Wali Alloh bukan Wali Setan
1
@ @
Penulis:
Al-Ustadz Abu ‘Abdil Muhsin
Firanda bin ‘Abidin as-Soronji, Lc.
(Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah)
Disebarkan dalam bentuk Ebook di
Maktabah Abu Salma al-Atsari
http://dear.to/abusalma
Wali Alloh bukan Wali Setan
2
nggapan yang telah menyebar di kaum muslimin pada
umumnya, terutama yang ada di Indonesia bahwasanya
yang disebut wali Allah adalah orang-orang yang
memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak dimiliki oleh orangorang
biasa. Yaitu mampu melakukan hal-hal yang ajaib yang
disebut dengan karomah para wali. Sehingga jika ada seseorang
yang memiliki ilmu yang tinggi tentang syari’at Islam namun
tidak memiliki kekhususan ini maka kewaliannya diragukan.
Sebaliknya jika ada seseorang yang sama sekali tidak berilmu
bahkan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun dia mampu
menunjukan keajaiban-keajaiban (yang dianggap karomah)
maka orang tersebut bisa dianggap sebagai wali Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini disebabkan karena kaum muslimin (terutama yang di
Indonesia) sejak kecil telah ditanamkan pemahaman yang rusak
ini. Apalagi ditunjang dengan sarana-sarana elektronik seperti
adanya film-film para sunan yang menggambarkan kesaktian
para wali. Tentunya hal ini adalah sangat berbahaya yang bisa
menimbulkan rusaknya aqidah kaum muslimin.
Ketahuilah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dalam
kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya bahwasanya Allah Subhanahu
wa Ta’ala memiliki wali-wali dari golongan manusia dan
demikian pula syaithon juga memiliki wali-wali dari golongan
A
Wali Alloh bukan Wali Setan
3
manusia. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan antara
para wali Allah dan para wali syaithon.1 Sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala :
اللهُ ولي الذين آمنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور و الذين كفروا أولياؤهم
الطاغوت يخرجوم من النور إلى الظلمات ألئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Allah adalah wali (penolong) bagi orang-orang yang
beriman. Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan
kepada cahaya. Dan orang-orang kafir penolong-penolong
mereka adalah thogut yang mengeluarkan mereka dar i
cahaya kepada kegelapan-kegelapan. (Al-Baqoroh : 256)
فإذا قرأت القرآن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم. إنه ليس له سلطان على
الذين آمنوا وعلى رم يتوكلون. إنما سلطانه على الذين يتولونه و الذين هم به
مشركون
Jika engkau membaca Al-Qur ’an maka berlidunglah kepada Allah
dari (godaan) syaithon yang terkutuk. Sesungguhnya tidak ada
kekuatan baginya terhadap orang-orang yang beriman dan
mereka bertawakal kepada Rob mereka. Hanyalah
kekuatannya terhadap orang-orang yang berwala’
1 Al-Furqon hal 25
Wali Alloh bukan Wali Setan
4
kepadanya dan mereka yang dengannya berbuat syirik.
(An-Nahl :98-100)
ومن يتخذ الشيطان وليا من دون الله فقد خسر خسرانا مبينا
Dan barangsiapa yang menjadikan syaithon sebagai wali selain
Allah maka dia telah merugi dengan kerugian yang nyata (An-
Nisa’ : 119)
الذين آمنوا يقاتلون في سبيل الله و الذين كفروا يقاتلون في سبيل الطاغوت
فقاتلوا أولياء الشيطان إن كيد الشيطان كان ضعيفا
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orangorang
kafir berperang di jalan thogut. Maka perangilah para
wali-wali syaithon sesungguhnya tipuan syaithon itu
lemah. (An-Nisa’ : 76)2
Mak wajib bagi kita untuk membedakan manakah yang
merupakan wali-wali Allah dan manakah yang merupakan waliwali
syaithon, sebagaimana Allah dan Rosulullah
membedakannya.3
2 Lihat pula surat-surat Al-Maidah :51-56, Al-Kahfi : 44, Al-Kahfi : 50, Ali Imron : 173-175
3 Al-Ushul As-sittah hal 173
Wali Alloh bukan Wali Setan
5
Definisi wali
Wali diambil dari lafal al-walayah yang merupakan lawan kata
dari al-‘adawah. Adapun arti dari al-walayah adalah almahabbah
(kecintaan) dan al-qorbu (kedekatan). Sedangkan
arti al-‘adawah adalah al-bugdlu (kebencian) dan al-bu’du
(kejauhan). Sedangkan wali artinya yang dekat.4
Siapakah yang disebut wali Allah ?
Yang disebut wali Allah adalah orang yang dia mencintai Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan dekat dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dan orang seperti ini harus memiliki sifat-sifat berikut :
1. Dia harus ittiba’ (mengikuti) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam, menjalankan perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
dan menjauhi larangan-larangan beliau. Berdasarkan f irman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله
Katakanlah :”Jika kalian mencintai Allah maka ikutlah aku
maka Allah akan mencintai kalian” (Ali Imron :31)
4 Al-Furqon hal 31
Wali Alloh bukan Wali Setan
6
Ayat ini merupakan ayat ujian yang turun untuk menguji orangorang
yang mengaku mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala
(termasuk di dalamnya orang yang mengaku dia adalah wali
Allah). Jika dia benar mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam maka kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah benar, dan jika tidak maka cintanya adalah dusta.
