Prioritas Utama Rumah Tangga Cinta (Hanya) Kepada Allah
Oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar
“Mereka yang berteman satu sama lain karena Aku. berhak memperoleh
cinta –Ku dan mereka yang saling membantu antara sesamanya karena Aku.
berhak memperoleh cinta-Ku… (H.R. Thabrani)”
ManajemenQolbu.Com : Subhanallah, alangkah indahnya kalau seorang
suami berani berkata kepada istrinya,seperti berikut ini : ”Wahai
istriku, janganlah engkau terlampau mencintaiku. Aku hanyalah sekedar
makhluk yang tiada daya dan upaya. Aku tidak akan pernah bisa
membelamu, kecuali kalau Allah mengaruniakan kekuatan kepadaku. Aku
tidak akan pernah mampu memberi nafkah kepadamu walau satu rupiah,
kecuali kalau Allah menitipkan rizki kepadaku.
Cintailah Allah pemilik alam semesta ini. Sekiranya Allah
mencintaimu, maka niscaya Dia akan memelihara dirimu walaupun aku
jauh darimu. Sekiranya Allah menyayangimu, maka Dia pasti akan
membela dan mencukupimu walaupun aku tidak berdaya untuk membela dan
mencukupimu. Cintailah aku sekedar apa yang diperintahkan Allah
kepadaku.”
Inilah sesungguhnya cerminan dari laa hubba illallaah. Betapa teramat
mulianya rumah tangga yang menjadi kan cinta kepada Allah Azza wa
Jalla sebagai prioritas utama motivasinya membangun keluarga. Betapa
tidak! Rumah Tangga yang bersungguh-sungguh dalam meningkatkan
kesanggupannya untuk tidak mencintai apa dan siapa pun, kecuali hanya
Allah, niscaya akan merasakan lezatnya dekat dan bertatapan dengan Dia
yang memiliki sifat Rahman -Rahim .
Seorang istri yang hanya mencintai Allah, dia berbakti kepada suami
bukan agar suami mencintainya. Tidak heran kalau dia mampu menunjukkan
bakti dan kesetiaannya kepada sang suami dengan begitu tulus. Manakala
suami pulang dari kantor atau dari bepergian, dia akan senantiasa
menyambutnya dengan hati yang indah, yang tersemburat dari wajah dan
penampilan yang sedap dipandang mata sang suami.
Demikian pun ketika suami berangkat dari rumah, ia akan menghantarnya
dengan hati dan tatapan yang tidak diselimuti kekhawatiran, apalagi
kecurigaan. Sementara dirinya yang tinggal di rumah pun mampu menjaga
diri dan harat suaminya dengan sebaik-biknya. Kalau berkata-kata, lisan
sang istri akan senantiasa terjaga. Sekali-kali tidak akan pernah
terlontar sepatah kata pun yang bisa membuat hati suami susah atau
terluka. (smile.)[mq]***