yang Maha
Mulia dan Agung turun kelangit yang paling rendah (langit dunia), lalu berkata: Adakah
orang yang meminta kepada-Ku saat ini, pasti akan aku beri, adakah orang yang
memohon ampun, pasti aku ampuni, adakah orang yang bertaubat, pasti aku berikan
taubat-Ku, adakah orang yang memerlukan-Ku, pasti akan aku penuhi.” Dan itu terjadi
setiap malam hingga terbit fajar”. (HR. Bukhari)
.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita menyembah, tunduk dan patuh kepada Allah
SWT hanya atas dasar cinta kita kepada-Nya, bukan dilandasi oleh rasa takut atas murka
dan siksanya, walaupun hal itu juga tidak buruk. Karena Allah juga sangat mencintai kita,
bahkan dalam banyak ayat Alquran selalu diawali dengan kasih sayany-Nya terlebih
dahulu, seperti firmannya:
“Maka Allah SWT akan mendatangkan suatu kaum yang Allah cintai dan merekapun
mencintai Allah”
Terakhir, Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak
ada perlindungan selain perlindungan-Nya: Imam yang adil, pemuda yang rajin
beribadah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling
mencintai, bertemu dan berpisah hanya karena Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh
seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah,
seorang yang menyembunyikan sedekahnya tidak ingin dilihat orang, dan seorang yang
mengingat Allah dalam keheningan hingga menitikkan airmata.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).