2. Dia harus bersifat lembut kepada kaum muslimin dan keras
kepada kaum kaf ir, dan berjihad di jalan Allah dan tidak takut
dengan celaan orang-orang yang mencela, sesuai dengan f irman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم يحبهم ويحبونه,
أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة
لائم
Wahai orang-orang yang beriman barang siapa dar i kalian yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai
Allah yang bersifat lemah lembut kepada orang-orang mukmin,
yang bersifat keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di
jalan Allah dan tidak takut dengan celaan orang yang
mencela.(Al-Maidah : 54)
Wali Alloh bukan Wali Setan
7
3. Dia harus bertaqwa dan beriman, yaitu beriman dengan
hatinya dan bertaqwa dengan anggota tubuhnya, sesuai dengan
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ألا أن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذين آمنوا وكانوا يتقون
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih
(hati). (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertaqwa. (Yunus : 62,63)
Maka barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah namun
tidak memiliki sifat-sifat ini maka dia adalah pendusta.5
Namun perlu diperhatikan bukanlah syarat seorang wali dia
harus ma’sum (tidak pernah berbuat salah), dan tidak pula dia
harus menguasai seluruh ilmu syari’at. Bahkan boleh baginya
tidak mengetahui sebagian syari’at atau masih samar baginya
sebagian perkara agama. Oleh karena itu tidak wajib bagi
manusia untuk mengimani seluruh apa yang dikatakan oleh
seorang wali Allah sehingga dia tidak menjadi seorang Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam, tetapi seluruh yang dikatakannya
dikembalikan kepada ajaran Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
Salam. Jika sesuai, maka perkataannya diterima dan jika tidak,
maka ditolak. Dan jika tidak diketahui apakah sesuai atau tidak
5 Al-Ushul As-Sittah hal 171,172
Wali Alloh bukan Wali Setan
8
dengan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam maka tawaquf.6
Dan inilah sikap yang benar kepada wali Allah. Adapun sikap
yang salah kepada wali Allah yaitu membenarkan semua apa
yang diucapkan dan yang dilakukannya, atau sebaliknya jika
melihat dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang
menyelisihi syari’at maka langsung mengeluarkan dia dar i
kewaliannya.7
Umar bin khottob Radhiyallahu ’anhu adalah contoh seorang wali
Allah, yang Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda
tentangnya :
قد كان فيما قبلكم من الأمم ناس محدثون فإن يكن من أمتي أحد فإنه عمر
Pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang
muhaddatsun (yang mendapatkan berita ghoib atau sejenis
ilham dari Allah). Kalaupun ada di kalangan umatku satu orang,
maka dia adalah Umar.8
إن الله ضرب الحق على لسان عمر و قلبه
Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran pada lisan Umar dan
pada hatinya.9
6 Al-Furqon hal 71, Al-Ushul As-Sittah hal 175
7 Al-Furqon hal 82
8 Riwayat Bukhori no 3469 dan Muslim no 2398
9 Riwayat Abu Dawud no 2962 dengan sanad yang hasan
Wali Alloh bukan Wali Setan
9
لو كان نبي بعدي لكان عمر
Kalaulah ada nabi setelahku maka dia adalah Umar.10
Hadits-hadits ini jelas menunjukan bahwasanya Umar
Radhiyallahu ‘anhu adalah seorang wali Allah, bahkan beliau
mendapatkan ilham dari Allah. Namun hal ini tidak menunjukan
bahwa Umar Radhiyallahu ‘anhu harus ma’sum (terjaga dari
kesalahan). Kesalahan yang pernah beliau lakukan diantaranya
11:
a. Yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berumroh pada tahun
ke enam Hijroh bersama sekitar 1400 kaum muslimin –mereka
itu yang berbai’at di bawah pohon- dan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Salam telah mengadakan perjanjian damai dengan kaum
musyrikin setelah melalui perundingan dengan kaum musrikin
tersebut untuk kembali ke Madinah pada tahun ini dan berumroh
pada tahun yang akan datang. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam memberi beberapa syarat terhadap mereka yang dalam
syarat-syarat tersebut ada tekanan kepada kaum muslimin
secara dzohir, sehingga hal itu memberatkan kebanyakan kaum
muslimin, sedangkan Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui
dengan maslahat yang ada di balik itu. Dan Umar Radhiyallahu
‘anhu termasuk orang yang tidak setuju dengan hal itu, lalu
10 Riwayat At-Thirmidzi no 3686, dengan sanad yang hasan
11 Al-Furqon hal 86,87
Wali Alloh bukan Wali Setan
10
berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :”Wahai
Rosulullah, bukankah kita di atas kebenaran dan musuh kita di
atas kebatilan ?”, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
menjawab :”Benar”, lalu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata lagi
:”Bukankah orang-orang yang terbunuh diantara kita masuk ke
dalam surga dan orang-orang yang terbunuh di antara mereka
masuk ke dalam neraka?”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
menjawab :”Benar”. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata :”Kenapa
kita merendahkan agama kita?”, Nabi berkata :”Aku adalah
Rosulullah dan Allah adalah penolongku dan aku bukanlah orang
yang bermaksiat kepadanya.”, Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata
:”Bukankah engkau berkata kepada kami bahwa kita kita akan
mendatangi baitulloh dan berthowaf ?”, Nabi berkata :”Benar”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berkata lagi:”Apakah aku
mengatakan kepadamu sesungguhnya engkau akan
mendatanginya pada tahun ini?”, Umar Radhiyallahu ‘anhu
berkata :”Tidak”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berkata
:”Sesungguhnya engkau akan mendatanginya dan berthowaf.”
Umar pun mendatangi Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan
berkata kepadanya sebagaimana perkataannya kepada
Rosulullah. Dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu pun menjawab
sebagaimana jawaban Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam,
padahal dia tidak mendengar jawaban Rosulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam. Dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu adalah
orang yang lebih sering sesuai dengan Allah dan Rosul-Nya dari
Wali Alloh bukan Wali Setan
11
pada Umar Radhiyallahu ‘anhu, dan Umar Radhiyallahu ‘anhu
mengakui kesalahannya dan berkata :”Aku benar-benar akan
mengamalkannya”12
b. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam wafat, Umar
mengingkari kematian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Namun
tatkala Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berkata :”Sesungguhnya
dia telah wafat”, maka Umar Radhiyallahu ‘anhu pun
menerimanya.13
c. Ketika Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu memerangi orang-orang
yang enggan membayar zakat, maka Umar Radhiyallahu ‘anhu
berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu :”bagaimana bisa
kita memerangi manusia, sedangkan Rosulullah bersabda :”Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka
bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah dan aku adalah Rosulullah. Apabila mereka
mengakui hal ini maka terjagalah darah-darah dan harta-harta
mereka, kecuali dengan haknya””, maka Abu Bakar Radhiyallahu
‘anhu berkata :”Bukanlah Rosulullah bersabda “kecuali dengan
haknya”?, sesungguhnya zakat termasuk haknya. Demi Allah
kalau mereka itu menolak untuk membayar zakat kepadaku
yang mereka membayarnya kepada Rosulullah maka aku akan
memerangi mereka karena ketidakmauan mereka”. Berkata
Umar Radhiyallahu ‘anhu :”Demi Allah tidaklah ada, kecuali aku
12 Riwayat Bukhori no 2732, 2732
13 Riwayat Bukhori no 1241, 1242
Wali Alloh bukan Wali Setan
12
melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk
memerangi (orang-orang yang enggan membayar zakat), maka
aku mengetahui bahwasanya dia adalah benar”14
Faidah yang bisa diambil dari kisah ini adalah 15:
a. Seorang wali tidak ma’sum, bisa berbuat salah, bahkan
berkali-kali.
b. Seorang wali bisa memiliki karomah sebagaimana Umar yang
mendapat ilham dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
c. Tidak berarti seseorang yang mendapat karomah berarti lebih
mulia daripada wali Allah yang tidak ada karomahnya.
