1
PERINGATAN ARWAH
Introduksi
Masyarakat di berbagai tempat di Indonesia mengenal kebiasaan memperingati arwah
berdasarkan rangkaian hari/tahun, seperti peringatan hari ke-7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun, dan
1000 hari. Gereja Katolik menghargai budaya setempat dan menganjurkan agar adat istiadat umat
beriman diintegrasikan dalam liturgi Gereja. Untuk itulah Komisi Liturgi Keuskupan Agung
Semarang menyusun buku yang mengintegrasikan iman kristiani dan tradisi budaya setempat
sekitar peringatan arwah.
Buku Peringatan Arwah (Yogyakarta: Kanisius, 2006), bersama dengan buku Tata
Laksana Melepas Jenazah (Yogyakarta: Kanisius, 2006) dimaksudkan oleh KomLit KAS untuk
menggantikan buku Melepas Jenazah dan Memperingati Arwah (disusun oleh Rm. Al.
Wahyasudibja, Pr.) yang sudah dipakai selama 30 tahun di kalangan umat. Dua pokok gagasan
berikut ini disarikan dari Pedoman Pastoral dalam buku tsb.
A. Makna Doa Peringatan Arwah
Sejak awal mula Gereja meyakini bahwa hidup kita tidak dilenyapkan oleh kematian melainkan
diubah (Prefasi Arwah I). Gereja mengimani bahwa dalam Misteri Paskah kita menemukan
makna kematian karena mereka yang meninggal dengan Kristus tidak akan binasa melainkan
mengalami kehidupan baru (2 Tim 2:11; bdk. Rom 14:8; 2 Kor 5:8).
Dalam Kristus orang telah mengalami kehidupan abadi di dunia ini namun baru mencapai
kepenuhan kehidupan mulia dengan Allah setelah kematian. Gereja menemani perjalanan orang
beriman yang meninggal dan sedang menuju ke Allah itu melalui segala macam doa.
Praktek doa Gereja bagi mereka yang meninggal dunia didasarkan, selain pada iman akan
kebangkitan Kristus, juga pada communio sanctorum, persekutuan orang-orang kudus dalam
Gereja. Persekutuan itu meliputi: mereka yang sudah mulia bersama Allah di surga, mereka yang
masih hidup di dunia ini, dan mereka yang sudah meninggal namun belum masuk secara penuh
dalam kemuliaan Allah dan masih perlu mengalami penyucian. Untuk kelompok yang terakhir
inilah doa peringatan arwah diadakan. Sebagai warga Gereja, mereka semua entah yang masih
hidup atau sudah mati tetap saling berhubungan dan saling dukung dalam cinta dan doa. Berkat
belas kasih Tuhan, doa-doa kita itu punya daya dan makna bagi mereka yang kita doakan.
B. Jiwa dan Bentuk Doa Peringatan Arwah
Keseluruhan doa peringatan arwah dijiwai oleh iman dan harapan akan kemurahan hati Allah
sebagaimana terungkap dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus.
Gereja sejak semula punya kebiasaan mendoakan orang yang sudah meninggal. Bahkan
menjelang akhir masa PL kebiasaan itu telah ada (2 Mak 12:42-45). Bentuk-bentuk doa bagi
peringatan arwah meliputi perayaan Ekaristi, doa-doa, amal dan olah kesalehan. Dalam setiap
perayaan Ekaristi, mereka yang telah meninggal tak pernah lalai disebutkan dalam Doa Syukur
Agung.
Keseluruhan karya penyelamatan Allah dalam Kristus dijabarkan dan dirayakan dalam
rentang waktu satu tahun liturgi, yang dimulai dari masa Adven dan berpuncak pada Paskah.
Masing-masing masa liturgi itu menghadirkan seluruh misteri Kristus dan sekaligus juga
menekankan aspek-aspek tertentu dari misteri itu. Begitu pula halnya dengan pengintegrasian
budaya setempat berupa peringatan arwah pada hari ke-7, 40, 100, 1 dan 2 tahun, serta 1000 hari.
Masing-masing hari itu merayakan satu tindakan Allah yang menyelamatkan orang yang sudah
meninggal itu melalui Kristus dalam Roh Kudus dan sekaligus juga aspek-aspek tertentu dari
misteri penyelamatan tersebut.
2
Kutipan dari Ef 1:7-8 mendasari tema buku Peringatan Arwah, yaitu "Di dalam Kristus
kita memperoleh penebusan".
C. Daftar Tema dan Bacaan-Bacaan Kitab Suci
Peringatan TEMA Bacaan Insight
7 hari Kekudusan Allah
(Allah memberkati hari ke-7 dan
beristirahat, Kej 2:2-3)
Ibr 4:1.3-7. 10-13 Peringatan hari ke-7 melambangkan
undangan Allah untuk memasuki tempat
kediaman Allah yang kudus. Sabda bagai
pedang tajam yang mengajak kita
mempertanggungjawabkan diri kita.
Yoh 14:1-9a Yang beriman pada Kristus, Sang Jalan,
Kebenaran, Hidup, tak akan cemas
menghadapi kematian, melainkan penuh
harapan akan memasuki kemuliaan Bapa.
