NILAH.COM, Jakarta - Selalu saja muncul pesan moral yang menyebutkan bahwa masturbasi itu negatif, dan seolah-olah ada dukungan ilmiah terhadap mitos itu. Padahal tidak banyak riset ilmiah yang memperhatikan manfaat masturbasi.
Medical Review Board menyebutkan, dari segi kesehatan, masturbasi memberikan lebih banyak manfaat positif dibanding pengaruh negatif.
Masturbasi sering dianggap cara aman pertama untuk mengetahui apakah tubuh memiliki fungsi seks yang sempurna. Sebagai pendidikan seks, masturbasi adalah cara paling efektif dibandingkan belajar dari buku teks, video, atau belajar dari internet. Dari masturbasilah manusia bisa mengetahui apa saja yang bisa membuat ia terangsang secara seksual.
Jika berhubungan seks dengan pasangan terperangkap pada mengejar kepuasan salah seorang, perasaan malu atau perhatian terpecah karena masih sempat memikirkan apa yang terjadi pada tubuh, maka masturbasi dipandang sebagai cara untuk menemukan fungsi-sungsi baru dari organ seksual.
Kenapa? karena pikiran hanya terfokus pada respon seks tubuh kita sendiri.
Masturbasi juga dipandang sebagai obat tidur ampuh, terlebih jika sampai jam dua dini hari, mata masih terang benderang padahal sudah berbaring sejak pukul 23.00.
Dari survei pada tahun 2000 yang dilakukan pada pada perempuan di AS, 32% di antaranya berkata, melakukan masturbasi dalam tiga bulan terakhir membuat mereka terlelap lebih cepat dibanding menonton TV, menghitung domba, bahkan menelan pil tidur.
Rasa kantuk muncul karena pelepasan hormon dan endorfin pada saat orgasme. Keuntungan lainnya membuat pikiran lebih ringan dan mengolahragakan jantung.
Jika terkena rasa sakit temporer atau kronik yang disebabkan oleh kram, kepala pusing atau sebab lain, maka orgasme menjadi obat mujarab. Sebaiknya melakukan ML, namun jika tidak memiliki pasangan, seks swalayan ini bisa menjadi pilihan.
Rasa nyaman yang timbul dari orgasme dapat menjadi pengusir stres yang mujarab. Apalagi jika masturbasi dibarengi fantasi seks.
Memang tidak akan menghilangkan stres seluruhnya, namun paling tidak menjadi ruang pelepasan. Toh, tidak mahal atau merusak.
Hasil dua penelitian menunjukkan ada hubungan antara jumlah ejakulasi pria dan risiko terkena risiko prostat. Kelenjar prostat menghasilkan dan menyimpan cairan seminal yang dapat berubah menjadi tidak sehat jika mengendap terlalu lama.
Kumpulan cairan ini tidak selalu menjadi masalah, namun pada sebagian pria yang jarang ejakulasi cenderung menjadi pemicu kanker prostat.
Penelitian yang lainnya mengajukan teori bahwa orgasme memberikan efek perlindungan melawan kanker payudara melalui pelepasan oktosin saat orgasme. [L1]