Sebagaimana Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu jelas lebih mulia
daripada Umar Radhiyallahu ‘anhu, namun dia tidak
mendapatkan ilham dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
d. Seorang wali tetap harus melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rosul-Nya dan menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rosul-Nya. Sebagaimana Umar Radhiyallahu ‘anhu
yang tetap melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
e. Walaupun seorang wali, tapi perkataan dan perbuatannya
harus ditimbang dengan Al-Kitab dan Sunnah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam yang ma’sum. Sebagaimana ucapan Umar
Radhiyallahu ‘anhu dikembalikan (ditimbang) oleh Abu Bakar
14 Riwayat Bukhori no 1399-1400
15 Disimpulkan dari Al-Furqon hal 85-88
Wali Alloh bukan Wali Setan
13
Radhiyallahu ‘anhu dengan Sunnah Nabi. Berkata Yunus bin
Abdil A’la As-Shodaf i : Saya berkata kepada Imam Syafi’i :
“Sesungguhnya sahabat kami –yaitu Al-Laits- mengatakan
:”Apabila engkau melihat sesorang bisa berjalan di atas
(Permukaan) air, maka janganlah engkau anggap dia sebelum
engkau teliti keadaan (amalan-amalan) orang tersebut, apakah
sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.”, lalu Imam Syafi’i
berkata :”Al-Laits masih kurang, bahkan kalau engkau melihat
sesseorang bisa berjalan di atas air atau bisa terbang di udara,
maka janganlah engkau anggap ia sebelum engkau memeriksa
keadaan (amalan-amalan) orang trsebut apakah sesuai dengan
Al-Kitab dan As-Sunnah”.16
Sehingga tidaklah benar anggapan bahwa Aresto adalah wali
Allah karena Aresto adalah mentrinya Iskandar yang kafir
(karena tidak ada wali Allah dari orang kaf ir), yang sebagian
orang (diantaranya Ibnu Sina) menyangka bahwa Iskandar
adalah Dzulqornain.17
f. Seorang wali yang telah jelas bahwasanya perkataan atau
perbuatannya menyelisihi Sunnah Nabi, maka dia harus kembali
kepada kebenaran. Dan dia tidak menentangnya. Sebagaimana
Umar Radhiyallahu ‘anhu, beliau tidak membantah Abu Bakar
Radhiyallahu ‘anhu dengan berkata :”Tapi saya kan wali, saya
16 Syarah Aqidah At-Tohawiyah
17 Al-Furqon hal 42
Wali Alloh bukan Wali Setan
14
kan mendapat ilham dar i Allah, saya kan dijamin masuk surga,
dan kalian harus mener ima perkataan saya”
g. Seorang wali harus mematuhi syari’at Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Salam. Para Nabi saja kalau hidup sekarang harus
mengikuti syari’at Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam
apalagi para wali. Karena jelas para Nabi lebih bertaqwa
daripada para wali dari selain Nabi. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
‘anhu berkata :”Tidaklah Allah mengutus seorang nabipun
kecuali Allah mengambil per janjiannya, jika Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah diutus dan nabi tersebut masih
hidup maka nabi tersebut harus benar-benar beriman
kepadanya dan menolongnya. Dan Allah memerintah Nabi
tersebut untuk mengambil per janjian kepada umatnya kalau
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah diutus dan mereka
(umat nabi tersebut masih) hidup maka mereka akan benarbenar
beriman kepadanya dan menolongnya.”18
h. Seorang wali tidak boleh menyombongkan dirinya dengan
mengaku-ngaku bahwa dia adalah wali, sebagaimana yang
dilakukan oleh Ahlul kitab yang mereka mengaku bahwa mereka
adalah wali-wali Allah. Sebagaimana firman Allah :
فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى
18 Lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Al-Furqon hal 92
Wali Alloh bukan Wali Setan
15
Dan janganlah kalian menyatakan diri-dir i kalian suci. Dia (Allah)
yang lebih mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (An-Najm
: 32 )
Orang mengaku dirinya adalah wali maka dia telah berbuat
maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah
melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini. Dan orang
yang bermaksiat tidak pantas disebut wali Allah.19
Dan juga bukan termasuk syarat sebagai wali Allah yaitu dia
harus memiliki karomah. Namun karomah merupakan tambahan
kenikmatan yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia
kehendaki dari kalangan para wali-Nya.20 Dan wali-wali Allah
tidak memiliki ciri-ciri yang khusus pada perkara-perkara mubah
yang bisa membedakannya dengan manusia yang lain.21
Pakainnya sama, rambutnya sama, dan yang lainnya juga sama.
