KREATIVITAS MENGAJAR GURU
By jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum
A. Hakekat Kreativitas
1. Difinisi Kreativitas.
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan
berbagai perbedan pandangan, perbedaan tersebut terletak pada bagaimana kreativitas
itu didefinisikan. Adapun kreativitas didefinisikan sangat berkaitan dengan
penekanan pendefinisian dan tergantung pada dasar teori yang menjadi dasar
acuannya.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu
yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh
pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imjinatif yang
hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat1
Kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif
(aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas)
1 Fuad Anshori dan RAchmawati Diana Muchtaram. Mengembangkan kreativitas dalam
perspektif psikologi islam.Yogyakarta:Menara kudus, 2002, h. 33
18
dalam pemikiran maupun ciri-ciri afektif (non-aptitude), seperti rasa ingin tahu,
senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru.2
Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan
kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang
baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama
sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.
Yang dimaksud dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada,
dalam arti sudah ada sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya, adalah sebuah
pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik selama di bangku
sekolah maupun yang di peroleh dalam keluarga dan masyarakant. Jelaslah makin
banyak pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri dengan kreatif.3
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas ialah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup,
gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada
sebelumnya.
2. Ciri-ciri kreativitas
Setelah dilakukan penelitian mengenai kreativitas dengan analisis faktor,
Guilford menemukan bahwa faktor penting yang merupakan ciri dari kemampuan
berpikir kreatif adalah:
2 Conny Setiawan dkk. Memupuk Bakant dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,
(Jakanrta:PT Gramedia, 1990) h. 7
3 SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakaarta:PT
Gramedia Widya Indonesia, 1999) Cet Ke-3, h. 47
19
Pertama, kelancaran berpikir ( fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat.
Dalam kelancaran berpikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan kualitas
Kedua, keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah file ide, jawaban-jawaba atau pertanyaan-pertanyaan yang bervarias,
dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacammacam
pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang
luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir
lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru
Ketiga, elaborasi ( elaboration), yaitu kemampuan dalam mengemabangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari objek, gagasan, atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik
Keempat, keaslian (originility), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
unik ( unusual ) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli4
Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Supriadi (1994) bahwa ciri-ciri
kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif.
Ciri-ciri kognitif, diantaranya:
1.) Orisinalitas
2.) Fleksibilitas
3.) Kelancaran, dan
4.) Elaborasi,
Sedangkan ciri-ciri non kognitif, diantaranya:
1.) Motivasi sikap
2.) Kepribadian kreatif
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan
kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat
dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat.
Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variable emosi dan kesehatan
mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan
tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.5
4 Fuad Anshori dan RAchmawati Diana Muchtaram. Op.cit, 2002, hal.43-44
5 SC Utami Munandar, Op. Cit, h. 17
20
3. Faktor Pendukung Kreativitas Guru
Suatu hal yang tidak dapat kita pungkiri bahwa banyak faktor yang menjadikan
guru menjadi pendidik yang kreatif ”salah satu faktor pendukung untuk memacu
peningkatan kualitas mengajar guru adalah kunjungan. Seringnya sekolah yang
dikunjungi dan ia ditonton saat mengajar, telah memberinya bahan bakar sehingga
semangatnya terus menyala”.6
Disamping itu terdapat faktor lain sebagai pendukung guru menjadi pendidik
yang kreatif sebagaimana yang dikemukan oleh Toto Perdamean (2009)
Adapun faktor pendukung yang lain adalah mulai dari keleluasaan dan
kebebasan guru untuk bereksplorasi mengembangkan pengetahuan dan pola
pengajarannya sampai kepada penghargaan atas profesionalitasnya baik dalam
bentuk pengakuan dan intensif merupakan anugrah yang selama ini hanya
khayalan yang rasanya tak mungkin terjadi.7
Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa yang mempengaruhi
kreativitas mengajar guru adalah kunjungan-kunjungan dari luar, keleluasaan,
kebebasan guru untuk bereksplorasi serta berbagai bentuk penghargaan yang
diberikan oleh pihak sekolah atau pemerintah kepada guru.
