Sumber: Jurnal MQ - Edisi Mei 2002
KH. Abdullah Gymnastiar
Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Dzat Yang Mahakuasa atas
segala-galanya. Dengan kehendak-Nya, Dia ciptakan manusia sebagai mahluk
yang paling sempurna kejadiannya. Setelah Allah selesai meniupkan ruh pada
jasad Adam, iblis disuruh-Nya bersujud kepadanya. Tentu dalam arti, agar
iblis menghormati dan memuliakannya dan ini menjadi bukti bahwa Allah Yang
Maha Pengasih memang hendak memuliakan manusia, ketika itu dan hingga datang
yaumil akhir kelak.
Allah pun telah menitipkan satu potensi luar biasa yang insya Allah tidak
dimiliki oleh mahluk-mahluk lainnya. Potensi itu adalah bersaing.
Kita bisa melihat karunia Allah yang amat luar biasa ini sejak masa awal
proses kejadian manusia di dalam rahim perempuan. Betapa satu ovum (sel
telur) diserbu oleh berjuta-juta sel spermatozoa, namun yang mampu
membuahinya ternyata hanya satu sel spermatozoa saja. Tidak kurang, tidak
lebih.
Artinya, janin bakal manusia tercipta di dalam rahim justru dari bibit
paling unggul karena ia telah bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil
mengalahkan jutaan pesaing tersebut. Padahal, Allah tentu tidak bermaksud
sia-sia menciptakan berjuta-juta sel spermatozoa kalau hanya untuk tidak
memiliki manfaat. Tentulah setiap sel itu memiliki potensi yang sama
kuatnya, sama tinggi kualitasnya, dan sama cepat gerakannya untuk sampai
pada sang ovum dan membuahinya. Akan tetapi, subhanallah, persaingan memang
harus terjadi dan hanya yang paling unggullah yang keluar sebagai pemenang.
Hikmahnya, bahwa manusia itu telah dibekali Allah potensi untuk menjadi yang
terbaik. Bersaing pada hakekatnya adalah berjuang dan berikhtiar secara
maksimal untuk mengungguli pihak-pihak lain yang mungkin memiliki hasrat dan
keinginan lebih tinggi, potensi lebih mantap, kekuatan fisik dan mental
lebih prima, taktik dan strategi lebih jitu, dan berbagai faktor kelebihan
lainnya, dibandingkan dengan apa yang ada pada diri kita sendiri.
Unsur persaingan akan menjadi tidak lagi bermutu_bahkan bukan lagi bersaing
namanya_ apabila pihak lawan diyakini lebih lemah, bahkan tidak memiliki
potensi apa-apa. Bersaing seraya meyakini kemungkinan potensi lawan lebih
tinggi, sehingga kita pun berupaya melipatgandakan tekad, keyakinan dan
kemampuan, ini bisa dinamakan bersaing secara positif. Sebaliknya, bersaing
seraya kita tahu bahwa potensi lawan lebih lemah, bahkan direkayasa secara
tidak fair agar lawan menjadi lemah dan tidak punya daya apa-apa, ini
bersaing secara negatif namanya.
Dengan demikian, kunci persaingan adalah sikap mental positif disertai
semangat untuk berjuang sekuat-kuatnya dan berikhtiar mengerahkan segenap
potensi yang ada semaksimal mungkin. Sebab, persaingan secara positif tidak
bisa tidak akan melahirkan pemenang sejati dan sangat layak diberi predikat
unggul.
Namun sayang, orang-orang yang berkarakter lemah dan bermental lembek
seringkali menghindari persaingan atau bahkan menjalani persaingan dalam
kondisi tidak sehat. Dalam kondisi semacam ini, persaingan paling sering
menimbulkan kedengkian, busuk hati, dan sangat rindu akan kejatuhan
pesaing-pesaingnya.
Tidak demikian halnya bagi orang-orang yang berpikir positif dan ingin
meningkatkan kemampuan keunggulan. Bagi orang-orang semacam ini, pesaing
adalah hal yang sangat penting dan harus ada agar bisa memompa kemampuan
terbaik yang dimiliki. Maukah kita melakukan balap sepeda tanpa ada lawan?