Contoh-contoh karomah para wali Allah 22:
1. Amir bin Fahiroh mati syahid, maka mereka mencari jasadnya
namun tidak bisa menemukannya. Ternyata ketika dia terbunuh
19 Syarah Al-Ushul As-Sittah hal 170
20 Majalah As-Sunnah 03/III/1418 hal 25
21 Al-Furqon hal 69
22 Diringkas dari Al-Furqon hal 154-157
Wali Alloh bukan Wali Setan
16
dia diangkat dan hal ini dilihat oleh Amir bin Thufail. Berkata
Urwah:”Mereka melihat malaikat mengangkatnya”23
2. Kholid bin Walid ketika mengepung musuh di dalam benteng
yang kokoh, maka para musuhpun berkata :”Kami tidak akan
menyerah sampai engkau meminum racun”, lalu diapun
meminum racun namun tidak mengapa.24
3. Sa’ad bin Abi Waqqos adalah orang yang selalu dikabulkan
do’anya. Dan dengan do’anya itulah dia berhasil mengalahkan
pasukan Kisro dan menguasai Iroq.25
4. Umar bin Khottob, pernah mengutus pasukan dan beliau
mengangkat seorang pemuda yang bernama Sariyah untuk
memimpin pasukan tersebut. Dan ketika Umar sedang
berkhutbah di atas mimbar, beliau berteriak :”Wahai Sariyah,
gunung !, wahai Sariyah, gunung !”. Lalu utusan pasukan
tersebut menemui Umar dan berkata : “Wahai Amirul Mu’minin,
kami bertemu musuh, tiba-tiba ada suara teriakan :”Wahai
Sariyah, gunung!”, lalu kami menyandarkan punggungpunggung
kami ke gunung kemudian Allah memenagkan
kami”.26
5. Abu Muslim Al-Khoulani, dia pernah dicari oleh Al-Aswad Al-
‘Anasi yang mengaku sebagai nabi. Lalu Al-Aswad bertanya
23 As-Siyar 2/224
24 Al-Furqon hal 154
25 Riwayat At-Thirmidzi no 3751 dan Ibnu Hibban no 2215
26 Riwayat Bukhori no 3198, dan Muslim no 1610
Wali Alloh bukan Wali Setan
17
kepada beliau :”Apakah engkau bersaksi bahwa saya adalah
Rosul Allah?”, lalu dia berkata :”Saya tidak dengar”, lalu dia
bertanya lagi :”Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad
adalah Rosul Allah?”, beliau menjawab :”Ya”. Lalu disiapkan api
dan beliau dilemparkan ke api. Namun mereka mendapatinya
sedang sholat di dalam kobaran api itu, api itu menjadi dingin
dan keselamatan untuknya.27
6. Sa’id Ibnul Musayyib, di waktu hari-hari yang panas, beliau
mendengar adzan dari kuburan Nabi ketika tiba waktu-waktu
sholat, dan mesjid dalam keadaan kosong (karena panasnya
hari –pent), tidak ada seorangpun kecuali dia.28
7. Uwais Al-Qorni ketika wafat mereka menemukan di bajunya
ada beberapa kain kafan yang sebelumnya tidak ada, dan
mereka juga menemukan lubang yang digali di padang pasir
yang sudah ada lahadnya. Lalu mereka mengafaninya dengan
kefan-kafan teresbut dan menguburkannya di lubang tersebut.29
8. Asid Bin Hudlair membaca surat Al-Kahf i lalu turunlah
bayangan dari langit yang ada semacam lentera dan itu adalah
para malaikat yang turun karena bacaannya.30 Dan malaikat
pernah menyalami Imron bin Husain Radhiyallahu ‘anhu 31.
Salman Radhiyallahu ‘anhu dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu
27 As-Siyar 4/8,9
28 Riwayat Al-Lalikai dalam Al-Karomat hal 165-166
29 Al-Furqon hal 157
30 Riwayat Bukhori no 5018
31 Riwayat Muslim no 1226
Wali Alloh bukan Wali Setan
18
makan di piring lalu piring mereka bertasbih atau makanan yang
ada pada piring tersebut bertasbih.32 Ubbad bin Busyr
Radhiyallahu ‘anhu dan Asid bin Hudlair Radhiyallahu ‘anhu
kembali dari Rosulullah pada malam yang gelap gulita. Maka
Allah menjadikan cahaya bagi mereka berdua, dan tatkala
mereka berpisah maka terpisah juga cahaya tersebut.33
9. Muthorrif bin Abdillah jika memasuki rumahnya maka
tempayan-tempayannya bertasbih bersamanya.34 Dia bersama
seorang sahabatnya berjalan di malam hari, lalu Allah
menjadikan cayaha untuk mereka berdua.35
10. Ahnaf bin Qois. Ketika dia wafat, tutup kepala milik
seseorang terjatuh di kuburannya. Lalu orang tersebut
mengambil topinya, dan dia melihat kuburannya telah menjadi
seluas mata memandang.36
11. Utbah Al-gulam, dia meminta kepada Allah tiga perkara,
yaitu suara yang indah, air mata yang banyak, dan makanan
yang diperoleh tanpa usaha. Dan jika dia membaca Al-Qur’an
maka dia menangis dengan air mata yang banyak. Dan jika dia
32 As-Siyar 2/348
33 Riwayat Bukhori no 3805
34 As-Siyar 4/195
35 As-Siyar 4/86
36 As-Siyar 5/60
Wali Alloh bukan Wali Setan
19
bernaung di rumahnya dia mendapatkan makanan dan dia tidak
tahu dari manakah makanan tersebut.37
Siapakah wali-wali syaithon ?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ومن يعش عن ذكر الرحمان نقيض له شيطانا فهو له قرين
Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Ar-Rohman,
kami adakan baginya syaithon yang menyesatkan, maka
syaithon itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
(Az-Zukhruf : 36)
هل أنبئكم من تترل الشيطان, تترل على كل أفاك أثيم, يلقون السمع وأكثرهم
كاذبون
Apakah akan aku beritahukan kepadamu, kepada siapkah
syaithon-syaithon itu turun ?, mereka turun kepada tiap-tiap
pendusta lagi banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran
(kepada syaithon) itu, dan kebanyakan mereka adalah
pendusta. (As-Syu’aro’ : 221,223)
37 As-Siyar 9/7
Wali Alloh bukan Wali Setan
20
Contoh-contoh tipuan syaithon
a. Abdullah bin Soyyad. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam pernah
menguji Ibnu Soyyad (seorang dukun yang hidup di zaman Nabi
yang dia adalah seorang Yahudi). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam berkata kepadanya :”(Cobalah tebak) aku
menyembunyikan sesuatu (di hatiku)”. Ibnu Soyyad berkata
:”Ad-Dukh…Ad-Dukh..”. Padahal sesungguhnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam sedang menyembunyikan surat Ad-Dukhon.