B. Kreativitas Guru.
1. Ciri-ciri guru kreatif dan profesional.
Untuk dapat mengidentifikasi karakter seorang guru kreatif atau tidak maka
ada beberapa cirri yang dapat dijadikan indikator yaitu bb:
6 Iyus, 2009, Manajemen Berbasis Sekolah,(Online), (http://www.mbs-sd.org, diakses 27
April 2010)
7 Toto Pardamean, 2009, Profesionalitas Guru Perlu Daya Kreativitas,
(http://www.ipsmantm.co.cc, diakses 22 April 2010)
21
1.) Fleksibel. dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami
kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu
mendekatai anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi
masing-masing anak.
2.) Optimistik, keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan
akan perubahan anak didik kearah yang lebih baik melalui proses interaksi
guru-murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap
anak tersebut
3.) Respek, rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik
akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar
memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang
berbagai hal yang dipelajarinya.
4.) Cekatan, anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif dan penuh
inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi oleh anda sebagai pengajarnya
sehingga anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada
5.) Humoris. Menjadi guru killer?. Anak-anak malah takut kepada anda dan
tidak mau belajar. Meskipung tidak semua orang mempunyai sifat humoris,
sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya,
anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan,
termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut
dapat mengaktifkan kreativitas otak kanan mereka
6.) Inspiratif. Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua
peserta didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari halhal
baru yang positif di luar kurikulum. Ia dapat membuat anak didik
terinspirasi untuk menemukan hal-hal yang baru dan lebih memahami
informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya
7.) Lembut, di manapun guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional,
biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering
tidak berhasil dalam proses mengajarkepada anak didik. Pengaruh
kesabaran, kelembutan, dan rasa kasih saying akan lebih efektif dalam
proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas
berbagai masalah yang muncul
8.) Disiplin. Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup
berbagai hal lain, sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisiplinan.
Contoh disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar, dan sebagainya.
Dengan demikian akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik
tentang pentingnya hidup disiplin
9.) Responsive, cirri guru yang professional antara lain cepat tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial,
ilmu pengetahuan maupun teknologi dan lain-lain
10.) Empatik, setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar
dan proses penerimaan serta pemahaman terhadap pelajaranpun berbedabeda.
Oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih
22
dalam memahami keberagaman tersebut sehingga biasa lebih memahami
kebutuhan-kebutahan belajar mereka
11.) Nge-fren. Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya
karena posisi anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka
akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan
guru-murid. Sehingga anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam
menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan8
Disamping itu menurut penulis, seorang guru yang kreatif mestilah bersifat
ikhlas, cinta kasih,sayang, selektif, inovatif, objective, persuasif, sabar, visioner dan
missioner, rendah hati, menghargai proses, menyenangi kegiatan mengajar, konsisten
dan komitmen dalam bertindak, memiliki pengetahuan yang luas, haus akan
pengetahuan, memiliki semangat pantang menyerah dan lain-lain
2. Peranan Guru dalam Meningkatkan Kreativitas
Kreativitas dangat dibutuhakn bagi seorang guru, karena bila seorang guru
kreatif maka akan memerikan dampak yang positif pula pada murid. Ada sebuah
istilah yang sangat populer ”guru kencing berdiri murid kencing berlari” hal ini
mengandung makna bahwa jika gurunya kreatif maka kemungkinan besar akan
menjadikan murid lebih kreatif. Siswa yang kreatif akan belajar kreatif pula, belajar
kreatif itu sangat penting sebagaimana yang dikemukan oleh Treffinger yang dikutip
Conny Semiawan dkk yang memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu
penting.
1.) Belajar kreatif membantu anak menjadi lebih berhasil guna jika kita tidak
bersama mereka
2.) Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan
masalah yang tidak mampu kita ramalkan, yang timbul dimasa depan
8 Andi Yudha Asfandiyah.Kenapa guru harus kreatif? Bandung: Mizan, 2009.h.20-25
23
3.) Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan kita
4.) Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar9
Beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk dan dikembangkan dalam
diri anak:
Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan
perwujudan dirinya itu termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup
manusia. Seorang ahli, Maslow, yang menyelidiki sistem kebutuhan manusia
menekan bahwa kreativitas merupakan menifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.