40 hari Allah yang memelihara dan memurnikan
hidup
(Bilangan 40 menunjuk pada 40 tahun
pengembaraan umat PL di padang gurun
sebelum memasuki Tanah Terjanji dan 40
hari pengunduran diri dan pemurnian hati
Musa, Elia, dan Yesus di padang gurun)
Rat 3:22-26 Kesetiaan Tuhan tidak berkesudahan.
Baiklah bagi jiwa untuk menantikan
pertolongan-Nya dengan tenang.
Mat 11:25-30 Yesus memungkinkan kita mengenal
Bapa. Ia mengundang mereka yang
tertekan beban berat dan akan menyertai
kita dalam segala penderitaan kita.
100 hari Allah yang berbelas kasih, yang tak mau
kehilangan satu pun
(Bilangan 100 mengingatkan kita akan 100
domba dalam perumpamaan Yesus)
Yes 49:8. 14-16 Sekali pun ibu dapat lupa akan bayinya,
Allah sekali pun tak akan melupakan atau
meninggalkan kita.
Mat 18:12-14 Allah menyayangi kita satu persatu; tak
satu pun akan dibiarkan binasa. Kepada-
Nyalah kita percayakan saudara kita yang
meninggal.
1 tahun Allah yang mengaruniakan pembebasan
atau Tahun Rahmat
(Sudah sejak zaman PL, umat Allah
menantikan Tahun Jubilee, saat Allah
membebaskan umat-Nya)
Rom 8:9-15 Tubuh kita memang mati karena
perbudakan dosa, namun Roh Kudus
yang kita terima dalam Kristus akan
menghidupkan dan membebaskan kita.
Luk 4:16-22a Tahun Rahmat Tuhan digenapi
sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus.
Iman dan harapan dalam Kristus bagi
saudara kita yang meninggal dunia tak
akan sia-sia.
2 tahun Allah, sumber suka cita abadi
(Ciri pokok kedatangan Tahun Rahmat
Tuhan adalah suka cita sejati)
2 Kor 1:3-5 Allah menghibur kita dalam Kristus
sehingga memungkinkan kita menghibur
mereka semua yang berdukacita.
Yoh 15:9-12 Dalam setiap perbuatan kasih kita bersatu
dengan Kristus yang akan memberikan
suka cita yang sejati kepada kita.
1.000 hari Allah, Sumber dan Tujuan segala sesuatu
(Hari keseribu mengakhiri rangkaian doa
peringatan arwah dan merayakan
kepenuhan karya keselamatan Allah dalam
Kristus)
Yes 25:6a. 7-9 Ajakan untuk merayakan saat akhir
zaman tiba ketika Allah meniadakan maut
dan menghapus segala kedukaan kita.
Yoh 17:6-8 Kita semua adalah milik Kristus, milik
Allah; hidup kita dijamin dan dipelihara
oleh Allah sendiri sampai pada saat kita
dipersatukan secara total dengan Dia
dalam Kristus.
Thn ke-4, 5,dst. Persekutuan Orang-orang Kudus
(Peringatan setelah Hari ke-1000 bersifat
manasuka dan mensyukuri rahmat yang
memungkinkan untuk tetap berhubungan
dengan mereka yang sudah meninggal
sebagai satu kesatuan persekutuan orang
kudus dalam Allah Tritunggal Kudus)
1 Yoh 3:1-3 Kita tidak tahu persis bagaimana keadaan
kita kelak sesudah kematian, namun kita
punya jaminan dalam Kristus bahwa kita
akan menjadi sama seperti Dia.
Mat 5:1-12a Persekutuan para kudus merupakan
kumpulan orang-orang yang melalui
berbagai macam penderitaan mencapai
kebahagiaan sebagaimana dijanjikan oleh
Kristus.
3
Kesimpulan
Tampak bagaimana pewahyuan Allah dalam Kitab Suci mendasari iman kepercayaan Gereja
mengenai kematian. Bagi manusia, kematian tetap merupakan nasib yang tak terelakkan dan
misteri yang tak terpecahkan. Namun bagi umat Kristiani, misteri kematian terjawab dalam
peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus; kematian bukan lagi nasib tak terelakkan,
melainkan penyerahan diri secara total dan utuh kepada Allah, Sang Sumber dan Tujuan Hidup
kita.
Melalui berbagai kutipan KS yang mendasari berbagai doa peringatan arwah, Gereja
mendampingi umat beriman untuk mengartikan, mendalami dan merayakan berbagai aspek
misteri keselamatan Allah dalam Kristus sehubungan dengan pengalaman kematian saudara/i kita
yang meninggal dunia. Keseluruhan doa peringatan arwah didasari dan diarahkan oleh kutipan KS
yang berkenaan dengan kematian sehingga umat beriman dapat mendoakan mereka yang telah
meninggal dalam suasana penuh harapan Kristiani dan jauh dari segala macam keputus-asaan.
Martin Suhartono, S.J.
Kotabaru, 29 Maret 2009
Sumber Kepustakaan:
1. Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang, Tata Laksana Melepas Jenazah. Ke Dalam
Tangan-Mu Kuserahkan Diriku, Edisi Revisi Sesuai dengan TPE 2005, Yogyakarta: Kanisius,
2006.
2. Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang, Peringatan Arwah. Di Dalam Kristus Kita
Memperoleh Penebusan, Yogyakarta: Kanisius, 2006.