Lalu Nabi berkata kepadanya :”Cih, engkau tidak mampu
melampaui kemampuanmu”38. Ibnu Soyyad hampir betul
menebak apa yang ada di hati Nabi, dan ini adalah suatu
keajaiban, namun dengan bantuan syaithon. Karena seorang
yang normal maka dia tidak akan bisa mengetahui isi hati
manusia, bahkan Nabi pun tidak mengetahui isi hati manusia
kecuali yang diberitahu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para
sahabat pun (kecuali Hudzifah, karena dia telah diberitahu oleh
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam) tidak mengetahui siapa-siapa
saja orang munaf ik yang ada bersama mereka. 39
38 Riwayat Bukhori no 1354, Al-Furqon hal 158
39 Hal ini sesuai dengan hadits tentang Usamah bin Zaid yang membunuh seorang kafir
yang ketika pedang Usamah telah di depan matanya tiba- tiba si kafir tersebut
mengucapka la ilaha illallah, namun Usamah tetap membunuhnya. Dan hal ini
dilaporkan kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, lalu Rosulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam berkata kepada Usamah :”Apakah dia (yang terbunuh itu) telah
berkata la ilaha illallah dan kau membunuhnya ?”, Usamah menjawab :”Ya, Rosulullah,
dia mengatakani itu hanya karena takut akan senjataku”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Salam berkata :”Apakah sudah kau belah dadanya sehingga kau tahu ia berkata itu
Wali Alloh bukan Wali Setan
21
b.Al-Aswad Al-‘Anasi yang mengaku sebagai nabi. Dia dibantu
para syaithon yang memberitahukan kepadanya tentang
perkara-perkara ghoib. Dan tatkala kaum muslimin
memeranginya mereka kawatir para syaithonnya akan
mengabarkan kepadanya apa yang mereka bicarakan tentang
dirinya (yaitu bahwasanya dia akan dibunuh –pent). Namun
istrinya sadar akan kekafiran suaminya maka diapun menolong
kaum muslimin.40
c.Musailamah Al-Kadzdzab yang juga mengaku sebagai nabi,
memiliki syaithon-syaithon yang memberitahukan perkaraperkara
gho’ib kepadanya dan membantunya melakukan hal-hal
karena takut atau tidak ?”. Maka Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam terus
mengulang-ulang perkataannya hingga Usamah berangan-angan seandainya dia baru
masuk Islam pada hari itu. (Riwayat Bukhori). Hadits ini menunjukan bahwa Usamah
yang telah berjihad tidak mengetahui isi hati manusia. Dan ada isyarat dari Rosulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam agar para sahabat menilai seseorang dengan amalan
dzohirnya bukan amalan batin. Kalau para sahabat mengetahui isi hati manusia tentu
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam tidak akan memrintahkan mereka untuk menilai
secar dzohir saja.
Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud berkata :”Saya telah mendengar Umar bin Khottob
berkata :”Dahulu di masa Rosulullah , orang-orang diterima (dihukumi) menurut
keterangan wahyu, dan kini wahyu telah terputus. Maka kami akan bertindak
(menghukumi) kalian dengan perbuatan-perbuatan kalian yang dzohir (nampak)
bagi kami. Maka barang siapa yang menampakkan kebaikan kepada kami maka
kami percaya dan kami hargai, dan sama sekali bukan urusan kami mengenai
batinnya . Allah yang akan menghisabnya . Dan barang siapa yang menampakkan
keburukan kepada kami, maka kami tidak akan mempercayainya dan tidak kami
benarkan, walaupun dia berkata sesungguhnya batinnya adalah baik.”” (Riwayat
Bukhori)
40 Al-Furqon hal 159
Wali Alloh bukan Wali Setan
22
yang ajaib41. Diantaranya dia pernah meludah di sumur
sehingga air sumur tersebut menjadi melimpah.42
c.Al-Harits Ad-Dimasyqi, seorang pembohong besar yang
muncul dan mengaku sebagi nabi di Syam pada zaman khalifah
Abdul Malik bin Marwan (wafat tahun 86 H). Al-Harits memiliki
kemampuan ajaib. Para syaithonnya melepaskan kedua kakinya
dari belenggu, dan membuatnya kebal senjata, dan batu pualam
bisa bertasbih jika dia sentuh dengan tangannya. Dan dia telah
melihat orang-orang dalam keadaaan berjalan dan naik kuda
terbang di udara, dia berkata : “Mereka adalah malaikat”,
padahal mereka adalah jin. Dan tatkala kaum muslimin
menangkapnya untuk dibunuh, maka ada orang yang
menombaknya di tubuhnya, namun tidak mempan. Maka Abdul
Malik berkata kepadanya :”Engkau tidak menyebut nama Allah”.
Lalu orang itu menyebut nama Allah dan berhasil membunuh Alharits.
43
d. Lia ‘Aminuddin, yang mengaku sebagai Imam Mahdi dan
mengaku telah didatangi oleh Jibril. Keajaiban yang ada
padanya yaitu dia mampu untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Bahkan dia mengaku adalah seseorang yang
memberantas bid’ah dan kesyririkan.
41 Al-Furqon hal 159
42 Majalah As-Sunnah 03/III/1418
43 Al-Furqon hal 159
Wali Alloh bukan Wali Setan
23
Syubhat-syubhat
Syubhat pertama
Sesungguhnya Rosulullah diutus kepada manusia pada
umumnya namun tidak pada manusia-manusia yang khusus
yaitu para wali, dan para wali tersebut tidak butuh kepada Nabi,
mereka memiliki cara tersendiri untuk mencapai Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Nabi Musa tidaklah diutus
kepada Nabi Khidir sehingga Nabi Khidir tidak wajib mengikuti
syari’at Musa.44
Jawab 45:
Perkataan ini sebagaimana perkataan kebanyakan para ahlul
kitab (Yahudi dan Nasrani) bahwasanya Rosulullah diutus
kepada orang-orang yang tuna aksara bukan kepada mereka.