Tentu saja kita tidak akan menjadi juara, karena tak ada yang kalah, dan
tidak ada kebanggaan karena jadi juara tanpa ada pesaing.
Tampaknya kebanggaan ini pun akan sama jeleknya atau bahkan tidak ada
nilainya sama sekali, kalau kita ikut lomba balap karung tapi lawan yang
dihadapi adalah anak-anak TK sementara kita bertubuh kekar dan kuat. Tentu
saja, juara di sini tak bisa dibanggakan karena pesaingnya tidak sebanding
dan jauh lebih lemah potensinya.
Lain halnya nilai kepuasan batin yang akan dirasakan jikalau pesaing kita
adalah orang-orang yang hebat dan sudah terbiasa meraih juara, misalnya.
Kendatipun kalah, kita tetap akan merasa puas karena telah memberikan yang
terbaik untuk persaingan tersebut. Bahkan bisa jadi prestasi kekalahan kita
melawan pesaing yang hebat itu jauh lebih bermutu dibandingkan jadi juara
karena melawan pesaing yang lemah. Betapa tidak? Melihat prestasi
orang-orang yang sangat baik niscaya akan membuat kita terbakar untuk
menjadi lebih baik di antara yang baik. Karena itu, kita harus senang
melihat persaingan dengan sisi yang positif. Jangan rindu orang lain jatuh.
Rindukanlah pesaing-pesaing kita berhasil menjadi juara pertama, kedua dan
ketiga. Tetapi, kita harus menjadi juara umum. Juara di atas para juara akan
jauh lebih terhormat daripada menjadi juara di atas pesaing yang lemah dan
tidak berdaya.
Jadi, lihatlah pesaing-pesaing kita dengan pemikiran yang positif. Pelajari
keunggulan mereka tanpa harus disertai dengan kebencian, kedengkian dan
kedendaman. Anggaplah mereka bagian dari karunia Allah berupa trigger,
pemicu dan pemacu agar kita bisa lebih menjadi lebih bergairah dalam memompa
kemampuan terbaik kita. Allah Maha Penolong. Tidak ada satu pun yang bisa
menghalangi pertolongan-Nya kalau kita mampu memompa kemampuan optimal yang
telah Dia titipkan kepada hamba-Nya.
Jangan hanya bisa berpikir busuk, benci dan dendam kesumat. Jangan hanya
bisa berhati kotor. Lebih baik manfaatkanlah persaingan itu untuk membuat
kita bisa bergairah, berbuat lebih cepat, lebih hebat dan maksimal. Tiada
Tuhan selain Allah yang Mahaadil. Kita akan kaget, betapa kita akan lebih
maju justru setelah kita bersaing dengan cara yang baik.
Rindu untuk menjadi pribadi muslim yang unggul dan terbaik di tengah-tengah
manusia dan di hadapan Allah Azza wa Jalla adalah ciri seorang muslim yang
menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari ummat terbaik yang insya Allah
akan mengemban amanah Allah menjadi rahmatan lil 'alamiin. Bukankah Allah
telah berfirman, Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman
kepada Allah (QS. Ali Imran [3]:110).
Semangat yang membakar dan menggelora di dalam dada untuk selalu berbuat
lebih baik daripada hari-hari kemarin, melahirkan karya-karya prestatif dan
bermutu, melakukan ikhtiar-ikhtiar yang paling maksimal dari apa yang bisa
dilakukan, tidak bisa tidak, akan memberikan perubahan-perubahan diri yang
sangat mengesankan setelah kita menggantungkan harapan kepada Allah Azza wa
Jalla. Karena, sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'du
[13]:11). Insya Allah, pada gilirannya nanti kita akan termasuk orang yang
ditingkatkan derajat kemuliaannya dalam pandangan Allah. Wallahu a'lam***
------------------------------------------
Jurnal MQ
Diterbitkan oleh MQ Media bekerja sama dengan DPU Daarut Tauhiid minggu
pertama setiap awal bulan. (
Alamat Redaksi
Jl. Gegerkalong Girang No. 67 Bandung 40153
Telp. (022) 2008844 Fax. (022) 2003421 Email mqjurnal@yahoo.com