Kedua, kreativitas atau berfikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,
merupakan bentuk pemikiran yang pada saat ini masih kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan formal.
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga
memberikan kepuasan pada individu. Ini tampak sekali jika kita mengamati
anak-anak yang sedyang asik bermain balok-balok kayu atau bahan-bahan
permainan kontruktif lainnya. Mereka tidak mau diganggu seolah-olah tidak
bosan-bosan setiap kali membuat kombinasi baru dari balok-baloknya. Demikian
pula hal ini berlaku pada oryang dewasa.
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia maningkatkan kualitas
hidupnya. Dalam era ini tak dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan
masyarakant dan negara kita tergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide
baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota
masyarakantnya. Untuk mencapai hal ini, perlulah sikap dan prilaku dipupuk
sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan,
namun mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja,
namun mampu menciptakan lapangan baru (wiraswasta).10
Menurut penulis tentu bukan hanya siswa yang harus kereatif, tapi guru
sebagai pendidik tent harus lebih kreatif dari murid, jika pendapat diatas dibalik
pentingnya kreativitas bagi seorang murid akan menjadi pentingnya kreativitas bagi
seorang guru yaitu :
9 Conny Semiawan dkk, Op Cit, h. 37-38
10 SC Utami Munadar, Op Cit, h. 45-46
24
Pertama, kreativitas merupakan salah satu kreasi manusia dengan berkreasi
orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan dirinya itu termasuk salah satu
kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Seorang ahli, Maslow, yang menyelidiki
sistem kebutuhan manusia menekan bahwa kreativitas merupakan menifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.
Kedua, kreativitas atau berfikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan
bentuk pemikiran yang pada saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan formal.hal ini sangat penting bagi guru karena dengan kreatifitas yang
tinggi seorang guru akan memberikan solusi tak terbatas terhadap berbagai persoalan
murid
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga
memberikan kepuasan pada individu. Ini tampak sekali jika kita mengamati anakanak
yang sedang asik bermain balok-balok kayu atau bahan-bahan permainan
kontruktif lainnya. Mereka tidak mau diganggu seolah-olah tidak bosan-bosan setiap
kali membuat kombinasi baru dari balok-baloknya. Demikian pula hal ini berlaku
pada seorang guru
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia maningkatkan kualitas
hidupnya. Dalam era ini tak dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan
masyarakant dan negara kita tergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru,
penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakantnya. Untuk
mencapai hal ini, perlulah sikap dan prilaku dipupuk sejak dini oleh guru, agar anak
didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, namun mampu
25
menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja, namun mampu
menciptakan lapangan baru
3. Cara Mengajar Guru yang Kreatif dan Sikap Kreatif Guru
Faktor penting dalam meningkatkan kreativitas di sekolah adalah peran guru.
Banyak sekali hal yang dapat dilakukan guru di sekolah untuk merangsang dan
meningkatkan daya pikir siswa, sikap dan perilaku kreatif siswa, melalui kegiatan di
dalam atau di luar kelas. Potensi kreatif siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan
cara mengusahakan iklim di dalam kelas yang dapat menggugah kreativitas siswa.
Selanjutnya guru harus menghargai keunikan pribadi dan potensi setiap siswa dan
tidak perlu selalu menuntut dilakukannya hal-hal yang sama (Utami Munandar,
1988). Pada waktu tertentu siswa diberi kebebasan untuk melakukan atau membuat
sesuatu yang disenangi oleh siswa.
Dalam kegiatan belajar, proses berfikir kreatif dan pemecahan masalah secara
kreatif dirangsang dengan mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan, untuk
menemukan masalah sendiri, untuk menggunakan imajinasinya dalam
mengemukakan macam-macam gagasan atau kemungkinan jawaban terhadap suatu
persoalan. Dalam hal ini guru lebih banyak memberi umpan balik dan meminta siswa
untuk menilai sendiri produk-produk kreativitasnya (internal locus of evaluation).
Lindgren (1976) menyatakan bahwa kreativitas siswa dapat ditingkatkan
dengan cara menyediakan kesempatan di dalam kelas untuk berfikir divergen.