Dan pendalilan dengan kisah antara Khidir dan Musa adalah
tidak tepat, sebab :
a. Bahwasanya Musa tidaklah diutus kepada Khidir (tetapi hanya
diutus untuk bani Isroil), sehingga Khidir tidaklah wajib
mengikuti Nabi. Adapun Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam
risalahnya umum untuk seluruh jin dan manusia. Bahkan jika
ada orang yang lebih mulia dari Khidir (seperti Ibrohim, Musa,
44 Al-Furqon hal 36
45 lihat jawaban ini dalam Al-Furqon hal 141-142
Wali Alloh bukan Wali Setan
24
dan Isa)46 bertemu dengan Nabi, maka dia wajib mengikuti
Nabi. Apalagi Khidir, tentu lebih wajib lagi.
Oleh karena itu Khidir berkata kepada Musa : “Aku diatas ilmu
yang diajarkan Allah kepadaku yang tidak kau ketahui dan
engkau di atas ilmu yang Allah mengajari engkau yang aku tidak
mengetahuinya”47. Dan tidak boleh bagi seorangpun yang
sampai kepadanya risalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
Salam untuk berkata sebagaimana perkataan Khidir ini.
b. Apa yang telah dilakukan oleh Khidir48 tidaklah menyelisihi
syari’at Musa. Musa tidaklah mengetahui sebab yang
membolehkan hal-hal itu. Dan ketika Khidir menjelaskan sebabsebab
tersebut Musa menyetujuinya. Sehingga berkata Ibnu
Abbas kepada Najdah Al-Harwari ketika dia bertanya kepada
Ibnu Abbas Radhiyallahu ’anhu tentang membunuh anak-anak
kecil: “Jika kamu mengetahui anak-anak tersebut sebagaimana
46 Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla dalam surat Ali Imron : 81 :”Dan (ingatlah)
tatkala Allah mengambil perjanjian dari para nabi:”Sungguh apa saja yang Aku berikan
kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rosul
yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan sungguh-sungguh
beriman kepada Rosul tersebut dan sungguh-sungguh akan menolongnya”. Allah
berfirman :”Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu ?”, mereka menjawab :”Kami mengakui”. Allah ber firman :”Kalau begitu
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kalian.”
47 Riwayat Bukhori, no 74
48 Yaitu membocorkan kapal, membunuh seorang anak kecil dan memperbaiki tembok
yang akan runtuh, sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Kahfi : 70-82
Wali Alloh bukan Wali Setan
25
yang diketahui oleh Khidir tentang anak kecil (yang dibunuhnya)
maka bunuhlah mereka, dan jika tidak maka jangan.”49
Syubhat kedua
Mereka (para wali syaithon) menganggap bahwa mereka
mendapat wahyu langsung dari Allah -sebagaimana yang
diserukan oleh Ibnu Arobi-, dan bahwasanya mereka lebih baik
dari para nabi yang mengambil ilmu dari Allah melalui
perantara. Mereka berkata :”Kenabian telah berakhir dengan
wafatnya Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, sedangkan
kewalian belum berakhir. Dan yang paling terakhir adalah yang
lebih baik dari yang sebelumnya”.
Jawab :
Ini adalah pemikiran sesat Ibnu Arobi yang sama sekali tidak
bersandar kepada dalil. Ketika dia mengetahui bahwa syari’at ini
sudah tidak bisa dirubah lagi hingga hari kiamat, (dan dia ingin
keluar dari syari’at) maka dia berkata :”Kenabian telah tertutup,
tetapi kewalian belum”, dan dia menganggap bahwa kewalian
lebih tinggi derajatnya dari pada kerosulan dan kenabian,
sebagaimana dia berkata :
مقام النبوة في برزخ فويق الرسول و دون الولي
49 Riwayat Muslim no 1812
Wali Alloh bukan Wali Setan
26
Kedudukan kenabian berada di alam barzakh, sedikit di atas
(kedudukan) Rosul dan dibawah (kedudukan) Wali
Hal ini tentunya pemutarbalikan syari’at. Seharusnya kenabian
lebih khusus dari kewalian dan kerosulan lebih khusus daripada
kenabian. Sehingga kedudukannya adalah kerosulan lebih tingi
daripada kenabian dan kenabian lebih tinggi daripada
kewalian.50 Berkata Imam Abul ‘Izz Al-Hanafi :”Maka siapakah
yang lebih kafir dari memisalkan dirinya dengan sebuah bata
emas dan memisalkan Nabi dengan bata perak, lalu dia
menjadikan dirinya lebih tinggi daripada Nabi,... bagaimana bisa
samar kekufuran dari perkataannya (Ibnu Arobi) ini ?…..dan
kekufuran Ibnu “Arobi lebih parah dari kekufuran orang-orang
50 Ibnu Arobi juga berkata (dalam kitabnya “Fususul hukm”) :”Tatkala Nabi telah
memisalkan kenabian dengan sebuah dinding (yang tesusun) dari bata dan Nabi
melihat bahwa dinding tersebut telah sempurna kecuali tinggal satu bata lagi, dan
dialah sebagai bata yang terakhir (yang menutupi bata-bata (nabi-nabi) sebelumnya –
pent) (hanya saja Nabi tidak melihat tempat bata tersebut, sebagaimana Nabi ber kata :”
Satu tempat bata”). Adapun penutup para wali maka mereka bisa melihat tempat bata
ini, dia melihat dinding yang dimisalkan oleh Nabi dan dia melihat dirinya di dinding
yaitu di tempat dua bata, dirinya telah tercetak di tempat dua bata tersebut, sehingga
sempurnalah tembok itu. Yang menyebabkan dia melihat dinding itu ada dua tempat
bata (padahal Nabi melihatnya hanya ada satu tempat bata –pent) adalah karena
dinding terdiri dari bata perak dan bata emas. Bata perak adalah dzohirnya dan hukumhukum
yang diikuti, sebagaimana Nabi mengambil syari’at yang dzohir dari Allah yang
diikuti, karena Nabi melihat perkaranya sebagaimana adanya sehingga demikianlah dia
melihatnya. Padahal bagian dalam tempat bata itu adalah tempat bata emas, yang dia
(penutup para wali tersebut) mengambil dari sumber tambang yang malaikat yang
diutus kepada Nabi mengambil dari sumber tambang itu. Jika engkau memahami apa
yang kami isyaratkan maka engkau telah mendapatkan ilmu yang bermanfaat.” (Syarah
Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 493)
Wali Alloh bukan Wali Setan
27
yang berkata : “Tidaklah kami beriman hingga kami diberikan
apa yang diberikan kepada Rosulullah” (Al-An’am : 124)”51
Syubhat ketiga
Kami tidak usah menjalankan syari’at karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah bersatu dengan kami para hambanya yang
sholih. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata dalam
hadits qudsi :
و ما يزال عبدي يتقرب ألي بالنوافل حتى أحبه, فإذا أحببته كنت سمعه الذي
يسمع به و بصره الذي يبصر يه ويده التي يبشط ا ورجله التي يمشي ا, ولئن
سألني لأعطينه ولئن استعاذني لأعيذنه
Dam hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan dirinya)
kepada-Ku dengan amalan-amalan nafilah (sunnah) hingga Aku
mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku adalah
pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan
penglihatannya yang dia melihat dengannya, dan tangannya
yang dia memukul dengannya, dan kakinya yang dia berjalan
dengannya, dan jika dia meminta kepada-Ku maka akan aku
51 Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 493-494, Al-Furqon hal 110
Wali Alloh bukan Wali Setan
28
berikan, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka
aku akan melindunginya.52
Jawab : Dzohir hadits ini adalah bukanlah Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya,
dan kakinya, tetapi dzohirnya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala
meluruskan (memberi petunjuk) kepada penglihatan,
pendengaran, tangan dan kakinya, sehingga apa yang dilakukan
oleh hamba tersebut selalu dibimbing oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Adapun makna yang batil di atas adalah tidaklah
mungkin, sebab :
- Ini merupakan aqidah wihdatul wujud (manunggaling kawulo
gusti) yang sesat karena bertentangan dengan ayat-ayat Al-
Qur’an yang muhkam (jelas) yang tidak bisa lagi dipalingkan lagi
maknanya.
- Barang siapa yang memperhatikan hadits ini dengan baik
maka dia akan faham tentang batilnya aqidah wihdatul wujud
ini. Dalam hadits ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan
adanya hamba (yang beribadah) dan ma’bud (yang diibadahi),
yang mendekat (bertaqorrub) dan yang didekati (ditaqorrubi),
yang dicintai dan yang mencintai, yang meminta dan yang
memberi, yang meminta perlindungan dan yang memberi
perlindungan. Maka hadits ini menunjukan adanya dua dzat
52 Riwayat Bukhori no 6502, dari hadits Abu Huroiroh.
Wali Alloh bukan Wali Setan
29
yang berbeda, yang satu bukan yang lainnya. Dan bukan pula
yang satu merupakan sifat atau bagian dari yang lainnya.
- Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki si
wali semuanya adalah sifat-sifat atau bagian-bagian pada
makhluk yang baru tercipta yang sebelumnya belum ada (belum
tercipta). Maka tidak mungkin bagi siapa saja yang berakal
untuk memahami bahwa pencipta yang awal (yaitu Allah) yang
tidak ada sebelum Dia sesuatupun, akan menjadi pendengaran,
penglihatan, tangan, dan kaki makhluk. Bahkan hal seperti
inipun sulit untuk dibayangkan kalaupun kita anggap benar.53
Perbedaan antara karomah wali Allah dan tipuan wali
syaithon
1. Bahwa karomah para wali tersebut disebabkan oleh keimanan
dan ketaqwaan. Sedangkan keajaiban dan keluarbiasaan lain
yang merupakan bantuan syaithon disebabkan oleh hal-hal yang
merupakan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rosulullah54. Jadi apabila di dalamnya mengandung unsur-unsur
yang disenangi oleh syaithon, baik itu kemusyrikan, kedzoliman,
atau kebid’ahan, maka jelas yang terjadi pasti bukan karomah.
2. Karomah tidak bisa dibatalkan dengan bacaan-bacaan apa
saja dan tidak bisa dilawan. Sedangkan kejadian-kejadian luar
53 Al-Qowa’id Al-Mutsla hal 125
54 Al-Furqon hal 161
Wali Alloh bukan Wali Setan
30
biasa lain yang merupakan bantuan syaithon bisa dibatalkan
dengan bacaan-bacaan ayat-ayat Allah seperti ayat kursi dan
lain-lain
3. Karomah tidak bisa dipelajari sehingga menjadi suatu ilmu
kedigdayaan yang baku. Sedangkan kejadian-kejadian luar bisa
yang berasal dari syaithon bisa dipelajari.55 Sebagaimana
karomah-karomah yang telah dimiliki oleh para salaf, tidak ada
satu atsarpun yang menunjukan bahwa mereka pernah
mengajarkan karomah mereka kepada orang lain. Sebagaimana
Umar Radhiyallahu ‘anhu, beliau tidak pernah mengajarkan
karomahnya kepada orang lain, kerena memang tidak bisa
diajarkan.
4. Karomah pada umumnya tidak bisa dilakukan terus menerus,
tetapi terjadi sesuai kehendak Allah bukan berdasarkan
kehendak Wali yang mendapatkan karomah tersebut.
Pengetahuan tambahan :
1. Seluruh orang yang beriman adalah wali-wali Allah. Dan waliwali
yang paling mulia adalah para Nabi. Dan para Nabi yang
paling mulia adalah para Rosul. Dan para Rosul yang paling
55 Majalah As-Sunnah 03/III 1418 H
Wali Alloh bukan Wali Setan
31
mulia adalah para Rosul yang lima (Ulul ‘Azmi), dan diantara
Ulul ‘Azmi yang paling mulia adalah Nabi Muhammad.56
2. Persamaan dan perbedaan antara Mu’jizat dan karomah.
Persamaannya : Mu’jizat dan karomah sama-sama merupakan
hal yang ajaib yang luar biasa (yang tidak bisa dilkukan olah
orang biasa) yang Allah berikan kepada para hambanya.
Perbedaannya 57:
- Mu’jizat hanya berlaku pada para Nabi dan Rosul, adapun
karomah pada para wali.
- Mu’jizat diperoleh dengan kenabian, adapun karomah diperoleh
dengan ketaqwaan.
- Karomah kedudukannya lebih rendah daripada mu’jizat.