Spaulding (1963) dalam studinya terhadap interaksi guru-siswa di kelas, menemukan
26
dua cara mengajar yang cenderung menghilangkan fleksibilitas dan originalitas (dua
aspek dari berfikir divergen dan kreativitas) pada siswa. Cara mengajar yang pertama
adalah membentuk, dalam hal ini guru menciptakan kondisi yang terstruktur dengan
mengawasi hal-hal yang bersifat memalukan, tertawaan/ejekan, atau memberi
peringatan. Sedangkan cara mengajar yang kedua adalah guru cenderung untuk
merespon kualitas sosial-emosional dari siswa, daripada performansi kognitifnya.
Cara mengajar kedua tersebut dicirikan dengan tindakan guru yang membebaskan
siswa, namun kurang perhatian terhadap prestasi dan perfomansi siswa. Kuncinya
adalah kebebasan saja tidak cukup, guru harus memperhatikan bahwa teman-teman di
kelas dari siswa yang kreatif mungkin tidak toleran dengan cara berfikir divergen.
Mereka bahkan akan menganggap siswa yang kreatif sebagai orang yang memiliki
ide yang gila.
Lindgren (1976) juga menyatakan bahwa semakin kreatif seorang guru maka
ia cenderung untuk memupuk kreativitas siswanya secara lebih tinggi, demikian pula
sebaliknya. Menurut Lindgren pula, seorang guru yang mendorong dirinya agar
kreatif akan menyebabkan ia meningkatkan kreativitas pada siswanya.
Torrance (1964) dalam Lindgren (1976) menemukan hubungan antara
kreativitas guru dan kreativitas siswa. Ia mengemukakan bahwa siswa yang diberi
skor oleh guru di atas median dalam tes motivasi kreatif (keingintahuan intelektual)
menunjukkan peningkatan yang signifikan di dalam kemampuan menulis secara
kreatif selama 3 bulan, sementara siswa yang dinilai oleh guru di bawah median,
tidak ada peningkatan. Sementar itu dari sisi guru, semakin banyak guru yang kreatif
karena mereka menerima dorongan dan semangat dari kepala sekolah.
27
Menurut Torrance (1967), pengajaran kreatif ialah pengajaran untuk
mengembangkan kreativitas siswa, yang meliputi adanya hubunga kreatif guru-siswa
dan digunakannya metode-metode mengajar kreatif. Ditambahkan pula bahwa antara
guru dan siswa perlu membina hubungan yang kreatif, yaitu hubungan yang
megembangkan proses berfikir yang otomatis, cepat, dan spontan, serta menghindari
hubungan yang reaktif, yang justru mengganggu proses berfikir tesebut.
Menurut Conny Semiawan (1988) pengajaran kreatif memungkinkan siswa
belajr kreatif, yaitu belajar yang mengasyikkan, yang menggerakkan potensi
kreaitvitas, dan menimbulkan berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang
sebelumnya belum diketahui, dikenal atau dipahaminya. Sebagaimana pengalaman
belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif siswa terlibat secra aktif serta
ingin mendalami bahan yan dipelajari, digunakan proses berpikir divergen dan proses
berpikir konvergen serta berpikir kritis. Belajar kreatif banyak memberi peluang
untuk mencegah penurunan kreativitas siswa (Semiawan, 1988).
Dalam melaksanakan pengajaran kreatif, guru harus kreatif dan memiliki
semangat petualang (Torrance, 1967). Hal ini berarti bahwa cara guru mengajar
seharusnya bervariasi, dengan untuk mencoba-coba sesuatu yang baru, tidak kaku
dalam melaksanakan kurikulum atau aturan-aturan yang ada, serta bersikap hangat
kepada siswa. Guru dalam mengajar hendaknya juga menciptakan lingkungan yang
merangsang belajar kreatif, terampil mengajukan dan mengundang pertanyaan, dan
dapat memadukan perkembangan kognitif dan afektif (Munandar, 1987).
28
Munandar (1987) memberikan saran agar guru dapat mengajar secara kreatif.
Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1) guru menghargai kreativitas siswa
2) guru bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru
3) guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual
4) guru bersikap menerima dan menunjang anak
5) guru menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi
6) guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa
ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghamabat
pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak
7) setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri
dan pekerjaan kelompok
8) guru tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri
Horrocks (1985) memberikan saran bagi guru untuk mengembangkan
kreativitas anak seperti berikut :
1) Provide for variety in instructional materials and forms of student
Exprssion
2) Develop favorable attitudes toward creative achievement
3) Encourage continuing creative expression
4) Foster productivity
5) Provide assistance and feedbac
29
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya untuk mengembangkan
kreativitas siswa, saran Horrocks tersebut sangatlah tepat. Materi pengajaran yang
bervariasi hendakya senantiasa disediakan oleh guru. Dalam hal ini guru hendaknya
tidak terpaku pada materi yang ada pada Satuan Pelajaran yang telah ada, namun
berusaha menambah materi pelajaran dari berbagai sumber. Selain itu, dalam mata
pelajaran yang diajarkannya, guru perlu memberi tugas yang bervariasi pula agar
siswa dapat menunjukkan kreativitasnya.
Dari saran Horrocks di atas jelas bahwa guru perlu mengembangkan sikap
yang mendukung kreativitas, misalnya guru tidak perlu tergesa-gesa memberikan
penilaian terhadap ide / gagasan, maupun bentuk lain sebagai hasil kreativitas siswa.
Smentara itu, guru juga diharapkan selalu mendorong munculnya gagasan-gagasan
kreatif siswa sehingga dapat menghasilkan produk kreatif.
Adapun tugas lain yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya
mengembangkan kreativitas adalah membimbing siswa, baik diminta maupun tidak,
dan memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini
guru dapat bertindak sebaai nara sumber bagi siswa11.
C. Hakekat Mengajar
Mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
11 Femmy Eka Kartini Putri. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kreatifitas siswa
SMU Negeri 70 di Jakarta (menggunakan pendekatan pribadi, proses, pendorong dan produk
kreatif dengan analisis model persamaan struktura. Depok:UI,1998, Thesis(tidak diterbitkan)., h.33-
40
30
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa. Karena
itu banyak terdapat aneka ragam pengertian mengajar, antara lain. Menurut M. Ali
mengartikan, ”mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
dirumuskan”.12. O. Screeuder (dalam Roestiyah) ”mengajar adalah kegiatan yang
dilakukan guru dengan memakani bahan pelajaran sebagai medium untuk membawa
anak-anak dalam pembentukkan pribadi termasuk kegiatan pembentukkan
kejasmanian”.13
Mengajar merupakan satu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral
yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik tetapi
sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar
yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di
dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikkan. Dikatakan sederhana
karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari,
mudah dihayati oleh siapa saja.Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar mengajar.14
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan
suatu proses, upaya, kegiatan, perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
guru kepada siswa yang bertujuan untuk mencapai rumusan yang telah ditentukan
yang membutuhkan tanggung jawab moral yang cukup berat, namun mengajar
merupakan suatu pekerjaan yang unik dan sederhana.
12 M. ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 1987), h.
12.
13 Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, (Jakanrta:Bumi Aksara, 1989), h.2
14 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:PT remaja Rosdakanrya, 2006),
Cet Ke-19, h. 6
31
D. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan
Pekerjaan menjadi seorang guru adalah pekerjaan professional. Agar
pendidikan berhasil dengan baik maka perlu ada sebuah standar tentang guru
yang dkenal dengan standar kompetensi guru. Standar ini meliputi empat
komponen yang satu dengan lainnya saling melengkapi dan terkait erat,
komponen-komponen itu adalah: (1) pengelolaan pembelajaran; (2)
pengembangan potensi;(3) penguasaan akademik; (4) sikap kepribadian.
Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari tujuh kompetensi,
yaitu: (l) penyusunan rencana pembelajaran; (2) pelaksanaan interak belajar
mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4 pelaksanaan tindak
lanjut hasil penilaian prestasi belajar peser didik; (5) pengembangan profesi;
(6) pemahaman wawasa' pendidikan; (7) penguasaan bahan kajian akademik
(Direktor Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2003)15
Untuk menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan seorang guru
haruslah mempunyai kompetensi professional.
Kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973)
mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan
kualitas pembelaran, yaitu keterampilan bertanya (questioning skiilsm),e mberikan
penguatan ( reinforcement skillms)e, ngadakan variasi (variation skillsm),e njelaskan
( explaining s kills), m embuka dan menutup pelajaran (set induction and
closer), membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas dan
mengajar kelompok keci dan perorangan 16
Moh. Uzer Usman secara rinci menjelaskan secara detil keterampilan
mengajar tersebut dapat sebagai berikut:
1. Keterampilan Bertanya . Dalam proses belajar-mengajar,bertanya
memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan
15 Kunandar,Guru professional: implementasi kurikulum Tingkat satuan
pendidikan ( KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru. Jakarta: Grafindo,2007.hal
56
16E.Mulyasa. Menjadi Guru Profesional, (Bandung:PT remaja Rosdakanrya, 2006), Cet Ke-
19, h. 69
32
baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak
positif terhadap siswa, yaitu
(a) Meningkatkan partsipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
(b) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan,
(c) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir
itu sesungguhnya bertanya,
(d) Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,
(e) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
2. Keterampilan Memberi Penguatan. Penguatan (reinforcement) adalah segala
bentuk proses, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan baik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatanya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau, penguatan adalah
respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut di maksudkan untuk
mengajar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam
interaksi belajar – mengajar.
33
3. Keterampilan mengadakan variasi. variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar- mengajar yang di tunjukan untuk mengatasi
kebosanan murid sehingga, dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa
menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk itu anda sebagai
calon guru perlu melatih diri agar menguasai keterampilan tersebut. Keterampilan ini
memiliki tujuan dan manfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian sisawa
kepada aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan, untuk memberikan kesempatan
bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang halhal
yang baru, untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah
dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih
baik, untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya.
4. Keterampilan menjelaskan. Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan
dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematik untuk mewujudkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, ddefinisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang
belum diketahui. Penyimpanan informasi yang terencana dengan baik dan di sajikan
dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam
intertaksinya dengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih
mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam
34
memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal ini harus dibenahi untuk
di tingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan
pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.Tujuan Memberikan
Penjelasan yaitu untuk membimbing murid untuk mendapat dan memahammi
hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan benar, untuk melibatkan
murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan, untuk
mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi
kesalahpahaman mereka, untuk membimbing murid untuk menghayati dan mendapat
proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Yang dimaksud dengan set
induction ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian
terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan
efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang di
lakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.Kegiatan
membuka pelajaran tidak hanya di lakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tettapi
juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang
akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara
35
materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahasa yang akan di
pelajarinya.
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok adalah suatu
proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam iteraksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan,
atau pemecahan masalah. Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajarmengajar
tidak jauh berbeda dengan pengertian diatas. Siswa berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kecil dibawah pimpinan guru untuk berbagai informasi,
pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi ttersebut berlangsung
dalam suasana terbuka. Setiap siswa bebas mengemukakan ide-idenya tanpa merasa
ada tekanan dari teman atau gurunya, dan setiap siswa harus menaati peraturan yang
di tetapkan sebelumnya. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada
dalam proses belajar-mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru dan calon guru mampu
membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena
itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru mampu melaksanakan tugas
ini dengan baik.
7. Keterampilan mengelola kelas. Pengelolaan kelas adlah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikanya bila
terjadi dalam proses belajar-mengajar.dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar-mengajar. Yang termasuk kedalam hal ini misalnya menghentikan tingkah
laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pembeerian ganjaran bagi
36
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang
produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat jika guru mampu mengatur
siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam suasana yang
memyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, juga hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadianya proses
belajar-mengajar yang efe.ktif.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Pengajaran kelompok
kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan penertian terhadap setiap
siswa setar terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun
antara siswa dengan siswa. Adakalanya siswa lebih mudah belajar dari temanya
sendiri, adapula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau meltih
temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran kelompok kecil dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif,
memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkambangnya danya pelatih dan
sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara
optimal. Akhinya dapat disimpulkan bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok
kecil, dan perseorangan memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan
pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perseorangan merupakan satu kebutuhan yang sensial bagi setiap calon guru dan
guru profesional.17
17 Moh. Uzer Usman, Op.cit., h. 76-102
37
38