- Akibat dari mu’jizat adalah baik, adapun efek samping dari
karomah belum tentu.58
56 Al-Jadawil hal 19
57 Al-Jadawil hal 20
58 Keadaan orang-orang yang memiliki karomah :
- Bertambah derajatnya karena apa yang dilakukannya merupakan ketaatan dan yukur
kepada Allah
- Semakin rendah derjatnya karena dia menggunakan karomahnya untuk bermaksiat
kepada Allah. (Misalnya dia sombong dengan karomah yang pernah dia alami, atau
dia merasa telah ber taqwa dan yakin masuk surga dengan karomahnya itu).
- Tidak bertambah dan tidak pula berkurang kebaikan-kebaikannya. Jadilah
karomahnya seper ti perkara yang mubah. (Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 495)
Wali Alloh bukan Wali Setan
32
- Pemilik mu’jizat (yaitu para Nabi dan Rosul) menantang orangorang
yang menyelisihinya, adapun pemilik karomah tidak
demikian.
3. Kita harus mengakui adanya karomah, tidak sebagaimana
mu’tazilah yang mengingkari karomah dan berkata :”Kalau kita
mengakui karomah, maka akan sama wali dengan Nabi”, oleh
karena itu kami mengingkari karomah dan juga mengingkari
hakikat sihir. Namun ini tidaklah benar sebab orang yang
memiliki karomah tidaklah mengaku bahwa dia adalah seorang
Nabi.59
4. Dalam beribadah hendaknya kita berniat karena Allah bukan
karena untuk mencari karomah. Kita meminta kepada Allah agar
bisa istiqomah dalam hidup kita bukan mencari karomah.
Berkata Abu Ali Al-Jauzaja’i : “Jadilah engkau orang yang
mencari keistiqomahan, jangan menjadi pencari karomah.
Sesungguhnya jiwamu bergerak (berusaha) dalam
mencari karomah padahal Rob engkau mencari
keistiqomahanmu”. Berkata Syaikh As-Sahrwardi :”Ucapan ini
adalah prinsip yang agung dalam perkara ini, karena
sesungguhnya banyak mujtahid dan ahli ibadah mendengar salaf
yang sholih, telah diberi karomat-karomat dan hal-hal yang luar
biasa sehingga jiwa-jiwa mereka (para ahli ibadah itu)
senantiasa mencari sesuatu dari hal itu (karomah tersebut), dan
mereka ingin diberikan sedikit dari hal itu, dan mungkin diantara
59 Al-Jadawil hal 21 dan Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 494
Wali Alloh bukan Wali Setan
33
mereka ada yang hatinya prustasi dalam keadaan menuduh
dirinya bahwa amal ibadahnya tidak sah karena tidak
mendapatkan karomah. Kalau mereka mengetahui rahasia hal
itu (yaitu Allah tidak menuntut para hambanya untuk
memperoleh karomah, tetapi yang Allah inginkan para
hambanya beristiqomah –pent) tentu perkara ini (mencari
karomah) adalah perkara yang rendah bagi mereka. 60
5. Hukum tenaga dalam, jika diatasnamakan Islam (biasanya
dicampur dengan dzikir-dzikir asma Allah) maka harom. Kalau
mereka menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah
untuk beribadah kepada Allah, maka kita katakan bahwa ini
adalah bid’ah sebab kenapa harus menggunakan tata cara dan
gerakan-gerakan khusus yang tidak pernah diajarkan oleh Allah
dan Nabi. Dan tidak ada dalil sama sekali bahwa dengan
bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan khusus yang mereka
lakukan bisa mengahasilkan tenaga dalam. Kalau mereka
mengatakan tujuan mereka untuk beribadah dan untuk
mempeoleh kekuatan, maka kita katakan bahwa mereka telah
melakukan kesyirikan sebab niat ibadah mereka selain untuk
Allah juga untuk hal yang lain.61
Selain itu perkatek-praktek tenaga dalam yang ada menyelisihi
syari’at diantaranya :
60 Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah hal 495
61 Majalah As-Sunnah hal 30
Wali Alloh bukan Wali Setan
34
- Latihannya harus menggunakan emosi, padahal Rosulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah melarang seseorang untuk
emosi, beliau bersabda :
لا تغضب فردد مرارا لا تغضب
“Janganlah engkau marah”, Rosulullah mengulanginya beberapa
kali “Janganlah engkau marah”
Rahasia mereka (yang latihan tenaga dalam) harus marah sebab
dengan marah tersebut syaithon bisa masuk dalam tubuh
mereka sehingga bisa memberi kekuatan untuk tenaga dalam
mereka. Sebagaimana sabda Rosulullah :
إن الشيطان يجري من بني آدم مجرى الدم
Sesungguhnya syaithon mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana
aliran darah. (Riwayat Bukhori)
- Ketika latihan, mereka sering tidak sadar, terutama ketika
sedang memprkatekkan jurus mereka. Hal ini sama saja dengan
sengaja membuat diri menjadi tidak sadar (alias mabuk), dan
hal ini tidak boleh dalam Islam, sebab Islam menganjurkan kita
untuk senantiasa menjaga akal kita sehingga bisa senantiasa
berdzikir kepada Allah.
- Kadang disertai dengan puasa mut ih (tidak boleh makan
kecuali yang putih-putih), yang ini tidak ada syari’atnya dalam
Islam. Atau untuk menjaga ilmunya dia harus menghindari
Wali Alloh bukan Wali Setan
35
pantangan-pantangan tertentu yang sebenarnya hal itu
dihalalkan baginya sebelum dia memiliki ilmu tenaga dalam
tersebut. Dan ini berarti mengha“Janganlah engkau
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
والله أعلم بالصواب
Maroji :
Al-Furqon baina auliyaurrohman wa auliyaussyaithon,
karya Ibnu taimiyah, tahqiq Fawwaz Ahmad Zamarli, terbitan
Darul Kutub Al-‘Arobi
Syarah Al-Ushul As-Sittah, karya Syaikh Utsaimin
Al-Qowa’id Al-Mutsla, karya Syaikh Utsaimin, tahqiq Abu
Muhammad Asyrof bin Abdil Maqsud, terbitan Adlwa’ As-
Salaf.
Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah, karya Abul ‘Izz Al-
Hanaf i, tahqiq Syaikh Al-Albani, terbitan Al-Maktab Al-Islami
Majalah As-Sunnah 03/III/1418
Al-Jadawil Al-Jami’ah